Jadi Nda kerjanya jauh? Nggak bisa makan siang sama Zira lagi?"
Bocah dalam pangkuan Tata terus saja berceloteh gemas saat sang ibu pulang. Sekarang mereka sedang berada di rumah Mala karena Azira terpaksa harus dititipkan di sana.
Saat Tata bekerja di kafe, sebenarnya gadis kecil itu terbiasa sendiri. Jika sekolah pun Zira selalu pulang ke rumah dan setelah itu menunggu sang ibu untuk makan siang bersama atau terkadang menyusul sang ibu bekerja karena memang jarak antara kafe dan rumah hanya butuh lima menit jika berjalan kaki. Namun kali ini Tata tak bisa memantau anaknya dan memilih orang tua angkat Mala yang ia repotkan meski kedua orang tua itu selalu antusias jika Azira datang.
"Iya, nggak apa-apa
Sumi, wanita belasteran Inggris dan Indonesia itu memang begitu lengket dengan Tata. Kebetulan saat hari terakhir Tata bekerja wanita itu sedang mengambil jatah liburnya."Maaf-maaf, gue belum pamit sama yang lain juga. Baru sama bos doang," jawab Tata sambil berjalan bersama Sumi dan Mala dengan Zira yang sudah diambil alih oleh wanita tinggi itu."Kok, dadakan banget sih. Perasaan lo nggak ada ngomong mau pindah kerja, deh?"Mereka duduk di meja pelanggan dekat dengan kasir dan Tata sedikit meringis atas pertanyaan itu. Jangankan rencana bahkan berpikir untuk pindah kerja pun tidak pernah. Pikir Tata."Iya, dadakan banget panggilan interviewnya," balas Tata. "Zira mau pesen apa, Sayang?" Kini matanya menatap bocah yang sedang anteng duduk dipangkuan sahabatnya."Apa aja, Nda," sahut si bocah."Kalian pesen aja, Mala pesen makan juga boleh gue y
Kembali menarik nafas dengan sedikit rasa tak nyaman karena pakaian yang semalam diberikan Mala untuknya, Tata menyapa dengan senyum pada pria paruh baya yang berjaga di pos masuk sedang dirinya terus berjalan ragu memasuki bangunan raksasa itu.Zaccth Company Group, perusahaan yang berdiri dari tahun 1960 adalah perusahaan besar yang berada di Jakarta. Bergerak di bidang properti, Adimara Nufandra Zaccth berhasil membawa nama perusahaannya terkenal ke mancanegara kini pria yang usianya sudah memasuki angka 65 itu tengah menikmati masa pensiunnya bersama sang istri dan memilih membeli hunian di pantai kuta, Bali.Memiliki dua anak yang terpaut usia 5 tahun, Adimara mewariskan semua aset perusahaannya untuk anak pertamanya, Aufan Nufandra Zaccth, atau lebih dikenal Aufan Zaccth. Sedang putri semata wayangnya tak kalah fantastis dalam menerima warisan, yaitu sebidang tanah yang hampir memiliki harga jual 200 Miliar.
Seminggu berlalu dengan rutinitas baru bagi Tata yang saat ini berlari buru-buru setelah mengantarkan Zira ke rumah Mela.Tangannya merogoh dompet dalam tas dan melihat sisa uang yang bahkan ia rasa tak akan cukup jika memesan ojek online. Terpaksa, wanita dengan setelan formal itu berdiri di atas trotaor, menatap ujung jalan sebelah kiri, berharap semoga Tuhan memberi kemudahan untuknya dengan menghadirkan angkutan umum yang biasanya muncul di jam-jam saat ini.Sayangnya, lima belas menit berlalu ia masih berdiri dengan wajah yang harap-harap cemas. Keterlambatannya berawal dari Zira yang entah kenapa merengek memintanya untuk tak bekerja, jika sedang sakit mungkin Tata akan menyetujui permintaan gadis kecilnya. Hanya saja saat ditanya, Zira beralasan ingin ditemani makan siang oleh dirinya. Memang sudah satu minggu sejak ia bekerja di perusahaan raksasa itu, kegiatan makan siang bersama sudah tak bisa ia jalani.Sedangkan Tata yang berusaha selalu bertanggung jawab atas apa yang seda
"Ekhem."Suara bas terdengar menyapa telinga, membuat wanita yang ada di sana dengan pakaian seksi dan terlihat tak nyaman, bergidik ngeri meski ekspresi itu sebisa mungkin ia sembunyikan.Tangannya meremas tali tas yang tersampir di pundak. Menatap ujung heels yang saat itu ia gunakan, benar-benar tak berani mengadukan pandang dengan pria yang ada di hadapannya.
