Share

TAKUT ANCAMAN

Saat Rania lagi serius mengambil botol bekas di tempat sampah, tiba-tiba Putra membunyikan klakson mobilnya dengan keras yang membuat Rania kaget.

"Ting ting" bunyi klakson mobil.

"Hei minggir jangan mehalangi jalan orang," ucap Putri pacar dari Putra.

Rania hanya melihat lalu berusaha untuk minggir ke pinggir jalan.

"Maaf," jawab Rania.

Putra pun memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya dan melihat pemulung itu karena dia seperti mengenalnya. Sedangkan Putri langsung masuk ke dalam rumah Putra.

"Tunggu, kamu kayak saya kenal," ucap Putra heran.

Rania pun melihat ke arah Putra, dan betapa kagetnya Rania mengetahui kalau yang panggil dia adalah cowok yang mau memasukkannya ke dalam penjara.

Rania langsung pura-pura tidak mengenalnya dan tetap berjalan dengan cepat sedangkan Putra terus saja memanggilnya.

"Hei tunggu, kamu mau kemana," panggil Putra.

Rania tetap berjalan terus dan tidak menghiraukan panggilan dari Putra. Karena merasa kesal, Putra pun masuk ke dalam rumahnya dengan kesal dan langsung duduk di sofa empuk miliknya.

Putri yang melihat pacarnya kesal langsung mendekatinya dan bertanya padanya.

"Kamu kenapa sayang, kok cemberut begitu?" Tanya Putri heran.

Putra yang mendengar pertanyaan dari Putri hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dari mulut lalu menjawab pertanyaannya.

"Itu tadi pemulung, dipanggil tidak mau menyahut malah langsung jalan saja. Aneh itu orang," ucap Putra dengan kesal.

"Memang ada apa dengan pemulung itu?" Tanya Putri dengan heran.

"Yah seperti pernah lihat saja dia," jawab Putra.

"Awas saja kalau kamu sampai macam-macam dengan cewek pemulung itu. Kamu akan lihat akibatnya," ancam Putri dan langsung pergi meninggal Putra sendirian di ruang tamu.

"Ya tidak mungkinlah sayang," jawab Putra yang langsung mengejar Putri yang marah. 

Dan Rania pun berhenti tepat di pos ronda untuk mengatur nafasnya karena ketakutan dan kecapean. Karena dia sudah janji tidak mau meladeni laki-laki itu. Rania takut dengan ancamannya.

Setelah merasa sudah tenang dan tidak capek lagi, Rania melanjutkan perjalanan pulangnya karena merasa hasil memulungnya hari ini sudah cukup dan sebelum pulang dia harus membawanya ke tukang pengepul untuk di timbang Dandi tukar menjadi uang buat belanja lauk nanti malam.

Dan uang hasilnya memulungnya lumayan, dia pun pergi ke warung mbak Lisa untuk membeli tempe dan beberapa bumbu yang sudah habis.

"Assalamualaikum mbak Lisa," salam Rania.

Mbak Lisa yang lagi sibuk mengatur jajan di warungnya langsung menjawab salam dari Rania.

"Wa'alaikumsalam Rania. Mau beli apa?" Tanyanya pada Rania.

"Mau beli tempe satu bungkus sama bawang merah dan bawang putih serta cabe rawit dan tomat, masing-masing dua ribu saja mbak Lisa," ucap Rania.

"Oh, nanti tak siapkan ya," jawab mbak Lisa.

"Iya mbak Lisa," ucapnya.

Mbak Lisa pun menyiapkan apa yang di pesan sama Rania dan setelah selesai, mbak Lisa pun memberikan belanjaannya dan menghitung total belanja Rania.

"Semuanya dua belas ribu Rania," ucapnya.

Rania pun mengambil uang di dalam sakunya. 

"Ini mbak Lisa. Terimakasih," jawab Rania sambil memberikan uang itu padanya.

"Sama-sama Rania. Uangnya pas ya," ucap mbak Lisa dan menerima uang dari Rania.

"Iya mbak," jawabnya.

Rania pun pulang ke rumahnya dengan membawa belanjanya yang akan diolah nanti malam buat makan malamnya. Di jalan Rania menghitung sisa uangnya agar dia bisa tabung buat bayar uang sekolah adiknya dan buat beli obat untuk ibunya jika sudah habis.

Tak lama kemudian, Rania pun tiba di rumahnya dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Tok tok" bunyi ketukan pintu.

