Sepertinya kepala rumah sakit baru benar-benar membuat angin segar di rumah sakit ini. Mulai dari persiapan, serta sambutan pembukaan sang kepala baru begitu perfect. Elsa berusaha menyibukkan dirinya dengan bekerja se profesional mungkin, meski papan nama yang dibaca, jujur, bikin Elsa merasa deg-degan, seperti ada sesuatu yang terisi setelah lama menghilang tapi, dia tepis setiap kali ada debaran hati yang mulai tak menentu. Mungkin itu bukan Rey, tidak mungkin Rey menjadi seorang dokter, selama ini yang dia tau Rey lebih menyukai menjadi seorang seniman.
Elsa terus menyibukkan diri, berhubung hari ini adalah jadwal shift pagi. Menjadi dokter bedah membuat jadwal Elsa selalu padat setiap hari. Terkadang setiap kali operasi memakan waktu yang tidak sedikit. Bertanggung jawab demi menyelamatkan pasien adalah tujuan Elsa menjadi dokter."El, gak ikut ke Aula?" tanya Nita, wajahnya begitu fresh sepertinya dia benar-benar ke salon, Elsa dibuat senyam senyum sendiri."Sorry Nit, hari ini jadwal shiftku pagi, untuk sementara belum berani ditinggal," jawab Elsa."Ayolah El, sekali-sekali kita cuci mata biar hati ini selalu merekah," kekeh Nita."Lebaaaay, lu, tong," ledekku. Padahal jangan ditanya debaran di dada ini.Si Nita malah terkekeh, dia memang paling semangat sejak kuliah kalau liat yang manis-manis, tentunya dia selalu update cerita terbaru, gak salah cerita darimana saja bisa nyampe ke dia, mulaibdari kalangan biasa sampai kalangan selebritis Nita mah jagonya. Bagaimana kalau dia tau Rey? oh tidak, bisa kacau dunia dibuat."Ah, lagi-lagi kenapa hati ini berdebar-debar," batin Elsa."Jadi ikut gak, kok malah menghayal ditanya." Cicit Nita mulai sebal."Lanjuuut dah, Nit, biar oppa mu gak kabur," guyonku biar Nita gak maksa."Hahaha, ada-ada saja kamu, El," jawab Nita.Akhirnya Nita menuju Aula dan pikiranku traveling kemana-mana rasa penasaran yang tinggi apakah itu Rey atau bukan benar-benar buat pagi ini tidak fokus. Rey benar-benar membuat seluruh sendi dalam tubuhku terasa rapuh. Rey, akankah kau hadir kembali untuk rasa yang sempat tertinggal?"Ayo dokter El, kita ke aula, ketua divisi harus hadir," sapa kepala dokter."Maaf, Dok, hari ini Jadwal shiftku pagi," jawabku."Gak boleh gak hadir Dokter El, semua harus hadir dan juga ada dokter praktik yang jaga untuk hari ini. Jadi ayo kita ke Aula!" ajak dokter Suryo selaku kepala dokter bedah di rumah sakit ini, beliau memang ramah sama siapa saja.Akhirnya Elsa menyerah, sepanjang perjalanan menuju aula entah kenapa Elsa benar-benar dibuat deg-degan. Rasa tak menentu di hati membuat jantung Elsa berdegup dengan kencang."Mari kita sambut kepala rumah sakit kita yang baru dokter Reynaldi Baskoro, beliau adalah lulusan kedokteran di Jerman dan hari ini resmi menggantikan dokter Mulyadi." Begitu prolog sambutan dari pembuka acara hari ini."Perkenalkan nama saya dokter Reynaldi Baskoro biasa dipanggil Aldi, terima kasih atas sambutan pagi ini, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Singkat, padat dan jelas Rey memaparkan dirinya dengan gaya coolnya.Gemuruh tepuk tangan menyambut sang dokter, sementara di ujung sana ada sepasang mata yang tak berhenti berkedip. Rey yang dulu berubah drastis menjadi publik figur yang sangat mengesankan, membuat siapa saja terpesona.BersambungAkankah Rey hadir kembali untuk Elsa?Jika ingin kuulang lagi, aku tak akan membuatmu kecewa.