Pandangan Nina lurus ke depan dan terlihat begitu dingin, sampai-sampai Elena beringsut menjauh tanpa sadar. Perkataan yang terucap dari mulut gadis itu membuatnya diserang oleh banyak pertanyaan.
Siapa yang penjahat? Lucas? Kalau hanya selingkuh, ia kira tidak sampai membuat lelaki brengsek itu masuk ke dalam kategori penjahat.Lalu kenapa Nina seolah-olah tahu mengenai Lucas? Siapa sebenarnya gadis di sampingnya ini? Selain Jack yang misterius dan tertutup, ternyata adiknya pun sama. Hanya saja Nina seperti bunglon."Apa maksudmu, Nina? Siapa yang penjahat?"Gadis itu tidak menjawab. Nina malah menyalakan mesin mobil dengan pandangan tetap lurus, membuat Elena akhirnya penasaran. Siapa yang membuat gadis yang lebih muda darinya itu terlihat begitu marah?Begitu kepalanya mengikuti arah pandang Nina, jantung Elena seperti diremas.Lucas dan Bella berjalan di hadapan mereka dengan senyum menghiasi bibir keduanya. Hal yang tidak pernah dilihatnya ketika Lucas sedang bersamanya.TIN! TINN!!Kedua manusia itu terlonjak dan langsung berbalik menghadap mobil Nina. Elena buru-buru memasang kembali tudung hoodie-nya, takut ketahuan."Nina, apa yang kau lakukan?" bisik Elena sambil memalingkan wajahnya agar tidak dikenali oleh mereka.Tiba-tiba Nina menekan gas mobil beberapa kali seolah-olah hendak mengikuti lomba balap mobil. Elena langsung memasang sabuk pengaman dan berpegangan pada jok di belakangnya.Dalam hati ia merasa takut jika kejadian bersama Jack kembali terulang.Mobil melaju dengan cukup pelan sebelum akhirnya berhenti masih dengan mesin yang menyala. Nina membuka sedikit kaca mobil di sampingnya dan mengeluarkan jari tengah tangan kirinya pada dua orang itu."Kita bertemu lagi, jalang! Kau sudah sukses menjadi pelacur kelas kakap?"Wajah Bella terlihat sangat terkejut sampai-sampai mulutnya menganga lebar dan kedua matanya melotot."Apa yang... Hei! Berani-beraninya kau..."Elena tidak sempat mendengar kelanjutan kalimat dari adik tirinya karena Nina langsung tancap gas meninggalkan mereka dengan senyum mengembang.Gadis itu terlihat bahagia begitu mobil melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah sakit, membuat Elena bertanya-tanya. Apakah gadis itu memiliki kepribadian ganda? Sikapnya bisa berubah dalam sekejap mata."Kau...kau mengenal Bella?" tanya Elena ketika mobil terasa sunyi.Ia mendengar gadis itu mendengkus."Siapa yang tidak mengenal pelacur murahan seperti dia? Seluruh mahasiswa di kampus kami tahu apa profesinya. Bahkan beberapa di antaranya menjadi pelanggan tetap."Satu fakta yang membuat Elena tercengang bukan main. Ia tahu Bella memang sering berganti pasangan di luar sana, tapi ia tidak menyangka akan separah itu.Tunggu, itu artinya dia selamat dari penyakit, bukan? Jika Bella berganti-ganti pasangan, lalu Lucas berhubungan dengan gadis itu, itu artinya mereka sudah bertukar penyakit. Lucas juga sering selingkuh di belakangnya.Kenapa ia begitu naif dan bodoh selama ini? Memangnya apa yang ia harapkan di negara bebas ini? Mendapatkan laki-laki perjaka yang setia?Lalu bagaimana dengan Jack? Apakah... apakah dia adalah perempuan kesekian dari lelaki itu? Bagaimana jika ia tertular penyakit? Lelaki itu sudah pasti sering berhubungan dengan wanita bernama Claire itu."Jangan berpikir berlebihan. Kau hanya perlu bersyukur karena sudah terlepas dari lelaki bejat seperti dia."Suara Nina menyadarkan lamunannya. Mereka sudah berada di tempat parkir sebuah mall."Ayo kita bersenang-senang hari ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk menghabiskan