Share

Rasa Yang Unik

"Dokter Fahri …!" seru kami berdua

"Dokter Fahri jangan berani ganggu Dokter Elsa ya, saya mau calonkan dia dengan kakak saya," sambung Nita.

"Sebelum janur kuning melengkung, Nit, kenapa enggak, ya, ‘kan Dokter El?"

"Sudah … sudah, stop, ya. Sekarang waktunya pulang, ayo Dokter Nita, Dokter Fahri kita pulang sudah gak sabar nih pengen rebahan."

"Gitu sudah kalau jomblo fi sabilillah, bawaannya mau rebahan saja!" ledek Nita.

Kalau ada Dokter Nita hidup terasa lebih berwarna. Teman-teman sejawat bilang kalau dia “Miss rame”. Di mana saja selalu heboh kalau ada dia.

****

Hari terus berlalu, sudah lima hari Rey di sini, tetapi tak pernah sekalipun menyapa Elsa. Elsa sempat berpiki untuk menyapanya duluan, meminta maaf atas ucapannya 10 tahun yang lalu. Mungkin dia masih marah, tetapi tak sekalipun ada kesempatan, selalu saja terhalang. Rey juga sepertinya memang menjauh.

Hari ini adalah jadwal bulanan rumah sakit mengirim dokter sukarelawan ke luar kota, bisa dikatakan ini kegiatan bulanan rumah sakit. Rumah sakit akan mengirim “Doksemangat” untuk melayani masyarakat, terutama lansia yang sangat membutuhkan. 

Dokter yang dikirim hanya membawa peralatan medis sendiri karena bis dan lokasi yang dituju semuanya sudah diatur pihak rumah sakit. Sebagai dokter bedah, ini pertama kalinya Elsa mengikuti kegiatan tersebut. Saat diacak namanya keluar dalam satu kelompok, padahal dia sudah janji dengan orang tuanya untuk weekend di rumah. Profesi sebagai dokter membuat mereka jarang berkumpul.

"Dokter Elsa kita satu kelompok ‘kan, jangan jauh-jauh, ya." Tiba-Tiba Dokter Fahri sudah berada di samping Elsa.

"Ciye … yang sudah mulai pendekatan," sahut Nita.

"Hm, mulai deh."

Tiba-tiba Rey juga muncul, stelan kemeja yang rapi dan cool membuat siapa saja terpana. Sepertinya dia memang totalitas menjadi kepala rumah sakit. Usia mudanya memang cemerlang, kesan kharisma sungguh melekat pada dirinya.

"Rey!" panggilku.

Tak didengar, dia berjalan begitu saja.

"Lo manggil siapa, El? Wadidau ada My Oppa, jiwa jombloku mulai meronta." Ekspresi Nita bikin siapa saja terkekeh.

"Mulai deh ratu lebay. Yuk, kita berkemas nanti ketinggalan bis."

"Maumu apa sih, Rey!" Elsa terus membatin karena Rey benar-benar menjauh darinya.

***

2 Bis sudah siap untuk berangkat ke lokasi tujuan sukarelawan bulanan. Semua rombongan naik sesuai kelompok, baik dokter dan perawat yang bertugas. Tak disangka Rey juga berada di bis yang sama.

Bikin deg-degan saja ini doi.

"Hi, Dokter El, kita duduk deketan, ya." Tiba-tiba Dokter Fahri sudah berada di samping Elsa.

"Oh, boleh."

"Asyik dibolehin." Bahagia sekali Dokter Fahri hanya sekedar duduk di dekat Elsa.

"Ciye … yang mulai pendekatan bakal kalah cepat nih kamu, Fan," Ledek Nita, kebetulan Irfan ada di sana, dari dulu dia naksir, tapi gak pernah Elsa lirik.

Rey duduk pas di depan sambil baca buku, terlihat asyik dengan bacaannya, sesekali tersenyum, sebagai tanda menyapa para dokter yang masuk ke dalam bis.

"Wow satu bis dengan kepala rumah sakit sesuatu banget, makin semangat nih melayani masyarakat." Nita selain jujur, ceplas-ceplosnya bikin semua tertawa.

"Dokter El, beneran gak lagi pedekate dengan siapa saja, kan?" Dokter Fahri sepertinya mulai memperjelas.

Elsa semakin salah tingkah dibuatnya. Kenapa juga Dokter Fahri ngomong begitu?

"Nggak," jawab Elsa.

"Jangan bohong Dokter El, masak ratu universitas gak ada yang deketin?" Elsa diam, bingung mau jawab apa.

"Kalau gitu, boleh dong aku dekat denganmu?"

Lagi-lagi Elsa diam, tapi reaksi Rey bikin panas hati, dia sepertinya menikmati pembicaraan kami. Nggak peduli sama sekali, padahal posisinya pas di depan Elsa dan Fahri.

"Boleh." Waduh kok jadi polos begini.

"Maksudmu?" Fahri sepertinya tidak main-main.

"Temui saja papaku kalau berani," sambung Elsa.

"Siap, Dokter El!" Suara Dokter Fahri membuat semua memandang kami.

"Wah, Dokter Fahri kayaknya gerak cepat, nih, sudah naik bintang lima." Ledek Nita pakai oktaf 5 segala.

Rey diam seolah tidak mendengar.

"Maaf, Dokter Fahri saya duduk di belakang, ya. Agak gerah di sini."

Entahlah yang kuhindari Rey atau Dokter Fahri, tapi ekspresi Rey yang datar bikin suasana benar-benar gerah.

***

Bis mulai melaju, duduk di belakang ternyata lebih asyik. Pak sopir pun mulai memutar musiknya. Ah, lagunya kok bikin mellow banget, dada dibuat makin sesak.

Tuhan ku cinta dia

Ku ingin bersamanya

Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya

Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya (reff, Andmesh. Lirik lagu Jangan Rubah Takdirku.)

Tetiba Rey bangun dan mata kami beradu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status