Mama Awan menunggu kalimat selanjutnya dari Raya dengan penuh harap. "Dia apa kabar, ma?" Tanya Raya ragu-ragu. Dia penasaran, malu, juga ada rasa takut jika menanyakan kabar Awan sekarang. Dia penasaran, seperti apa rupanya seorang lelaki yang selalu dia rindukan itu. Dia malu, karena harus bertanya langsung kepada mama yang bersangkutan yang notaben nya mengetahui masa lalu mereka. Dia takut, jika dia mendapati kenyataan bahwa sudah ada orang lain yang menggantikan posisinya di hati Awan. "....." Mama Awan kehabisan kata-kata. Dia pikir Raya akan sedikit menyadari keberadaan Awan dalam sosok Herlambang. Ternyata dia berharap terlalu tinggi. Di gedung RK CompanyTampak mama Awan baru saja tiba dan langsung berjalan menuju ke lift setelah disambut oleh Albert di depan pintu utama atas perintah Awan. "Halo, tante. Apa kabar?" Sapa seorang wanita muda dengan mengenakan pakaian kursng bahan. Lelaki hidung belang pasti akan langsung meneteskan liurnya jika melihat wanita itu. "Ngapai
"Papa!" Teriak seorang gadis kecil berusia enam tahun, begitu melihat Awan memasuki pintu utama gedung RK. Sejak pukul tujuh anak itu sudah berada disana, duduk manis di sofa sambil memainkan gadget nya. Sesekali dia melirik ke arah pintu utama menantikan kehadiran Awan disana. Teriakan gadis itu tak dihiraukan oleh Awan, dia terus saja melangkahkan kaki nya hingga akhirnya gadis kecil itu berlari mendekatinya dan memeluk erat sebelah kaki nya. Membuat langkah nya terhenti. "Papa! Kenapa papa tidak mendengarkan ku?" Tanya gadis itu sambil memanyunkan bibirnya dan melepas pelukannya di kaki Awan kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada. Awan yang tidak merasa itu adalah dirinya, hanya diam tanpa bereaksi apapun. Kemudian Albert maju ke depan, dan berbicara dengan lembut kepada gadis itu. "Dimana ibu mu?""Disana!" Seru anak itu sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang berdiri di depan receptionis. "Ada apa sayang?" Tanya wanita itu mendekat, dan memeluk tubuh mungil putriny
Hari ini adalah pertama Raya masuk kerja setelah cuti tiga hari karena dirinya harus dirawat dirumah sakit. Selama tiga hari itu pula, mama nya Awan selalu menemani dan menjaganya. Hingga menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi dalam diri Raya bahwa Awan akan menerima nya lagi jika saja mereka bertemu. Namun sepertinya Raya harus mengubur dalam-dalam segenap fikirannya itu. Sebab hari ini dia kembali di hadapkan kepada kenyataan yang sangat mengejutkan bathinnya. Herlambang yang perlahan mulai masuk ke dalam hatinya dan diterima dengan baik didalam sana sebagai seorang teman, ternyata adalah Awan. Orang yang selalu dia rindukan dalam tujuh tahun terakhir. Betapa bodohnya dia tidak menyadari ini sejak awal. Memang tampak sedikit perbedaan, Awan yang ada dalam ingatannya adalah seorang anak SMA dengan tubuh sedikit berisi, namun tidak terlalu gemuk, berkulit putih, bentuk wajah oval, dan potongan rambut cepak yang di sisir ke atas gaya khas anak SMA. Sedangkan lelaki yang mengaku b
"Kak!" Panggil Raya saat dia dan Meisya sedang menyantap makan siang mereka di kantin. "Hmm..." "Kira-kira kalo laki-laki udah beristri terus masih care sama kita, itu kenapa ya?" Tanya Raya dengan polosnya. Jelas saja pertanyaannya itu mengusik pendengaran teman-teman sejawatnya yang juga sedang makan di sekitarnya. Meisya buru-buru menghabiskan makanan yang baru saja di masukkannya ke dalam mulut, sebelum dia menjawab pertanyaan dari Raya."Paok kau lah, Ray! Makanya ku bilang dari dulu, mencewek kau. Biar gak bodoh kali jadi orang. Biar ada pengalamanmu sikit menghadapi buaya." Oceh Meisya panjang kali lebar, membuat mereka semua yang ada disitu menertawakan kebodohan dalam pertanyaan Raya. Raya yang tak terima di tertawakan hanya bersungut sambil memajukan bibirnya lima senti meter. Dan kembali melahap makanannya. "Aku kan nanyak loh we. Kalian ini sensi kali sama ku." Jawab Raya dengan menggunakan logat Meisya. Membuat teman-temannya kembali tergelak karena ulahnya. "Makany
