Share

Dua rasa takut yang berbeda

Situasinya tak lagi sama saat ini. Terlalu berat dan mengejutkan untuk menerima sebuah kenyataan pahit dari seseorang yang dianggap telah banyak berjasa. Kunjungan tersebut sekadar mereka isi dengan percakapan tunggal tanpa kehadiran Paman Beno. Pria baya itu masih betah menutup matanya hingga Jihan dan si Direktur Janendra memutuskan pergi. Bukannya langsung kembali ke mobil, Juna justru menggiring si gadis manis menuju taman yang ada di bagian belakang rumah sakit. Perlu sedikit waktu dalam mendamaikan perasaan kecewa dan kesedihan.

Duduk di sebuah kursi besi bercat putih, semilir angin mengayun helai rambut si gadis manis. Ada samar-samar terasa kehangatan udara membelai wajahnya seiring tangis meluruh ke pipi. Dia tak bisa memendam itu, tiba-tiba rasanya sangat menyakitkan.

"Jihan—"

"Aku tidak apa-apa," katanya seraya menyeka air matanya. "Hanya saja berita ini membuatku ingin menyangkal. Bagaimana aku bisa percaya, direktur? Paman Beno tidak pernah terlihat kesakitan. Atau seben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status