Share

Benci untuk Alana

Setelah membacanya, Andra meremas surat itu di tangannya.

Kepalanya mendongkak menahan semua rasa sakit. Kemudian menggeleng tak menyangka.

“Tidak! Kamu tidak bisa meninggalkanku, Alana. Kamu tidak boleh meninggalkanku. Aku mencintaimu. Jangan minta bercerai dariku. Tolong jangan pergi Alana! Jangan pergi..” Andra meraung-raung mengacak semua surat yang ada di atas tempat tidur itu hingga jatuh bertebaran di bawah lantai.

Nita dan suster dengan cepat menenangkannya sebelum Andra semakin kalap dan memperburuk kondisinya.

“Sadar, Ndra! Sadar! Alana sudah pergi! Dia sudah tidak mencintai kamu lagi. Berhenti menghabiskan air mata kamu hanya untuk menangisi wanita seperti dia!” 

Tapi Andra masih meraung. Seolah tak mendengarkan Nita sama sekali. Ia meremas dan mengacak sprei untuk menumpahkan tangis dan emosinya.

“Kenapa kamu pergi, Alana? Kenapa? Aku memang lumpuh saat ini. Tapi kamu jangan khawatir. Kakiku akan sembuh lagi nanti. Aku masih bisa cari uang untuk kamu. Aku masih bisa bekerja. Jadi tolong pulanglah Alana. Aku tidak mau cerai darimu.” 

Nita menegakan tubuhnya sambil menghembuskan napas kesal. Ia sangat kesal pada Alana yang berhasil menguasai hati dan pikiran Andra. Rasanya Nita ingin menjambak Alana saat ini juga.  

“Andra! Dengar Mama! Kamu itu laki-laki yang kuat! Berhenti menangisi dia!” Nita menangkup kedua pipi Andra dan membuat Andra menatap tepat pada matanya.

“Aku masih tidak bisa percaya, Ma. Alana pergi meninggalkanku. Dia merobek buku nikah kami dan menulis sebuah surat yang membuatku hancur. Dia bilang, dia sudah tidak mencintaiku lagi..”

“Dari awal, Mama dan Papa sudah memberitahu kamu. Kalau Alana itu bukan wanita yang baik-baik. Dia hanya mau memanfaatkan harta kamu, Ndra. Hanya harta yang dia cari. Dia pikir dia akan menjadi kaya setelah menikah dengan kamu. Tetapi akhirnya dia menyerah juga saat yang dia dapatkan hanya kesusahan. Mama minta kamu berhenti membuang air mata untuk wanita murahan itu! Dia tidak pantas untuk kamu tangisi!”

Andra merapatkan bibirnya, menahan rasa sesak yang begitu mendera di dalam hatinya. Matanya terpejam mengingat wajah Alana yang selalu ia pandang sebelum tidur. Tapi kini wajah itu menyisakan luka yang mendalam di hatinya. Alana sudah membuat hidupnya hancur berantakan.

“Kembalilah, Ndra! Lupakan perempuan itu. Papa dan Mama akan sangat senang kalau kamu mau kembali ke rumah kita. Buktikan pada Alana, kalau kamu bisa jadi orang yang sangat sukses. Biar perempuan itu menyesal telah meninggalkan kamu!” 

Nita mempengaruhi pikiran Andra. Tentu saja ia tak ingin Andra dan Alana kembali bertemu sampai kapanpun.

Yang Nita inginkan adalah Andra kembali ke dalam rumahnya dan membantu Darma untuk mengelola perusahaan mereka.

Lantas kemudian, Nita dan Darma akan melanjutkan rencana mereka yang dulu sempat tertunda, yaitu "meneruskan perjodohan Andra dengan Sherly".

Menantu pilihannya yang lebih dari segala-galanya dibanding Alana!

***

“Sudah, Andra. Jika kamu belum bisa, sebaiknya tidak usah dipaksakan,” ucap Ken—terapis yang membantu proses fisioterapi Andra. 

