Share

6. Berubah

Pandangan Nina lurus ke depan dan terlihat begitu dingin, sampai-sampai Elena beringsut menjauh tanpa sadar. Perkataan yang terucap dari mulut gadis itu membuatnya diserang oleh banyak pertanyaan.

Siapa yang penjahat? Lucas? Kalau hanya selingkuh, ia kira tidak sampai membuat lelaki brengsek itu masuk ke dalam kategori penjahat.

Lalu kenapa Nina seolah-olah tahu mengenai Lucas? Siapa sebenarnya gadis di sampingnya ini? Selain Jack yang misterius dan tertutup, ternyata adiknya pun sama. Hanya saja Nina seperti bunglon.

"Apa maksudmu, Nina? Siapa yang penjahat?"

Gadis itu tidak menjawab. Nina malah menyalakan mesin mobil dengan pandangan tetap lurus, membuat Elena akhirnya penasaran. Siapa yang membuat gadis yang lebih muda darinya itu terlihat begitu marah?

Begitu kepalanya mengikuti arah pandang Nina, jantung Elena seperti diremas.

Lucas dan Bella berjalan di hadapan mereka dengan senyum menghiasi bibir keduanya. Hal yang tidak pernah dilihatnya ketika Lucas sedang bersamanya.

TIN! TINN!!

Kedua manusia itu terlonjak dan langsung berbalik menghadap mobil Nina. Elena buru-buru memasang kembali tudung hoodie-nya, takut ketahuan.

"Nina, apa yang kau lakukan?" bisik Elena sambil memalingkan wajahnya agar tidak dikenali oleh mereka.

Tiba-tiba Nina menekan gas mobil beberapa kali seolah-olah hendak mengikuti lomba balap mobil. Elena langsung memasang sabuk pengaman dan berpegangan pada jok di belakangnya.

Dalam hati ia merasa takut jika kejadian bersama Jack kembali terulang.

Mobil melaju dengan cukup pelan sebelum akhirnya berhenti masih dengan mesin yang menyala. Nina membuka sedikit kaca mobil di sampingnya dan mengeluarkan jari tengah tangan kirinya pada dua orang itu.

"Kita bertemu lagi, jalang! Kau sudah sukses menjadi pelacur kelas kakap?"

Wajah Bella terlihat sangat terkejut sampai-sampai mulutnya menganga lebar dan kedua matanya melotot.

"Apa yang... Hei! Berani-beraninya kau..."

Elena tidak sempat mendengar kelanjutan kalimat dari adik tirinya karena Nina langsung tancap gas meninggalkan mereka dengan senyum mengembang.

Gadis itu terlihat bahagia begitu mobil melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah sakit, membuat Elena bertanya-tanya. Apakah gadis itu memiliki kepribadian ganda? Sikapnya bisa berubah dalam sekejap mata.

"Kau...kau mengenal Bella?" tanya Elena ketika mobil terasa sunyi.

Ia mendengar gadis itu mendengkus.

"Siapa yang tidak mengenal pelacur murahan seperti dia? Seluruh mahasiswa di kampus kami tahu apa profesinya. Bahkan beberapa di antaranya menjadi pelanggan tetap."

Satu fakta yang membuat Elena tercengang bukan main. Ia tahu Bella memang sering berganti pasangan di luar sana, tapi ia tidak menyangka akan separah itu.

Tunggu, itu artinya dia selamat dari penyakit, bukan? Jika Bella berganti-ganti pasangan, lalu Lucas berhubungan dengan gadis itu, itu artinya mereka sudah bertukar penyakit. Lucas juga sering selingkuh di belakangnya.

Kenapa ia begitu naif dan bodoh selama ini? Memangnya apa yang ia harapkan di negara bebas ini? Mendapatkan laki-laki perjaka yang setia?

Lalu bagaimana dengan Jack? Apakah... apakah dia adalah perempuan kesekian dari lelaki itu? Bagaimana jika ia tertular penyakit? Lelaki itu sudah pasti sering berhubungan dengan wanita bernama Claire itu.

"Jangan berpikir berlebihan. Kau hanya perlu bersyukur karena sudah terlepas dari lelaki bejat seperti dia."

Suara Nina menyadarkan lamunannya. Mereka sudah berada di tempat parkir sebuah mall.