"Assalamualaikum," salam Rania.

Rania pun masuk ke dalam rumahnya setelah melepas sendalnya dan menyimpannya di tempatnya dengan rapi. 

Ibunya yang melihat Rania datang langsung menjawab salam anaknya.

"Wa'alaikumsalam nak. Kamu sudah pulang ya?" Tanya ibunya.

"Iya ibu," jawab Rania sambil mencium tangan ibunya dengan takzim.

"Kamu bawa apa itu nak?" Tanya ibunya lagi.

"Oh, ini tempe sama beberapa bumbu dapur ibu," jawab Rania yang memperlihatkan ke ibunya.

"Ya sudah, kamu simpan di dalam saja nak. Sekalian kamu langsung mandi ya karena sudah mau senja!" Perintah ibunya.

"Baik ibu," jawab Rania.

Rania pun ke belakang untuk menyimpan belanjanya lalu dia masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan shalat ashar.

Setelah Mandai dan shalat ashar, Rania pun langsung ke belakang untuk memotong tempe dan menggorengnya serta membuat sambel terasi dan memasak nasi.

Adzan magrib berkumandang dan Rania pun sudah selesai masak. Dia langsung mencuci tangan dan mengambil wudhu serta mengajak adik dan ibunya untuk shalat magrib berjamaah. 

Setelah shalat, Rania langsung menyajikan makan dan mengajak ibu dan adiknya untuk makan malam bersama.

"Ibu dan Tania, ayo kita makan," ajaknya.

"Iya nak," jawab ibunya.

"Ok kak," jawab adiknya.

Mereka bertiga pun makan malam dengan lahap. Dan saat Rania membersihkan sisa makanannya dia mendengar ada ketukan pintu dari luar.

"Tok tok" bunyi ketukan pintu.

Rania pun ke depan dan membuka pintu rumahnya. Rania kaget karena yang datang adalah ibu RT.

"Assalamualaikum Rania," salam ibu RT.

"Wa'alaikumsalam ibu RT. Mari silahkan masuk dan duduk," ucap Rania.

"Tidak usah Rania, ibu RT disini saja mau menyampaikan sesuatu buat kamu. Besok pagi kamu sudah bisa kerja di rumahku," jawab ibu RT dengan senyum ke Rania.

Rania yang mendengar ucapan ibu RT jadi kaget.

"Alhamdulillah, terimakasih ibu RT," ucap Rania dengan bahagia.

"Sama-sama Rania. Semoga bisa betah kerja di rumah saya," jawab ibu RT dengan senyum.

"Saya janji ibu RT akan selalu rajin kerja dan tidak mau mengecewakan ibu RT dan pak RT," ucap Rania yang masih bahagia.

"Iya Rania, ibu RT percaya sama kamu kok," jawab ibu RT.

Tak lama kemudian, ibu RT pun pamit pulang pada Rania.

 "Oh iya saya pamit pulang dulu ya nak, salam buat ibu dan adikmu ya," ucap ibu RT.

"Iya ibu RT, nanti saya sampaikan salamnya buat ibu dan adikku," jawabnya.

"Assalamualaikum," salam ibu RT.

"Wa'alaikumsalam," jawab Rania.

Setelah ibu RT pulang ke rumahnya, Rania pun menutup pintu rumahnya dan tidak lupa menguncinya. Dia pun langsung ke ibunya untuk memberikan kabar bahagia ini.

"Ibu," panggil Rania yang langsung memeluk ibunya.

Ibu dan adiknya heran karena melihat Rania langsung memeluk ibunya sambil menangis.

"Kamu kenapa nak?" Tanya ibunya dengan heran.

Rania tetap saja menangis dipelukan ibunya karena bahagia.

"Kakak kenapa nangis?" Tanya adiknya juga dengan heran.

Rania melepas pelukan ibunya dan berhenti menangis setelah ditanya sama ibu dan adiknya. Rania pun menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan-lahan sebelum menjawab pertanyaan ibu dan adiknya.

"Ibu dan Tania, yang tadi datang itu ibu RT. Dia kesini untuk menyampaikan bahwa besok pagi Rania sudah bisa kerja di rumahnya," ucap Rania dengan senyum.

"Alhamdulillah," jawab ibu dan adiknya secara kompak.

Rania pun langsung memeluk ibu dan adiknya sambil menangis karena bahagia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status