Share

Cinta Si Gadis Sederhana
Cinta Si Gadis Sederhana
Author: Viachi

Bab 1 [Pendatang]

šŸ”øā‡Cinta Si Gadis Sederhanaā‡šŸ”ø

Pada pukul 8 pagi waktu setempat, terlihat seorang gadis tengah kebingungan. Hal itu terlihat jelas tergambar di wajahnya. Entah apa yang membuatnya bingung itu, yang jelas sudah sejak tadi dirinya hanya berdiam diri di sebuah halte yang berdekatan dengan salah satu perguruan tinggi terbaik di kota dengan julukan kota wisata itu.

Dari gelagatnya, gadis tadi sudah beberapa kali menengok kearah sebuah denah yang ada digengamannya. Ia sebenarnya ingin bertanya pada seseorang yang lewat didepannya, tapi ia takut menganggu waktu dari orang tersebut.

Makanya sejak tadi dia hanya berdiam diri disana sambil sesekali melihat kearah pintu gerbang dari universitas yang ada diseberang jalan.

Saat ini ia benar benar dilanda kebingungan harus melakukan apa. Sebab ia hanyalah orang baru di kota wisata ini. Bahkan ia disini sendirian tanpa ada sanak saudara sama sekali.

Yups, dia hanya seorang gadis pendatang yang ke terima di Universitas Abdi Jaya berbekal dengan beasiswa pertukaran mahasiswa. Dan sejujurnya dia ragu apakah universitas yang saat ini ada di depan matanya itu, memang benar adalah universitas yang menerimanya atau bukan.

Dari papan nama universitasnya sih memang sama. Tapi apakah di kota ini hanya ada satu Universitas Abdi Jaya atau ada yang lainnya.

Dengan mengambil nafas panjang, ia mulai berjalan mendekat kearah 2 gadis yang berdiri tak jauh darinya. Setelah berada tepat dibelakang mereka, gadis tadi segera menepuk pelan bahu dari salah satu dari gadis tersebut.

"Permisi," ucapnya dengan sedikit ragu.

Kedua gadis tadi yang mendengarnya pun segera menolehkan kepalanya kearah seseorang yang tampak asing bagi mereka itu.

ā€œAda apa, ya? Ada yang bisa kami bantu?" Tanyanya dengan sopan.

"Maaf sebelumnya, saya ingin bertanya sesuatu. Apakah boleh?ā€ tanya si gadis itu dengan logatnya yang terdengar agak kaku.

"Silahkan," sahutan itu bersalah dari gadis yang satunya.

ā€œApa benar itu Universitas Abdi Jaya?ā€ Ucapnya sambil menujuk kearah dimana terdapat universitas yang berada di seberang jalan.

"Iya, benar." balas kedua gadis tadi sambil menganggukan kepalanya.

ā€œApakah disana ada sistem pertukaran mahasiswa?ā€ tanyanya sekali lagi.

"Sepertinya ada, apa kau mahasiswa dari pertukaran itu, ya?" tanya salah satu gadis tadi sambil mengamati penampilan gadis didepannya itu. Gadis tadi hanya menganggukan kepalanya membenarkan perkataan orang tersebut.

ā€œMau kami antar menemui bapak rektor?ā€ Mendengar ucapan itu tanpa sadar sebuah lengkungan hadir dibibirnya gadis pertukaran tadi.

ā€œApakah tidak merepotkan kalian berdua?ā€ tanyanya sambil tersenyum kaku. Lalu sedetik kemudian senyumnya berubah menjadi raut gugup.

ā€œKalau merepotkan, kalian bisa memberitahu dimana letaknya saja, tidak perlu mengantar saya.ā€ jawabnya sambil mengigit bibirnya menandakan ia tengah dilanda kegugupan.

ā€œTenang saja tidak merepotkan kok. Sekalian kami juga mau masuk ke kampus.ā€ Ucap mereka sambil balas tersenyum ramah pada gadis didepan mereka itu.

ā€œTerimakasih banyak, terimakasih banyak.ā€ Ucap gadis itu sambil membungkukan badanya membuat kedua gadis didepannya terlonjak kaget.

ā€œSudah, jangan seperti itu.ā€ Hentinya menyuruh gadis tadi berhenti membungkukan badan. Bahkan sekarang ada beberapa orang yang menatap gadis itu heran.

Gadis itu menghentikan bungkukannya dan kemudian tersenyum kearah 2 penolongnya itu.

ā€œYa sudah, sekarang kita kesana saja. Mungkin jam segini bapak rektor sudah ada ditempat.ā€ Setelah mengatakan hal tersebut, segera saja kedua gadis tadi mengandeng tangan gadis didepan mereka itu.

Setelah menyeberang jalan, mereka masuk kearah depan universitas. Dan betapa tercengangnya gadis yang mereka tarik itu begitu pandangannya mengarah kegedung universitas barunya itu.