"Mas," panggil Tata sedikit ragu.Aufan berhenti dari kegiatan menciumi bahu dan lengan putih beraroma bunga itu. Ia memfokuskan diri menatap wanita di atas pangkuannya, menunggu Tata yang mungkin ingin kembali berucap.Dengan gerakan ragu, Tata memberanikan diri menatap lensa mata yang seperti langit malam tanpa bulan dan bintang, begitu gelap hingga siapa pun akan terhanyut dalam pendar ketakutan yang menghipnotis."Kenapa, Sayang?"Suara Aufan begitu seksi untuk didengar seolah ada mantra sihir di dalamnya, mungkin akan membuat wanita
Belum sempat rampung kalimat Aufan, dress mini itu jatuh ke lantai. Menyisakan bra dan celana dalam yang berwarna senada. Gigi Aufan bergemeletuk saat tubuh molek itu begitu menghipnotisnya dengan nyata."Kemarilah." Suara Aufan bagai tertelan dengan diiringi geraman tertahan.Berjalan dengan ragu dan rasa malu luar biasa. Tata menutup dada dengan kedua tangannya saat sebagian daging gempalnya terekspose dan menjadi pusat perhatian Aufan. Saat sampai ia kembali duduk di pangkuan pria itu dan kembali memejamkan mata saat wajah Aufan tanpa basa-basi langsung menelusupkan wajah ke dada serta leher jenjangnya.Kecupan yang Tata yakini mening
Lumayan lama Tata berdiam di dalam kamar mandi, hingga dirasa cukup tenang dengan beberapa kali membasuh wajah untuk menyamarkan air mata, akhirnya ia keluar dan mengernyit saat pria yang menggagahinya beberapa menit lalu sudah memakai kaus dan celana sebatas lutut.Aufan dengan segelas wine di tangannya, menoleh pada wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan selimut yang masih melilit tubuh. Ah, ingin sekali ia kembali memasukkan diri ke dalam wanita itu, tetapi hatinya menolak setelah mendengar percakapan yang tidak sengaja ia curi."Lama banget, sih, siapa yang telepon?" Aufan bertanya dengan sedikit kesal. Tiga puluh menit menunggu dan itu membuatnya jengkel.
089654×××××08:30[Papah denger kamu habis operasi anak kamu. Punya uang dari mana?][Akhirnya jual diri juga, kan?][Dapat harga berapa kamu?]Notifikasi pesan bermunculan setelah dering panggilan berakhir tanpa jawaban. Tata hanya memandang ponsel yang tergeletak di atas meja pantri dengan tatapan kosong, tetapi sarat akan kekecewaan.[Papah punya kolega kaya, Ta. Bisa bayar kamu mahal.][Ta, jawab telepon papah!][Kurang ajar kamu, ya! Cepet bales pesan papah, Tata!][Tata, papah butuh uang lima juta! Kirimi papah uang, nanti papah ganti.]Lantas, pesan terakhir membuat Tata merasa begitu sakit hingga manik karamelnya mulai memproduksi cairan bening. Ia tersenyum remeh dengan kepala yang sedikit merunduk. Menyembunyikan tangis yang mungkin saja sedang di tertawakan keadaannya saat ini.Rentetan pesan yang sama sekali tak berniat Tata balas, membuat kepalanya pening. Ia duduk di kursi dapur dengan tangan yang masih memegangi spatula. Lima menit lalu pria yang Tata harapkan tak perna