"Ayo kita bersenang-senang hari ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk menghabiskan uang kakakku," ajak Nina dengan wajah semringah, berbanding terbalik dengan beberapa menit yang lalu.

Dengan ragu Elena turun dari mobil, melihat ke sekitarnya. Takut jika ada orang yang mengenalinya. Tiba-tiba sebuah masker disodorkan ke hadapan wajahnya.

"Pakai ini dan tetap gunakan tudungmu. Kau masih menjadi topik hangat di kota ini."

Mulut Elena menganga lebar di balik masker yang baru saja ia kenakan. Buru-buru ia mengikuti gadis itu yang berjalan dengan percaya diri.

"Tunggu, jadi kau sudah tahu tentang skandal itu?" tanyanya dengan suara pelan, takut jika orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar mereka mendengarnya.

Nina mengedikkan bahunya. "Sempat membuat ibuku pingsan dan ayahku menghancurkan ponselnya. Tapi mereka langsung sadar bahwa kakakku sudah dewasa. Ibuku bahkan ingin bertemu denganmu."

Kedua mata Elena mengerjap. "Ap-apa? Ibumu...tapi itu hanya kecelakaan. Kami sama-sama tidak sadar. Bilang pada ibumu bahwa kami dijebak."

Sekali lagi Nina hanya mengedikkan bahu. Gadis itu menarik Elena masuk ke sebuah salon kecantikan yang terlihat mahal. Elena bahkan membeku di tempatnya ketika melihat fasilitas mewah yang hanya bisa dinikmati oleh konglomerat seperti dirinya.

Tapi dulu ia bahkan tidak pernah pergi ke salon kecantikan manapun. Ia sibuk dengan pekerjaannya.

Seorang perempuan berambut violet segera menghampirinya setelah berbincang dengan Nina. Tidak tampak raut wajah mengejek seperti bayangannya karena skandal yang menimpanya.

"Ikut saya ke sini," kata perempuan itu sambil menarik lengannya dengan lembut.

"Eh, tapi saya tidak membawa uang." Elena terpaksa menurut ketika disuruh berbaring dan kepalanya bersandar di atas tempat yang mirip seperti westafel.

"Semua sudah diatasi. Anda hanya tinggal menikmatinya saja," sahut perempuan itu dengan ramah.

Ingin sekali ia kembali protes, namun guyuran air dingin di rambutnya membuatnya terdiam. Kepalanya yang tadi sedikit pusing karena terus memikirkan masalah yang menimpanya, kini terasa segar dan rileks. Apalagi ketika perempuan itu memijit kepalanya dengan lembut.

Segala arahan dari pegawai salon itu dituruti oleh Elena, hingga lama kelamaan ia ketiduran ketika seluruh tubuhnya dipijit dengan perlahan tanpa menyentuh area yang terluka. Tidak menyangka bahwa ia sangat membutuhkan perawatan ini.

Entah sudah berapa lama ia tertidur, tepukan di bahunya membuatnya terbangun. Elena buru-buru bangkit sambil tersenyum, merasa tak enak dengan pegawai salon berambut violet itu.

"Maaf aku ketiduran. Pijatanmu benar-benar enak sekali," pujinya dengan tulus.

"Tidak apa-apa. Saya senang jika anda menikmatinya. Duduklah di sana untuk sentuhan akhir pada rambut Anda," kata perempuan itu sambil membantu Elena turun dari ranjang khusus.

Setelah beberapa menit duduk di depan sebuah kaca besar, Elena mengamati hasil kerja pegawai salon itu dengan takjub.

Warna rambutnya yang dulunya pirang berubah menjadi brunette dan bentuknya menjadi ikal, tidak lagi lurus seperti aslinya. Ia terlihat lebih segar dan jauh lebih muda.

Senyumnya mengembang tanpa sadar. Ia seperti melihat Elena yang baru, dan ia sangat menyukai perubahan ini.

"Elena, kau sudah selesai?"

Nina berjalan mendekatinya dengan kepala menunduk sambil memasukkan sebuah kartu berwarna hitam ke dalam tas kecilnya.

Ketika gadis itu mendongak dan bertatapan dengannya melalui cermin, tas kecil yang dibawanya langsung terjatuh ke lantai dan mulutnya menganga lebar.

Apa ada yang salah dengan penampilannya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status