Share

KEMARAHAN CASANOVA

Raina masih mengamati map hijau yang ada di tangannya, sesekali dia membolak-balikkan map tersebut. Devano sungguh lelaki yang aneh. Pertama dia menculik dirinya selama tiga puluh hari, kenapa tidak sekalian seumur hidup saja Raina di sekap nya, kedua Devano akan menikahi dirinya tapi sebelum itu, Raina di paksa menjadi pelayan di rumah ini dan lebih parahnya lagi, Raina tidak di gaji. Sontak membuat Raina langsung pusing. Niat untuk membalas dendamnya pupus sudah karena tidak tahu jika Devano lelaki yang kejam dan dingin. Raina memegang kepalanya yang masih pusing akibat tenggelam di kolam renang yang cukup dalam. Raina langsung menyobek map perjanjian yang di buat Devano.

“Aku tidak peduli lagi, dia kejam, dingin, arogan. Aku tidak peduli. Yang sekarang yang ku pikir bagaimana bisa keluar dari rumah iblis ini, dia pikir aku tawanan. Raina ... Kau pasti bisa melawan Casanova itu.” Raina menyemangati dirinya. Perlahan dia beranjak, meskipun kondisinya tidak stabil. Raina mulai ambruk tapi dia segera memegang meja dekat tempat tidurnya.

“Kenapa, aku jadi lemah seperti ini? Raina, di mana semangatmu untuk membalas dendam ayahmu. Devano, pantas mati. Ayo jangan sampai kalah dengan lelaki jahat seperti dirinya.” Batinku sambil berjalan perlahan menuju pintu.

Setelah jatuh dari lantai dua dan tercebur di kolam renang, nyawaku masih belum genap seratus persen. Sedikit lagi sampai di pintu kamar dan melarikan diri. Raina, memegang gagang pintu. Iya, terbuka. Senyum mengembang di wajahnya.

Bugh ...

Raina menabrak dada bidang seseorang. Rupanya tubuh ini tidak asing baginya. Raina menelan salivanya dalam-dalam berharap itu bukan Devano.

“Nona, mau kemana malam-malam seperti ini?”

Suara itu, bukan Devano. Raina segera menatap siapa pemilik tubuh yang dia tabrak. Morgan. Bodyguard setia Devano. Dalam batinku kenapa Morgan mau bekerja dengan sosok lelaki yang sangat arogan. Ah, itu tidak penting. Bagi Raina kabur dan kabur.

“Sa—ya ... Mau jalan-jalan sebentar. Saya bosan harus ada di kamar terus. Ijinkan saya jalan-jalan, iya cuma sekedar keliling rumah.” Pintaku sambil melirik ke arah Morgan yang membawa nampan berisi makanan dan minuman. Raina melirik jus mangga yang menggoda tenggorokannya. Maklum dia belum minum dan makan sama sekali. Raina melirik jam sudah pukul sepuluh malam. Astaga, ternyata sudah malam juga.

“Kalau, Nona keliling rumah malam-malam akan tersesat di area rumah ini. Rumah ini besar jadi untuk keluar sangat sulit apalagi jika Tuan Devano tahu jika Nona kabur. Akan ada api yang menyala. Saya sarankan Anda menuruti saja apa kata Tuan.” Terang Morgan dengan jelas dengan menundukkan kepalanya. Bodyguard ini ternyata sopan.

“Maaf, Tuan Morgan. Saya tidak betah tinggal di rumah neraka ini. Pemiliknya sangat kejam dan arogan. Bisa-bisanya dia menculik ku dan menyekap ku tanpa alasan yang jelas.”

Morgan hanya tersenyum lalu masuk kedalam kamar. Meletakkan nampan di dekat meja ranjang.

“Saya yakin, Nona belum makan. Tuan Devano menyuruh saya membawakan makanan untuk Anda, dia tidak mau, Nona mati karena kelaparan. Saya hanya mengingatkan jangan sampai, Nona kabur dari rumah ini. Ikuti saja perintahnya jika nyawa Nona selamat. Saya permisi.” Morgan mengingatkan ku dan pergi begitu saja. Sebenarnya ini kesempatan emas baginya untuk kabur.

“Tunggu ...” Raina mencegah Morgan agar dia bisa menggali informasi tentang Devano. Morgan tidak peduli dan terus melangkah pergi.

Raina menghela nafas panjang. Ancaman darinya membuatnya frustasi. Sepertinya dia gagal balas dendam dan mengambil alih peternakan yang diambil paksa oleh Devano.

Sudah hampir satu jam Raina dikurung di dalam kamar ini, kamar mewah bernuansa putih, di karpet, di ranjang, di semua furniture-nya. Kamar ini dibuat untuk perempuan dan perasaan jijik membayangkan bahwa mungkin kekasih-kekasih Devano yang sebelumnya juga ditempatkan di ruangan ini.

Perutnya keroncongan, dan dia merasa haus. Dia belum makan dari siang karena terlalu gugup merencanakan pembalasan dendamnya pada Mikail, dan sekarang dia kena batunya.

Aroma makanan itu terasa begitu menggoda, aroma manis dan gurih masakan yang masih panas. Pizza yang membuat lidah bergoyang.