Degg!! Tiba-tiba saja jantung Raya seperti mendadak berhenti setelah mendengar pertanyaan Meisya. Sejujurnya dia menginginkan itu adalah berita palsu. Namun mau bagaimana lagi, yang menyampaikan informasi itu adalah orangnya sendiri. Bahkan Awan mengatakan kalau dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Raya sekarang. Raya tertawa kecil. dalam hatinya setelah memikirkan ini. Dia sempat merasa diatas angin setelah menghabiskan tiga hari dirumah sakit bersama mama Awan. Dengan segala cerita dan ocehan mama nya seolah mendatangkan kembali kenangannya tujuh tahun yang lalu. Dia pikir semua akan baik-baik saja. Dan dia tinggal menunggu waktu untuk kembali menjalin kasih dengan Awan. Ternyata dia salah. Kenyataan yang dia terima pagi ini benar-benar menghempaskan dia dari udara dengan ketinggian yang mungkin mencapai puncak gunung himalaya diatas permukaan laut hingga kedasar bumi. Namun bukan Raya namanya jika dia tidak bisa menyembunyikan segala kekacauan didalam hatinya dari orang lain
"Ayah?" Panggil Raya heran. Bagaimana ayahnya bisa terdampar di gedung ini. Ayah pun maju dan mendekati putri nya kemudian memasukkan Raya kedalam rangkulannya sambil tangan kanannya mengusap lembut kepala Raya. "Ternyata ini yang buat kamu betah dan jarang sekali mau pulang kerumah?" Goda Ayah sambil mengecup kecil pucuk kepala Raya. "Ishh... Apaan sih, Yah. Mana ada. Aku juga baru ketemu dia disini." Jawab Raya jujur pada ayahnya. "Masak?" Tanya ayah sambil menaikkan kedua alisnya seolah tak percaya dengan jawaban Raya. Raya hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. "Eh, ayah kok bisa ada disini? Ayah kok gak ngabari Raya ayah lagi di Bali. Terus ayah nginap dimana tadi malam?" Tanya Raya beruntun membuat Awan dan Ayah terkekeh geli melihatnya. Ayah semakin mengeratkan rangkulannya pada anak gadisnya ini, sebab selain gemas dengan kelakuannya dia juga sangat merindukannya. Jika saja Awan tidak mengabari mereka kalau dia bersama Raya dan berjanji akan selalu mengawasinya. Mungki
'Datang ke ruanganku sekarang juga.' Awan mengirim pesan kepada Raya. Sebab sudah beberapa kali dia mengirim Albert untuk memanggilnya, namun tak diindahkan oleh Raya. Rasanya dia ingin menghampiri Raya sekarang juga dan menyeretnya kedalam ruangannya. Namun dia sedikit malu mengingat tak sedikit karyawannya yang melihat peristiwa sepatu terbang dua hari yang lalu. Bagaimana pun juga dia adalah CEO disini, tentu dia tetap harus menjaga imagenya. Terlebih seluruh karyawan sudah menamainya dengan CEO galak. Satu jam sudah dia menunggu balasan pesannya tapi tak kunjung ada. Hingga kesabarannya untuk menunggu sudah habis. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Raya. Drttt... drttt... drttt... "Mau apalagi sih ini CEO galak! Gak mutu banget, udah punya binik juga masih doyan aja gangguin orang."Omel Raya begitu melihat nama Herlambang terpampang di layar handphone nya."Ah, aku lupa mengganti nama manusia ini. Ganti jadi apa ya?" Ucap Raya sambil meletakkan satu jari nya di dagu da
Awan tampak meringis sambil memegangi pistolnya. Mukanya benar-benar sangat menyedihkan. "Rayaa!" Teriaknya tertahan, karena tak ingin orang diluar ruangannya mendengar dan berhambur masuk lalu melihat kondisinya saat ini. "Sudah ku bilang, menjauh lah dariku. Jangan karena aku masih mencintaimu, kamu pikir aku sudi jadi simpananmu." Jawab Raya pasti. "Kamu masih mencintaiku?" Awan kini langsung berdiri dengan sempurna, namun masih sedikit meringis karena sesuatu dibawah sana benar-benar sakit akibat tendangan Raya yang tiba-tiba itu. "Ha? Eh, enggak siapa bilang?" Raya mendadak salah tingkah, dia keceplosan. "Barusan kamu bilang." Awan semakin jahil untuk menggodanya. Pipi Raya yang berubah menjadi merah seperti tomat membuat dia tak akan berhenti untuk menjahili gadis itu. "Kamu salah dengar, makanya jangan mesum aja jadi orang." "Mana ada aku mesum. Kamu cinta aku, iya kan? Udah lama loh, Ya! Tujuh tahun, ingat nggak. Kamu yang mutusin aku, ternyata kamu juga yang belum move