Ken melihat Andra terjatuh ke bawah saat baru saja akan berlatih berdiri. Ia mengulurkan tangannya hendak mengangkat tubuh Andra. Tetapi dengan cepat Andra menepisnya.

“Aku bisa. Aku tidak mau mengakhiri terapi ini tanpa memulainya!” Andra berkata dengan suara yang tegas.

Ken menghela napasnya pelan. Pasien yang satu ini begitu keras kepala. Tapi ia mengangguk sebagai jawaban.

“Baiklah. Kalau kamu memang mau melanjutkan, biar aku bantu kamu berdiri.”

Andra menurut. Ia tak protes saat Ken berusaha mengangkat tubuh bagian atas Andra. Sementara Andra sendiri menjangkau tiang yang ada di kedua sisinya. Agar kakinya bisa berdiri dengan tegak.

Nita memperhatikan dari belakang. Ia menggigit jari dan meringis saat Andra beberapa kali nyaris terjatuh lagi.

“Sudah ku bilang ‘kan, kalau aku bisa!” Andra berkata saat ia berhasil berdiri. Meski tubuhnya agak condong ke depan dikarenakan kakinya masih belum bisa tegak dengan benar.  

“Bagus. Aku tahu kamu tidak patah semangat, Andra.” ken menyahut. 

Andra merasakan sedikit goyah di kakinya. Tapi ia merapatkan bibirnya dan menahan agar kakinya tidak tumbang lagi. Andra meyakinkan dirinya sendiri, kalau ia pasti bisa sembuh. Kakinya pasti akan bisa berjalan kembali. 

Andra bukan lelaki yang cacat! Ia adalah lelaki yang normal!

Namun rupanya ucapan itu tak selaras dengan tubuhnya. Karena beberapa detik kemudian tangan Andra yang memegangi tiang, bergetar dengan hebat. Keringat dingin berucuran di kening dan pelipisnya. 

Selanjutnya tubuh yang jangkung dan kekar itu ambruk begitu saja. Membuat Ken bergegas mendekat. Nita bahkan menjeritkan nama Andra, dan berlari menghampiri anaknya itu.

“Andra! Sudahlah. Terapinya hari ini sudah saja. Nanti kamu bisa terapi lagi lain waktu,” Nita menyentuh lengan Andra. 

“Iya, Andra. Terapinya cukup sampai di sini. Jika kamu jatuh terus-menerus. Tidak akan baik untuk kondisi kakimu,” tambah Ken.

Namun lagi-lagi Andra menggeleng dengan tegas. 

“Tidak! Aku masih mau latihan berdiri satu kali lagi.”

“Ndra! Tapi Mama khawatir—“

“Ma! Jangan perlakukan aku seolah aku ini adalah laki-laki yang lemah dan tidak berdaya! Aku akan bisa berdiri, Ma. Aku pasti bisa berjalan lagi. Aku harus menunjukan pada wanita itu, kalau aku bukan lelaki cacat seperti yang dia katakan. Aku harus membuatnya menyesal, karena telah meninggalkanku!” tegas Andra dengan tatapannya yang tajam.

Ken mungkin tidak mengerti dengan apa yang Andra katakan. Tentang siapa wanita yang Andra maksud. Ia memilih tidak ikut campur karena ia hanyalah seorang terapis di sini. 

Tetapi Nita terkejut dengan amarah yang Andra pancarkan dari matanya. Lelaki itu seperti menyimpan dendam yang mendalam untuk Alana. Dan hal itu tentu saja membuat Nita merasa sangat senang. Akhirnya ia bisa juga membuat Andra membenci Alana.  

‘Lihat saja Alana. Aku tidak akan diam mendapat penghianatan seperti ini. Bersenang-senanglah dengan kehidupanmu yang sekarang selagi kamu bisa. Karena jika sudah saatnya, aku akan merebut semua kesenangan itu untuk membalas semua rasa sakit yang sudah kamu buat!’ batin Andra memupuk benci pada Alana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status