"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Sore ini benar-benar sangat indah, matahari mulai merendah. Langit berwarna jingga melukiskan seluruh langit dengan berbagai bentuk awan yang menghiasinya. Pada waktu seperti ini sangat cocok meminum teh. Aku memandangi sekitar sambil menikmati secangkir teh. Ini benar-benar membuat hati sangat tenang dan nyaman. Biasanya aku akan membaca beberapa buku untuk menikmati waktu senggang ini. Hanya saja teman dari ayahku sedang berkunjung kesini. Mereka bersahabat sudah lama sekali, namun mereka tampak lebih suka berteman secara diam-diam.Tidak sopan jika aku tidak menyambut kedatangannya. Aku hendak pergi ke pintu utama. Namun, kedatangannya sudah tiba. Aku melihat dia bersama beberapa prajurit yang sedang menemaninya. Aku mulai menghampirinya."Selamat datang." Aku membungkukkan badan ketika dia melewatiku."Terima kasih. Kau sudah tampak besar. Boleh aku bicara denganmu sebelum bertemu dengan ayahmu?"Aku mengangguk. "Lewat sini."Dia mulai mengikutiku berjalan, aku mengarahkannya ke t
Aku membuka mata memandangi langit-langit. Setengah tersadar, bahwa aku tidak berada di sini sebelumnya. Kedua tanganku meraba sekitar, badanku sedang terbaring di sebuah ranjang yang sangat besar. Aku bangun dan duduk, memandangi sekitar. Ini kamar yang luas! Seperti sedang berada di rumah yang megah dan mewah. Ini bukan kamarku kurasa, di mana aku berada? Aku menggosok kedua mataku dengan tanganku. Sepertinya sekarang tampilanku sedang berantakan. Aku benar-benar kebingungan.“Nona, saatnya sarapan. Semuanya sedang menunggu Anda.”Semuanya? Siapa yang dia maksud 'semuanya'? Apa ini? Di mana ini? Ingatanku hilang seketika. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, tapi ada sesuatu yang mendorongku untuk melakukannya. Padahal aku rasa, sebaiknya aku pergi dari sini. Mungkin dengan ini aku bisa mengetahui mengapa aku berada di sini?Pelayan itu membantuku merapikan diriku setelah dia menyuruhku untuk membersihkan diri. Apa yang terjadi semalam? Sungguh aku tidak berani bertanya kepadanya
Aku membuka mataku, buram. Kepalaku pusing. Aku menutup kembali mataku.“Siapa dia? Mengapa kau membawa gadis itu kemari?”“Diam jangan berisik, dia sedang tidur!”Terdengar suara dua lelaki yang sedang bercakap, aku membuka mata perlahan menatap langit-langit. Tidak seperti sebelumnya, langit-langit ini tampak seperti rumah biasa saja. Apa aku sudah terbangun dari mimpi gila tadi? Akan tetapi jika itu mimpi mengapa ada dua orang laki-laki di luar kamar ini?Aku mencoba memulihkan diriku sendiri. Diam sejenak—mengamati lingkungan sekitar. Ingatanku belum pulih secara menyeluruh. Aku bahkan tidak ingat sama sekali bagaimana rupa kamar diriku sendiri. Jelas ini bukan kamarku sepertinya, berantakan sekali. Aku bangun dan duduk di atas kasur sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing. Aku harus bersiap diri, jika memang ini bukan kamarku, berarti ini kamar milik orang lain. Orang itu entah baik ataupun jahat aku tidak tahu sama sekali. Aku harus menjaga diriku sendiri.Aku mulai be
