Share

CEO's Orders
CEO's Orders
Penulis: Dhe Blume

Prolog

Perempuan berumur dua puluh delapan tahun itu merekatkan mantel cokelatnya. Sena melangkah ke luar dari mobil. Perjalanan yang cukup jauh dia tempuh dari Seoul menuju Daegu membuatnya lelah. Kini dia telah sampai di depan kediaman orang tuanya yang berada di pinggiran desa. Suasana di pedesaan seperti ini sudah lama sekali tidak dia rasakan.

Kedatangannya ke sini bukan hanya untuk mengunjungi orang tuanya saja. Akan tetapi, dia ingin meminta izin kepada orang tuanya untuk pindah ke New York. Mason, bosnya memintanya untuk mengikutinya pindah ke New York. Kalau bukan karena terikat kontrak, Sena tidak sudi untuk mengikuti perintah Mason. Sena lebih memilih untuk keluar dari perusahaan daripada ikut pindah ke New York dengan Mason. Namun, Mason yang telah berjasa selama ini mau tak mau membuat Sena selalu terikat dengannya.

Jauh di lubuk hati Sena, sebenarnya dia menyukai Mason. Selama bekerja dengan Mason, meskipun dia selalu menjadi pesuruh, Sena selalu merasakan hal aneh yang mengganjal di hatinya. Entah apa nama yang pantas untuk menyebut perasaan aneh itu.

Pikiran Sena mengawang. Dia membayangkan apa yang sedang Mason lakukan sekarang. Di awal musim dingin ini Sena berharap Mason dapat menghabiskan waktu berdua dengan orang yang dia sukai. Tidak munafik memang Sena menginginkan Mason menyukainya kembali. Hanya saja perbedaan status di antara mereka, membuat Sena merasa dirinya sangat berbanding jauh dengan Mason. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan perempuan di luar sana.

Langkahnya terhenti tepat di depan gerbang. Sena menimbang-nimbang apakah dia harus masuk sekarang atau menunggu sebentar lagi. Sena meletakkan tentengan buah tangan di depan gerbang. Sekotak minuman ginseng itu sengaja dia beli dengan jumlah yang banyak hanya untuk orang tuanya saja. Sena mondar mandir di depan gerbang. Menghembus napasnya panjang dan merentangkan kedua tangannya ke udara.

Sena tidak menyangka bahwa sekarang salju pertama di tahun ini turun di hari ini. Hujan salju yang tipis membuatnya menengadahkan tangan dan menaikkan kepalanya ke atas. Senyuman terukir manis di bibir Sena. Dia berputar-putar menampung salju tipis.

Dari belakang, terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekati Sena. Dia tidak perlu menebak siapa orang itu. “Se-Jun? Kau bilang kau tidak jadi pulang? Kenapa kau ada di sini sekarang?” Sena masih sibuk menampung salju tipis itu. Ini merupakan kali pertamanya dalam beberapa tahun terakhir merasakan salju pertama.

Hening, orang yang Sena kira Se-Jun itu tidak menjawab pertanyaan Sena. Dia sedikit kesal tidak mendapatkan respon dari kakak laki-lakinya itu. Tepat sebelum badan Sena berbalik, sebuah syal mendarat di bahunya.

“Pakai ini, nanti kau kedinginan.” Suara bas laki-laki itu membuat hati Sena bergetar.

“Mason? Maksudku Pak Direktur? Sedang apa anda di sini? Bagaimana anda tahu rumah orang tua saya?” Sena membalikkan badannya. Dia terkejut setengah mati mengetahui bosnya sedang berada di tempat yang sama dengannya.

“Apa aku tidak boleh mengunjungi rumah kakekku, huh?” Mason menunjuk sebuah gerbang besar di seberang rumah Sena.

“Anda bilang kakek anda? Jadi, anda cucu kakek Kang?” Sena terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa seorang direktur seperti Mason merupakan cucu dari kakek Kang yang tinggal di pedesaan. Kakek Kang dan keluarga Choi, keluarganya Sena, sangat dekat.

“Benar sekali. Kebetulan aku ingin bertemu dengan orang tuamu.” Mason yang berpakaian kasual berjalan mendekati Sena. Dia melingkarkan syal yang diletaknya tadi untuk menutupi leher Sena yang terbuka.

“Untuk apa anda ingin bertemu dengan orang tuaku?” Sena menelan ludah. Dia tidak paham dengan niat Mason. Sena yang hanya setinggi bahunya Mason, sedikit tidak nyaman dengan posisi Mason yang menunduk untuk memakaikannya syal.

“Terima kasih atas syalnya Pak.” Dengan sopan Sena mengucapkan terima kasih. Senyum di wajah Mason berubah.

“Sudah tertera di kontrak bahwa kau tidak boleh berkata formal saat kita sedang berdua. Kau ingin aku beri hukuman? Atau kau harus membayar denda?” Mason menatap tajam manik cokelat di hadapannya.

“Maafkan aku Mason.” Sena merasa tidak nyaman dengan situasi yang sedang dihadapinya sekarang.

“Aku ingin meminta izin langsung kepada orang tuamu,” jelas Mason. Sena membelalakkan matanya.

“Kau tidak perlu repot-repot seperti itu. Aku sendiri yang akan bilang kepada mereka. Jadi sekarang kau bisa beristirahat. Aku pamit masuk dulu,” izin Sena. Dia membalikkan badan dan berjalan menjauhi Mason. Tidak lupa pula dia mengambil sekotak minuman ginseng tadi yang dia letakkan di depan gerbang.

“Sena, jika aku menyuruh sesuatu, kau akan selalu menurutinya, kan?” Pertanyaan Mason membuat langkah Sena terhenti.

“Sesuai pada kontrak seperti itu, Mason. Kau ingin aku melakukan apa, huh? Asal tidak berkaitan dengan tindakan kriminal kau bisa menyuruhku apa saja.”

“Baiklah, kau tahu sendiri konsekuensinya jika kau menolak perintahku, kan?”

Sena yang kesal karena diancam seperti itu membalikkan badannya. “Hukuman dan biaya penalti? Telingaku sudah muak mendengarnya. Jadi apa yang ingin kau perintahkan kepadaku?” Sena menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Menikahlah denganku!”

Rahang Sena seakan lepas dari kerangka kepalanya. Sena merasa dia salah mendengar perintah yang dikatakan oleh Mason. “Aku salah dengar atau kau yang salah bicara?” tanya Sena hati-hati.

“Tidak keduanya. Jadi bagaimana? Kau bisa menuruti perintahku, kan?” Tanpa aba-aba Mason menautkan jarinya dengan jari Sena. Entah sejak kapan Mason memegang sebuah kotak kecil beludru berwarna biru. “Pasangkan ke jariku sekarang!”

Sena menelan ludah. Berusaha mempercayai hal yang dia lihat dan dia dengar. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Namun, perintah Mason kali ini benar-benar membuat Sena semakin kacau dengan perasaannya. “B-baiklah.”

Mason menyeringai tipis, “Sekretarisku yang pintar,” puji Mason. Sena bergedik ngeri. Dia masih belum bisa mempercayai hal yang sedang dihadapinya sekarang. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika Sena benar-benar menuruti perintah Mason yang satu itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status