Menyadari bahwa orang yang mereka tarik itu tak merespon langkah kaki mereka, seketika pandangan kedua gadis tadi mengarah kebelakang.

Dapat mereka lihat bahwa gadis yang mereka tarik sedang terbengong sambil menatap takjub kebangunan kampus mereka.

ā€œKenapa diam saja, ayo jalan.ā€ Ajak salah satu dari mereka. Mendengar suara orang didepannya membuat gadis itu tersenyum canggung sambil berjalan mendekat. Gadis itu menatap kearah 2 gadis didepannya dengan tatapan yang seolah meminta maaf.

ā€œMaafkan saya,ā€ ucapnya sambil menunduk.

Sedangkan mereka berdua hanya menatap gadis yang tengah meminta maaf itu dengan raut tak terbaca, tapi dengan satu pemikiran yaitu ā€Kenapa minta maaf, dia kan tidak salah apa-apa.ā€

ā€œYa sudah, ayo kita lanjutkan saja.ā€ Ajak mereka sambil kembali menarik tangan gadis itu yang kini hanya mengikuti kemana mereka membawanya.

Salah satu dari mereka menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menghadap kearah mahasiswa baru itu. ā€œEhh ya, kita berdua belum tahu namamu, jadi siapa namamu?ā€ Tanyanya sambil menatap gadis itu. Sambil membungkukan badan, mahasiswa pertukaran itupun segera mengenalkan diri.

ā€œNama saya Retasha Helenasia panggil saja

Reta. Salam kenal.ā€ ucap gadis itu tak lupa dengan senyum manisnya.

ā€œAku Hana Adreena dan ini Wulan Anggrainie atau biasa disapa Wulan.ā€ ucap Hana sambil tersenyum ramah begitupun dengan Wulan.

ā€œSalam kenal.ā€ ucap mereka bersamaan, seketika mereka tertawa pelan menyadari betapa kompaknya diri mereka.

ā€œKalau begitu, ayo ke ruang rektor.ā€ Sahut Wulan dengan cerianya. Begitu mendengar hal tersebut, mereka bertiga segera bergegas menuju ke ruang rektor dengan tangan Reta yang digandeng oleh Hana dan Wulan.

ā¤ā‡ā¤ā‡ā¤ā‡ā¤ā‡

Sesampainya mereka bertiga disalah satu koridor, mereka menghentikan langkah kaki mereka. Lebih tepatnya hanya orang yang menarik saja yang berhenti mendadak, sedangkan yang ditarik hanya mengikuti saja.

Merasa bingung dengan kedua orang teman barunya itu yang tiba tiba berhenti membuat Annisa yang tadi tangannya ditarikpun mendongakkan kepalanya.

Reta bermaksud menanyakan ada apa dengan mereka, tapi belum sempat ia bicara terlebih dahulu sebuah suara menghentikan ucapannya.

ā€œHai Hana.ā€ Sapa seorang pemuda pada Hana. Dan sapaan itu membuat warna wajah Hana berubah menjadi merah muda.

ā€œHa..Hai Kak Abi.ā€ Jawab Hana sambil terbata-bata karena malu.

ā€œUhh manisnya, pacarnya siapa sih.ā€ Begitu kalimat itu terlontar dari mulut sang kekasih membuat wajah Hana tambah memerah berbanding terbalik dengan raut muka para sahabat dari pemuda itu yang menampilakan ekspresi ingin muntah.

ā€œHentikan gombalanmu, kak. Mau muntah aku dengarnya.ā€ Sahut sebuah suara dengan nada pedasnya.

ā€œJangan cemburu dong, mentang mentang jomblo sirik aja sih,ā€ Goda Abi pada adik kandungnya itu.

ā€œSiapa yang jomblo. Kau tak tau gadis disamping pacarmu itukan pacarku.ā€ Balasnya dengan nada sombong ditambah muka angkuhnya yang minta ditampol. Sedangkan orang yang diakui sebagai pacar oleh adik dari Abi itu, saat ini berusaha untuk tidak salah tingkah.

ā€œNgaku - ngaku.ā€ Sembur salah satu dari mereka sambil menatap nyalang kearah adiknya Abi itu yang diketahui bernama Dio Cakra Baureksa.

ā€œEhehe, maaf kakak ipar.ā€ Cengir Cakra pada seorang pemuda yang bicara 'Ngaku - Ngaku' tadi. Pemuda itu menampilkan raut dingin begitu disapa kakak ipar oleh Cakra itu. Bahkan pemuda tadi tak mengubris sama sekali ucapan Cakra tersebut.

Hana dan Wulan yang mendengar hal itu memasang muka santai, walaupun dalam hati sedang teriak teriak gaje. Keduanya segera mendekat kearah mereka berempat sembari menarik tangan Reta. Menyadari ada orang yang asing menurutnya, segera saja Shandy bertanya entah pada siapa.

