Share

#93 Memeluk Duka

Semakin langit menggelap, ruangan itu semakin ramai. Tidak seperti siang tadi yang sepi. Mungkin karena bukan akhir pekan, mereka baru menyempatkan datang sepulang kerja. Sebagian besar orang yang hadir mengenakan pakaian berwarna putih. Orang-orang sibuk menyalami keluarganya, memberikan ucapan belasungkawa. Di tengah suasana duka yang pekat, gadis itu sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dia tidak menitikkan air mata seperti beberapa dari mereka yang datang.

“Neth, gantian kamu sama Niko makan, gih di kamar. Biar Kak Rena sama Kak Denny aja yang jaga.”

“Iya, Kak.”

Aneth beranjak dari duduknya, diikuti Niko dengan mata sembab dan wajah bengkaknya sehabis menangis. Aneth tidak tahu lagi apa yang harus ia rasakan sementara orang-orang jelas menunjukkan kesedihan mereka.

Bisa saja dia mengikuti yang lainnya, berpura-pura menangis. Namun, Aneth tidak suka bersikap munafik. Ada rasa sesak yang mengganjal, tapi bukan kesedihan. Mungkin penyesalan.

Lunetha Lu

Tak ada obat yang manjur selain pengampunan dan pengakuan diri sendiri. Sesungguhnya sahabat terbaik dalam hidup adalah diri kita sendiri. –Lunetha Lu

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Simarmata
luaaarrr biasaaaaa author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status