Lelah sekali rasanya. Aku tidak paham mengapa Williams berkata seperti itu, sedangkan kita harus jalan sejauh ini? Apa jangan-jangan dia akan menjadikanku umpan untuk hewan buas? Sial! Mengapa aku tidak terpikirkan sampai situ?Ini benar-benar hutan belantara, sama seperti sebelum aku terjatuh. Hanya jalan setapak. Sepertinya waktu menunjukkan sore hari, aku bisa melihat cahaya matahari yang mulai merendah. Badanku sudah mulai berkeringat, mungkin karena aku menempuh jalan yang cukup jauh. Cahaya matahari itu menyilaukan pandanganku, aku benar-benar merasa terganggu dengan perjalanan ini. Ah, sudahlah—tidak baik jika terus mengeluh. Hutan yang lengkap dengan pemandangan, menyejukkan pikiran, dihiasi suara kicauan burung dan serangga yang bersahutan satu sama lainnya. Lelahku hilang seketika. Aku berhenti sejenak, menutup mata menikmati semua ini.Seseorang menepuk jidatku, dan membuyarkan semuanya."Nyamuk di sini besar sekali. Aku jadi tidak tahan untuk membunuhnya."Aku melotot. Ter
Aku membuka pintu kamar berencana keluar, tetapi ada pelayan menunggu di pintu kamarku. Dia mengatakan bahwa makan malam sudah siap, sambil memegang tumpukan baju dia meminta izin untuk memasukkan semua baju itu ke dalam lemari. Dia sudah lama menunggu, tetapi karena aku sedang tertidur dengan lelap, dia membiarkanku tidur dan melewati makan siang.Makan malam sudah siap. Aku sangat menanti makan malam, karena perutku sudah benar-benar lapar. Oh, perutku tolonglah jangan membuat masalah ketika di ruang makan. Jika sampai itu terjadi, apa sebaiknya aku berpura-pura mati?Aku mengenakan gaun sederhana berwarna coklat muda yang telah disiapkan pelayan tadi. Busana yang sederhana namun tetap mempunyai kesan yang anggun. Dia mengatakan bahwa kehadiranku mendadak di sini, jadi semua baju ini adalah milik mendiang ibu Pangeran Tom. Tom yang malang, dia sudah kehilangan ibunya. Ingin aku bertanya kepada pelayan itu mengapa ibunya meninggal, tapi aku tahan. Aku harus berhati-hati dengan orang
Seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk ke kamarku. Aku membuka mataku.”Maaf, Nona. Pangeran Tom memberikan ini untukmu.”Ternyata dia, Amy.”Baiklah, Amy. Letakkan di sana. Nanti aku pakai setelah membersihkan badanku terlebih dahulu.””Izinkan saya merias Anda, Nona.””Baiklah, tapi jangan panggil aku Nona.””Baik, Nona. Eh, Jane.”Aku pergi mandi.Aku mengenakan gaun yang sudah disiapkan Tom, dibantu Amy memakaikan korset. Aku benci sekali dengan korset ini. Gaun ini berwarna merah muda—sangat muda seperti bunga mawar yang baru mekar. Meskipun acara malam hari yang seharusnya berwarna gelap. Namun, aku yakin Tom memilih ini tanpa ragu. Dia pikir ini cocok denganku dan aku suka, sangat suka.Amy menata rambutku sedemikian rupa. Dia menyanggul rambutku ke belakang, dan membiarkan rambut depanku terurai. Rambut yang tidak bisa tersanggul karena terlalu pendek. Dia menyanggul lebih rapi daripada sebelumnya. Amy memberikanku hiasan mutiara-mutiara kecil di rambutku. Terasa lebih hidup
Pikiranku kosong. Air mata mengalir begitu saja, tapi tidak seperti sebelumnya. Aku menangis tapi ada perasaan senang di dalamnya. Apa ada hal sesuatu yang telah terjadi? Apa aku pernah bertemu dengan Tom sebelumnya? Namun, Tom mengatakan bahwa dia belum pernah menemuiku. Jika dia belum pernah bertemu denganku, mengapa dia bisa mengutarakan perasaannya meski baru bertemu beberapa hari? Padahal kami baru dekat pada saat sedang berdansa.Aku membasuh muka dan kedua tanganku. Aku melihat diriku sendiri di cermin. Riasanku mulai memudar, tapi aku tidak memikirkannya. Aku mencoba menenangkan detakan jantungku, dan air mataku sudah berhenti mengalir. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Rasanya akan canggung sekali. Aku tidak bisa mengatasinya.Aku melamunkan diri di hadapan cermin. Tujuanku sebenarnya adalah mencari tahu mengapa aku hilang ingatan, tapi aku merasakan ada hal yang berbeda. Ada apa dengan ini? Apa aku mengingat sesuatu? Mengapa jantungku tidak bisa berhenti kembali normal