—Ummi Salmiah—Hari ini rencananya Rey berkeliling rumah sakit untuk melihat situasi rumah sakit. Elsa berdebar-debar karena Rey akan mengecek ruangannya dan ruang operasi. Rencananya fasilitas yang sudah tidak layak akan segera diganti. Rey benar-benar profesional, begitu datang dia langsung membuat konsep. Sepertinya dia sudah hafal betul dengan rumah sakit ini.Elsa menahan kecewa, sepertinya Rey sudah menganggap dia bukan siapa-siapa lagi. Setibanya Rey, tak ada sapaan, dia hanya fokus dengan kepala dokter bedah tanpa melirik Elsa sedikit pun. Berkali-kali Elsa menahan nafas tidak percaya, Rey sudah melupakannya sejak kejadian 10 tahun yang lalu."Sepertinya aku harus berdamai dengan keadaan," batin Elsa.Elsa pulang lebih awal kondisi mentalnya belum siap menghadapi kenyataan hari ini. Dia berharap setidaknya Rey menyapanya, tapi jangankan disapa, dilirik pun tidak. Apa segitu marahnya dia, hanya sekedar menyapa saja dia tid
"Dokter Fahri …!" seru kami berdua"Dokter Fahri jangan berani ganggu Dokter Elsa ya, saya mau calonkan dia dengan kakak saya," sambung Nita."Sebelum janur kuning melengkung, Nit, kenapa enggak, ya, ‘kan Dokter El?""Sudah … sudah, stop, ya. Sekarang waktunya pulang, ayo Dokter Nita, Dokter Fahri kita pulang sudah gak sabar nih pengen rebahan.""Gitu sudah kalau jomblo fi sabilillah, bawaannya mau rebahan saja!" ledek Nita.Kalau ada Dokter Nita hidup terasa lebih berwarna. Teman-teman sejawat bilang kalau dia “Miss rame”. Di mana saja selalu heboh kalau ada dia.****Hari terus berlalu, sudah lima hari Rey di sini, tetapi tak pernah sekalipun menyapa Elsa. Elsa sempat berpiki untuk menyapanya duluan, meminta maaf atas ucapannya 10 tahun yang lalu. Mungkin dia masih marah, tetapi tak sekalipun ada kesempatan, selalu saja terhalang. Rey juga sepertinya memang menjauh.Hari ini adalah jadwal bulanan rumah sakit mengirim dokter sukarelawan ke luar kota, bisa dikatakan ini kegiatan bulan
Berharap dia punya rasa yang sama denganku.Sampai di lokasi kami semua berkemas ke stand yang sudah disiapkan pihak rumah sakit. Semakin tua usia seseorang semakin banyak keluhan penyakit yang diderita. Usia 50-an ke atas memang rentan dengan penyakit kolesterol, asam urat dan hipertensi."Mulai hari ini jaga pola makan, ya, Bu. Olahraga juga yang teratur, gula darah Ibu tinggi. Jadi, mulai sekarang ubah pola makan yang lebih sehat, ini sudah saya tuliskan resep untuk Ibu dan diminum sehari-hari, jadi Ibu ikuti, ya. Sayangi diri, sayangi keluarga dengan hidup sehat." Begitu telatennya Rey menjelaskan pada pasien yang berusia 60-an ke atas yang datang ke stand-nya."Dia begitu keren," batin Elsa.Sepertinya Rey begitu kewalahan, pasien di stand-nya tiba-tiba membludak, banyak yang ingin diperiksa oleh Rey. Wajah blasteran Rey membuat siapa saja ingin diobati."Hi, El. Sudah dapat pasien berapa?" tanya Nita."Ini yang kelima." Elsa menjawab sambil memeriksa pasien. Kebetulan pasien ter
Aku akan selalu menunggumu sampai waktu tak terbatas.Kegiatan amal bakti rumah sakit akhirnya selesai juga. Semua dokter dan perawat yang bergabung mulai membereskan perlengkapannya. Fahri sepertinya tidak main-main, dia menunggu Elsa membereskan perlengkapannya. Fahri selain berbadan tinggi, dia punya lesung pipit yang manis sekali. Wajah tampannya yang mirip orang arab juga sangat memesona. Fahri dikenal sebagai dokter yang rapi, dia juga lumayan memiliki karier yang cemerlang dan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Terlihat sekali dari mobilnya yang selalu ganti setiap hari. Dia selalu memperhatikan setiap penampilannya. Walaupun begitu, dia tetap santun dan friendly dengan siapa saja. "Dokter Fahri langsung ke bis aja." "Gak apa-apa El, biar sekalian bareng."Dokter Fahri masih setia menunggu."Oh … oke, sebentar, ya.""Perlu aku bantu, El?" Dokter Fahri bertanya lagi karena Elsa sibuk dengan bawaannya.Kami berdua ke bis dan semua sudah siap untuk kembali ke rumah sakit.