ā€œDia siapa?ā€ Tanya Shandy penasaran.

Hampir saja Hana dan Wulan lupa akan kehadiran Reta, segera saja Hana mengenalkan mereka berempat pada teman baru mereka.

ā€œIni teman baru kami. Namanya Retasha Helenasia.ā€ ucap Hana sambil menarik tangan Annisa agar berdiri disampingnya yang berarti posisinya saat ini ada ditengah tengah antara Hana dan Wulan.

"Sepertinya aku tidak pernah melihatnya. Apakah dia mahasiswa baru?" Timpal Abi begitu ia memperhatikan teman baru dari kekasihnya itu. Merasa diperhatikan oleh keempat orang disana, membuat Reta segera menundukkan kepalanya.

Hana dan Wulan yang menyadari tingkah tak nyaman dari Reta pun, segera saja membuka obrolan agar keempat pemuda didepannya tak lagi menatap Reta dengan pandangan seintens itu.

ā€œTyas, Tama, Naufal dan Gallen kemana, Kak. Mereka tidak ikut dengan kalian?ā€ Tanya Hana yang coba mengalihkan pusat perhatian para pemuda itu dan sepertinya hal itu berhasil.

Lihat saja keempat pemuda tadi langsung menatap kearah Hana. Tapi sepertinya bukan keempatnya yang mengalihkan pandangan, soalnya ada satu pasang mata yang senantiasa menatap kearah Reta dengan pandangan menilai.

Perlahan Reta akhirnya bisa bernafas lega karena tanpa sadar tadi ia menahan nafasnya begitu ditatap dengan intens oleh para pemuda didepannya itu. Tapi sepertinya ia belum sadar bahwa masih ada satu orang lagi yang belum berhenti menatapnya itu.

ā€œEntahlah. Mungkin mereka ada dimarkas. Tapi kalau Tyas aku tidak tahu. Sejak tadi aku belum melihatnya sama sekali.ā€ Ucap Abi pada sang kekasih.

ā€œOhh begitu ya kak, kalau begitu kami bertiga pamit ke ruang rektor dulu, ya.ā€ Pamit Hana pada mereka berempat. Belum sempat Hana menarik tangan Wulan dan Reta, terlebih dahulu suara Gala menginstrupsi langkah mereka bertiga.

ā€œKenapa ke ruang rektor?ā€ Tanya Gala tanpa mengalihkan pandangannya kearah mereka bertiga.

"Dia kan baru disini, jadi harus lapor sekalian ngurus berkas di ruang rektor.ā€ Sahut Wulan pada Gala. Mendengar jawaban adik sepupunya itu membuat Gala tak lagi berkomentar.

ā€œMau kami antar kesana, Hana?ā€ Tawar Abi tak lupa dengan tersenyum manis kearah kekasihnya itu.

ā€œTidak usah kak, biar aku dan Wulan saja. Nanti kalau kak Abi lihat Tyas, tolong suruh dia menemui kami dikelas, ya.ā€ ujar Hana sambil tersenyum malu. Melihat kelakuan sang kekasih membuat Abi ingin sekali mencubit pipinya itu.

ā€œYa sudah. Hati hati ya kalau ada apa-apa segera telpon kakak.ā€ Sahut Abi dengan mengangkat ponselnya yang diangguki oleh Hana.

ā€œKami pamit ya, kak.ā€ Ucap Wulan sambil melangkah diiringi oleh Hana dan Annisa yang sedari tadi hanya diam saja. Begitu melewati mereka berempat, Reta menghembuskan nafas lega. Sedari tadi ia tak buka suara karena takut akan mengganggu mereka yang notabene masih asing buatnya.

"Kau kenapa, Ta?" tanya Hana begitu melihat Annisa tampak lega itu.

"Tidak apa-apa, Hana." jawabnya begitu menatap Hana.

"Kalau begitu sekarang kita ke ruang rektor." Ucapan itu mendapat anggukan dari Hana dan Annisa. Setelahnya mereka bertiga berjalan beriringan sambil bergandengan tangan dan saling berbagi cerita.

ā„ā˜€ā„

Ketiganya saat ini sudah berada didepan ruang rektor. Hana langsung mengetuk pintu itu. Seruan masuk dari dalam menua ketiganya memasuki ruang rektor tersebut. Tadinya Hana dan Wulan ingin keluar dari ruangan tersebut ketika sudah mengantar Annisa sampai kedalam. Tapi bapak rektor menyuruh keduanya untuk menunggu sebentar. Sebab Reta itu sekelas dengan wulan dan Hana. Begitu selesai mengurus surat beasiswa pertukaran itu. Kini ketiganya sudah keluar dari ruang rektor menuju ke kelas mereka.

šŸ’–To Be Continueā•šŸ’–

ā•Terimakasih sudah berkunjungšŸ’–ā•

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status