"Suatu ketika, keburukanmu akan menjadi kebaikan. Namun, cemaslah ketika kebaikanmu, mungkin suatu waktu akan menjadi keburukan."
***Setelah menjalani sidang siang tadi, kini Cellin benar-benar merasa terbebas dan seolah beban-beban di pundaknya terhempas. Ia sebelumnya mengajak Rella ikut ke rumah saat pulang tadi, tetapi tampaknya gadis itu sedang menghindar dari Alka, sehingga menolak begitu saja. Alka pun sama saja, seperti tidak berniat untuk membujuk, padahal Cellin sudah memberi tatapan yang mengisyaratkan agar laki-laki itu membujuk Rella.Alka benar-benar menjauh, Rella pun demikian. Namun, Cellin melihat sesuatu yang tidak biasa di sepasang mata kedua insan itu. Dia pun mulai berinisiatif untuk membujuk sang papa untuk membatalkan perjodohan antara kakaknya dengan Stella. Sia-sia belaka ujungnya, sebab Antonio tidak semudah itu melepas jabatan yang sudah hampir di depan mata. Sempat ditanya alasan Cellin meminta peCellin tidak kehabisan akal. Setelah berulang kali gagal mengembalikan akun onstagramnya, sekarang ia mendapat ide yang cukup brilian. Kenapa tidak meretas akun milik Rella saja? Cellin yakin, akan selalu ada jalan menuju Roma. Beruntung sekali, teman sekelasnya mau membantu meskipun harus keluar uang. Thrreyy masalah, seluama Cellin bisa kembali bernapas dengan lega. Bunyi notifikasi keluar dari ponsel di meja belajar membuat Cellin yang merebahkan kepala pada tempat sama, menegak dan meraih benda tersebut. Satu pesan dari teman sekelasnya yang dimintai bantuan terpampang pada layar. From: Rogi [Gue udah berhasil retas akunnya. Ini user name yang udah gue ganti sama kata sandinya:U-name: Mr.R061Sandi: ********Lo tinggal masuk aja, nanti uname sama kata sandinya bisa lo ganti sendiri. Oiya, jangan lupa compensationnya.]Cellin menjatuhkan punggung ke sanggaan kursi dengan napas menguar lega. Ia mengulas senyum lebar. "Alhamdulillah ... akhirnya berhasil!" Beberapa saat kemudia
"Menahan sakit seorang diri, menyembunyikannya dari orang lain, dan berusaha terlihat seolah baik-baik saja. Tidak ada cara lain, selain bersandiwara karena mungkin, mereka juga menyimpan banyak luka."***Alka tahu, ini bukanlah keputusan yang tepat. Akan tetapi, karena keadaan, harus membuatnya terpaksa dipilih sekalipun banyak pilihan lain yang seribu kali lebih baik. Setelah menerima telepon dari Gloria, mama Stella, ia tidak bisa mengambil putusan lain selain menerima. Meski ia tidak berkata apa pun, tidak juga menolak, tetapi jawabannya hanya satu: iya. "Kamu sudah tau bagaimana keadaan tante, Nak. Jadi, tante sangat berharap kamu datang di hari lamaran nanti. Tolong rahasiakan hal ini dari mama kamu dan ... Stella. Bisa, 'kan? Tolong, ya, Nak, kamu adalah harapan terakhir tante. Demi tante dan demi Stella."Ketukan dari arah pintu membuyarkan lamunan Alka. Ia menoleh ke sumber suara, lalu melihat sang mama berjalan masuk dengan tatapan yang tidak mampu diartikannya. "Jadi, ka
"Setiap hal yang tersembunyi, ada kalanya tampak ke permukaan. Semata-mata agar manusia paham, bahwa sesuatu yang seharusnya tidak menjadi rahasia, tidak perlu dirahasiakan. Jika ketersembunyian saja mencipta masalah baru, kenapa tidak dengan menyuarakan kebenaran saja? Toh, ujungnya akan tetap sama. Walau sejatinya, kejujuran di awal lebih mampu untuk diterima hati, daripada menyemai kebohongan, yang pada akhirnya tertuai kekecewaan dan sulit untuk sekedar diikhlaskan."***[Kemarin lusa, kan, kamu belum jawab iya apa enggak. Apa mau ke sana sekarang? Kebetulan udah selesai kuliah. Kamu udah selesai?]Pesan itu didapat Rella dari Abil dua hari setelah mengajar di panti asuhan. Hal itu yang sangat ingin ditanyakan Rella, seandainya kemarin lusa laki-laki tersebut tidak menerima telepon penting. Pembicaraan tentang Stella pun terhenti, terlupakan begitu saja. Ingin bertanya, sudah sampai kos-an, jadilah Rella menahan rasa penasarannya hingga sekarang. [Udah selesai, Kak, ini mau bali
"Sebesar apa pun perjuanganmu untuk mendapatkannya, sekalipun mendaki gunung himalaya, bahkan mengarungi samudera hindia, jika Tuhan tidak berkehendak, kamu tidak akan pernah bisa memilikinya."***Anna, kenapa gadis yang pernah menjadi saudara tirinya itu ada di sini? Pertanyaan itulah yang pertama kali menyambangi pikiran Rella tatkala masuk ke rumah bak istana milik Gloria. Ia benar-benar terkejut, Abil berbisik padanya bahwa gadis dengan dress selutut itu adalah adik Stella. Adik kandung, tetapi beda ibu. Satu rahasia kembali terkuak. Lantas, kenapa selama ini, Stella bersikap seolah tidak mengenal Anna? Tunggu dulu. Annasterra dan ... Annastella. Kenapa Rella baru sadar, jikalau nama dari kedua gadis itu ada kemiripan? Kenapa ia tidak ngeh sama sekali? Rella tidak habis pikir. Lantas, apa alasan Stella sampai merahasiakan tentang ikatannya dengan Anna? Anna sangat menyukai Alka, apakah Stella mendukung hal itu di belakang Rella? Apakah Stella hanya berpura-pura mendukung per