Semua pertanyaan muncul di pikiran Elsa. Setelah melihat undangan itu ternyata di luar dugaanUNDANGAN PERESMIAN KLINIK CINTA IBU.Begitu bunyi undangan yang dikirim Rey."Syukurlah," batin Elsa."Kenapa El, kok senyum begitu?""Gak ada, Ma.""Undangan apa itu, El?""Undangan peresmian klinik barunya Rey.""Oh, iya, El. Tadi Mama ketemu temenmu, siapa ya tadi namanya?""Maksud mama Dokter Fahri?""Oh, iya, betul Fahri, kaget Mama dia pagi banget nyari kamu." Mama menahan tawanya."Ada udang di balik bakwan, Ma.""Hahaha … ada aja kamu, El. Tapi cakep juga sih kayak orang arab, kayak artis kesayangan Mama, Mas Al." Ya sallam, bakal naik daun telinganya Dokter Fahri kalau tahu."Tapi Rey kok bisa seganteng itu ya, El?"Waduh mama ini kok jadi yang lebih alay, sebenarnya dia di tim yang mana? Dokter Fahri atau Rey? (Kalian pilih yang mana, hahaha)."Kayak pemain korea itu lho El, yang Mama nonton di TV," sambung mama lagi."Pagi-pagi lihat dua cowok keren pikiran Mama ke mana-mana, penge
"Istirahatlah, aku yang akan menggantikanmu!" Elsa diam, bingung mau jawab apa."Jangan ragu, aku akan berusaha yang terbaik untuk pasien ini. Dokter Fahri, bawa Dokter Elsa ke ruangannya, jangan sampai dia pingsan di sini."“Ya sallam ada Dokter Fahri juga di sana, apa dia mendengar aku memanggil Rey?” Dokter Fahri terlihat begitu terkejut, entah apa yang akan dia pikirkan setelah ini."Baik dokter. Ayo Dokter Elsa kita ke ruangan, aku akan menginfusmu biar suhu badanmu segera normal." Dokter Fahri dengan sabar dan telaten mengajak Elsa, Rey hanya diam melihat Dokter Fahri menuntun Elsa.Sesampai di ruangan, Fahri merawat Elsa seperti pasien, dia panik. Sesekali dia menatap Elsa seperti ingin bertanya apa hubungannya dengan Rey, tapi sepertinya dia tidak ingin mengganggu privasi Elsa. Sifat sabarnya membuat hati Elsa terenyuh. Dokter cantik itu khawatir kalau Fahri akan terluka seperti Rey, lalu menjauh dan pergi.***Elsa terbangun, sepertinya dia tertidur cukup lama. Badan terasa l
Andai waktu bisa kembali, aku tidak akan mengecewakanmu.Sudah baikan Dokter Elsa?" Rey memperjelas pertanyaannya.Nita menyenggol Elsa supaya menjawab pertanyaan Rey."Sudah, dok. Alhamdulillah.""Syukurlah." Setelah mengucap begitu, Rey pergi."Sebentar, dok!" Rey berhenti."Terima kasih sudah membantuku kemarin.""Sama-sama." Rey pergi dan tidak menoleh sedikit pun. Si Nita langsung bereaksi."Ciyeee ….""Apanya, cie, cie?""Sepertinya saingan Mas Fahri sungguh berat.""Hm, mulai deh, yuk balik! Nanti sore kita berangkat.""Asiyap, Bu Dokter."***Tamu undangan sudah mulai berdatangan, wartawan juga banyak yang hadir. Hati Elsa sungguh berdebar, apakah Rey akan resmi tunangan hari ini atau tidak. Menyemangati diri sendiri untuk tetap berpikir positif, supaya hati tenang, jangan sampai pingsan di sini."Kok menyendiri, El." Irfan datang menyapa Elsa."Iya, Fan. Hari ini sama siapa? Gak piket?""Sendiri juga El, kebetulan jadwal piketnya besok, jadi bisa dateng.""Oh." Elsa hanya ber
Elsa terbangun dan melihat ada infus ditangannya, ternyata dia berada di IGD. Ada mama dan papa yang menunggunya."Alhamdulillah El, kamu sudah sadar, Nak." Sang mama memeluk Elsa erat."Kecapean ya, Nak?” tanya sang papa."Iya, Pa, Elsa capek batin." Elsa hanya bisa menjawab di dalam hati."Papa sudah mengajukan kamu untuk istirahat 2 hari El, jadi kita pulang, ya, setelah kondisimu pulih.""Elsa sudah baikan, Ma. Elsa istirahat di rumah saja." Entah mengapa tidak ingin melihat rumah sakit dulu, rasanya malu, pingsan di depan banyak orang.***Sesampai di rumah, Elsa benar-benar istirahat total, menata hati dan pikiran supaya lebih fresh. Mungkin saat ini profesional lebih diutamakan."Gimana Nak, udah baikan?" tanya mama."Iya, Ma, sudah terasa lebih baik.""Tumben kamu drop kayak gitu." Elsa penasaran bagaimana mamanya bisa tahu kalau dirinya pingsan."Ada masalah, Nak?" Mama memang lebih peka dengan perasaan Elsa."Gak ada masalah Ma, cuma kayaknya aku pengen resign dari rumah saki