Raina menghardik dirinya sendiri dalam hati, dia tidak akan makan, lebih baik dia mati kelaparan daripada harus menyerahkan dirinya kepada CEO arogan Devano.Raina berfikir sejenak takut dia meracuni dirinya sama halnya Raina ingin meracuni Devano.

“Apakah si Casanova arogan itu meracuni diriku?” Raina mencium bau pizza.

“Kalau kau mati, saat kau tenggelam di kolam renang aku tidak akan menyelamatkanmu dari maut. Kau paham?”

Raina, langsung menghentikan aksinya dan menoleh ke arah belakang. Devano dengan santai berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan pakaiannya yang casual membuat dia terlihat tampan. Sejak kapan Devano masuk ke dalam kamar ini?

“Orang sepertimu adalah pembunuh sadis sampai ayahku mati karena mu. Aku sumpah kau tidak akan mempunyai seorang gadis yang mencintaimu dengan tulus. Aish ... Perlakuan mu kepada perempuan saja negatif.” Raina mengejek Devano. Senyum kemenangan muncul di wajahnya. Devano menatap geram Raina, dia mengepalkan kedua tangannya. Gadis malang ini berani sekali mengejek dirinya.

Devano mengunci pintu kamar. Perlahan mendekati Raina. Kedua sorot matanya sangat tajam. Bola matanya merah menyala pertanda Devano marah besar. Melihat wajah itu, Raina berusaha tidak takut. Devano langsung mendorong tubuh Raina sampai ke dinding.

“Kamu bilang apa tadi? Coba katakan sekali lagi! Aku tidak mendengarnya.” Ucap Devano dengan nada pelan tapi membuat siapa saja orang ketakutan.

“Aku bersumpah kau tidak akan mendapat perempuan yang mencintaimu dengan tulus.” Raina dengan percaya dirinya mengejek Devano.

Devano makin mendekatkan tubuhnya ke arah Raina sehingga jarak antara mereka berdua beberapa senti saja. Deru nafas Devano sangat terasa. Raina masih menatap Devano, dia tidak mau kalah dengan Ceo Arogan ini. Devano memegang kerah baju Raina. Raina hampir tidak bisa bernafas.

“Tidak ada satupun orang berani menyumpahi ku, kau dengan lantang menyumpahi ku yang membuat aku marah. Kalau Tuhan berkehendak aku tidak mau menjadi pasanganmu. Dengar baik-baik, Raina jangan membuat aku marah dan menguji kesabaranku. Jika kau melakukan itu. Nyawa taruhanmu.” Suara Devano yang lantang dan sesekali mencekik Raina. Raina menepis tangan Devano membuat Devano tidak terima. Devano makin arogan dan kembali lagi mencekiknya.

Keberanian dan kemarahan Raina langsung muncul ketika menyadari sikap Devano yang di luar bata.. Lelaki ini sangat tidak manusiawi! Entah apa yang terjadi dengan dirinya, Devano adalah lelaki iblis. Kasar kepada seorang perempuan.

"Kau sungguh iblis yang tidak bermoral, mengambil keuntungan dari perempuan yang sangat lemah. Aku sangat membencimu." desis Raina menahan marah, masih tidak mau menatap Devano.

“Tatap aku!” Devano berusaha keras agar Raina menatap dirinya. “Tatap aku ...!” Kali ini suara menggelegar Devano tidak bisa di bendung.

“Aku tidak sudi menatapmu.” Kata Raina dengan tegas.

“Baiklah, kau sudah main-main kepada Devano Christoper. Jangan harap nyawamu akan selamat. Ingat, Raina nyawamu sekarang ada di tanganku.” Ancam Devano langsung mendorong tubuh Raina yang hampir terjatuh.

Kedua mata Devano tertuju ke arah map hijau. Map hijau itu sudah robek. Devano mengambil sisa puing kertas yang berserakan di ranjang.

“Kau, sudah membuatku marah!” Devano marah dan melempar sisa kertas ke arah wajah Raina. “Aku sudah memberimu hidup. Inikah balasanmu. Oke, Raina sudah tidak ada toleransi lagi bagimu. Mulai detik ini kau akan menjadi pelayanku selama tiga puluh hari dan tidak ada gaji buatmu. Satu hal lagi kau akan merasa tersiksa di sini.” Devano menunjuk ke arah Raina.

“ Apa salahku? Kau sudah membunuh ...”

“Hush, diam. Aku tidak suka di bantah.” Devano memotong pembicaraan Raina dengan meletakkan telunjuknya di bibir merah Raina. “Bersiaplah menjadi gadis yang malang bersamaku. Jika kau berniat kabur sampai ujung dunia pun akan ku cari.” Devano berkata dengan tegas.

Devano menutup pintu dengan keras. Raina langsung lunglai dan memeluk kedua lututnya. Tidak seharusnya dia bertemu Devano. Apapun resikonya, Raina akan berusaha kabur dari rumah terkutuk ini. Tangisnya pecah.

Di balik pintu Devano mendengar Raina menangis dan terisak. Senyum kecil mengembang di wajahnya. Kali ini, dia mendapat bonus yang sangat lumayan. Raina akan menjadi miliknya. Semua itu berawal dari ayahnya yang bernama Jonas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status