Wanita berpakaian khas dokter itu menggelung tt dan memasukkannya ke dalam tas khusus. Rautnya tampak berbeda selepas memeriksa keadaan pasien yang terbaring di ranjang king size. Sesaat kemudian, dia melempar senyum kepada orang tng duduk di kursi dekat ranjang, Gloria. "Bagaimana keadaan Stella, San? Dia tidak kenapa-napa, kan?" Kecemasan tergurat jelas di wajah renta Gloria. "Ibu jangan khawatir, Stella baik-baik aja. Dia cuma butuh istirahat untuk memulihkan tenaga, sebentar lagi pasti siuman." Ucapan Santiya, dokter yang biasa menanganinya terdengar meyakinkan, membuat Gloria tersenyum tenang dan bernapas lega. "Entah apa yang Stella kerjakan selain kuliah sampai membuatnya kecapean, tapi syukurlah kalau dia nggak kenapa-napa." Gloria berdiri mendekati Santiya yang telah selesai mengemasi peralatan medisnya. "Kamu nggak makan dulu bareng kita? Sambil nunggu Stella siuman.""Nggak usah, Bu, saya mau langsung balik ke rumah sakit selesai dari sini. Mungkin ... lain kali kalau ng
Cinderella tahu dirinya tak secantik Cinderella yang ada di dalam dongeng. Namun, sebagai sesama ciptaan Tuhan yang brojol dari rahim ibu, bukankah harus saling menghargai? Cinderella, kan, juga termasuk spesies yang berkembang biak dengan cara dilahirkan, bukan dieram seperti telur ayam. Iya, macam si Chickenrella.[Rella, coba, deh kamu ke salon. Meny-pedy, terus kamu ubahlah sedikit gaya norak-mu itu. Mau muntah aku liat gelagatmu yang 'cam anak hilang warasnya. Rambut 'cam lidi, muka 'cam bungkus gorengan, gembrotmu nggak ketulungan. Aduh, rasanya mual perut aku lama-lama di dekat kamu.] -From JojonSeandainya Rella berperangai emosian, pasti sudah ditelan bulat-bulat laki-laki yang satu itu. Jojon, pacar satu minggu Rella di sosial media bernamakan f******k. Namun, setelah pertemuan di malam Ahad kliwon itu, Jojon lari terbirit karena ternyata penampakan sosok Rella yang diidamkannya seperti di kartun disney, hanyalah fatamorgana. Sampai pada akhirnya, Rella rela diputuskan meski
Ini bukan kisah sesosok Tuan Putri dengan paras jelita. Melainkan, seorang manusia biasa yang selalu minder dan menyalahkan diri sendiri akan keberadaannya. Tubuh gempal dengan bobot mendekati angka 100 Kilogram alias satu kwintal, siapa yang tidak meng-capnya sebagai Karung Goni, Gorila, Kudanil, atau bahkan ... Babi? Tega? Alah, di dunia ini, manusia dengan rasa kepedulian tinggi bahkan bisa dihitung jari. Namun bagi Rella, satu cemoohan dan hinaan atas fisiknya, mampu merobohkan 1001 batu-bata kepercayaan diri di dalam dirinya.[Malam ini nggak bisa tidur di kos, Mama kekeuh minta gue tidur di rumah. Sorry, malam ini lo sendiri. Dan, jangan lupa sleep well my princess Ella. Good night] -From StellaRella menghela napas panjang, sama sekali tidak ada guratan senang di wajahnya. Benda gold di tangan terlempar pelan, bagai tiada daya. Kembali mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan harapan, semua beban pikiran hilang.Menelentangkan tubuh di kasur dengan ukuran dua kal
Suasana area parkir kampus tampak sepi, hanya ada cctv bergentayangan merekam setiap kejadian di tempat yang penuh dengan kendaraan roda dua dan empat. Termasuk kecelakaan kecil yang terjadi antara sedan merah dengan hitam.Selepas parkir-memarkir selesai, laki-laki semampai berjaket hitam yang baru saja keluar dari sedan hitam, tampak mendesah kesal tatkala melihat bumper mobilnya lecet karena kecelakaan kecil beberapa detik lalu. Aura kemarahan terpancar jelas di wajah ovalnya. "Bokap pasti marah besar kalau sampai tau. Aish!"Mata tajam itu beralih pada dua perempuan yang keluar dari kendaraan penyebab kerusakan bumper mobilnya. Mengetahui siapa gerangan mereka, Yongki Gabriel, alias Abil tampak mengeratkan rahang. "Yang megang kemudi, gue minta tanggung jawabnya." Tatapannya dingin, tetapi menyeramkan.Rella dan Stella, kedua gadis itu terlihat ketakutan dengan salah satu tangan mereka saling mengait. Lidah terasa kelu saking takutnya, bahkan Rella sampai berkeringat dingin karena