uang kakakku," ajak Nina dengan wajah semringah, berbanding terbalik dengan beberapa menit yang lalu.Dengan ragu Elena turun dari mobil, melihat ke sekitarnya. Takut jika ada orang yang mengenalinya. Tiba-tiba sebuah masker disodorkan ke hadapan wajahnya."Pakai ini dan tetap gunakan tudungmu. Kau masih menjadi topik hangat di kota ini."Mulut Elena menganga lebar di balik masker yang baru saja ia kenakan. Buru-buru ia mengikuti gadis itu yang berjalan dengan percaya diri."Tunggu, jadi kau sudah tahu tentang skandal itu?" tanyanya dengan suara pelan, takut jika orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar mereka mendengarnya.Nina mengedikkan bahunya. "Sempat membuat ibuku pingsan dan ayahku menghancurkan ponselnya. Tapi mereka langsung sadar bahwa kakakku sudah dewasa. Ibuku bahkan ingin bertemu denganmu."Kedua mata Elena mengerjap. "Ap-apa? Ibumu...tapi itu hanya kecelakaan. Kami sama-sama tidak sadar. Bilang pada ibumu bahwa kami dijebak."Sekali lagi Nina hanya mengedikkan bahu. Gadis itu menarik Elena masuk ke sebuah salon kecantikan yang terlihat mahal. Elena bahkan membeku di tempatnya ketika melihat fasilitas mewah yang hanya bisa dinikmati oleh konglomerat seperti dirinya.Tapi dulu ia bahkan tidak pernah pergi ke salon kecantikan manapun. Ia sibuk dengan pekerjaannya.Seorang perempuan berambut violet segera menghampirinya setelah berbincang dengan Nina. Tidak tampak raut wajah mengejek seperti bayangannya karena skandal yang menimpanya."Ikut saya ke sini," kata perempuan itu sambil menarik lengannya dengan lembut."Eh, tapi saya tidak membawa uang." Elena terpaksa menurut ketika disuruh berbaring dan kepalanya bersandar di atas tempat yang mirip seperti westafel."Semua sudah diatasi. Anda hanya tinggal menikmatinya saja," sahut perempuan itu dengan ramah.Ingin sekali ia kembali protes, namun guyuran air dingin di rambutnya membuatnya terdiam. Kepalanya yang tadi sedikit pusing karena terus memikirkan masalah yang menimpanya, kini terasa segar dan rileks. Apalagi ketika perempuan itu memijit kepalanya dengan lembut.Segala arahan dari pegawai salon itu dituruti oleh Elena, hingga lama kelamaan ia ketiduran ketika seluruh tubuhnya dipijit dengan perlahan tanpa menyentuh area yang terluka. Tidak menyangka bahwa ia sangat membutuhkan perawatan ini.Entah sudah berapa lama ia tertidur, tepukan di bahunya membuatnya terbangun. Elena buru-buru bangkit sambil tersenyum, merasa tak enak dengan pegawai salon berambut violet itu."Maaf aku ketiduran. Pijatanmu benar-benar enak sekali," pujinya dengan tulus."Tidak apa-apa. Saya senang jika anda menikmatinya. Duduklah di sana untuk sentuhan akhir pada rambut Anda," kata perempuan itu sambil membantu Elena turun dari ranjang khusus.Setelah beberapa menit duduk di depan sebuah kaca besar, Elena mengamati hasil kerja pegawai salon itu dengan takjub.Warna rambutnya yang dulunya pirang berubah menjadi brunette dan bentuknya menjadi ikal, tidak lagi lurus seperti aslinya. Ia terlihat lebih segar dan jauh lebih muda.Senyumnya mengembang tanpa sadar. Ia seperti melihat Elena yang baru, dan ia sangat menyukai perubahan ini."Elena, kau sudah selesai?"Nina berjalan mendekatinya dengan kepala menunduk sambil memasukkan sebuah kartu berwarna hitam ke dalam tas kecilnya.Ketika gadis itu mendongak dan bertatapan dengannya melalui cermin, tas kecil yang dibawanya langsung terjatuh ke lantai dan mulutnya menganga lebar.Apa ada yang salah dengan penampilannya?"Kau terlihat seperti dia.""Apa?"Nina mengerjap dan langsung mengubah ekspresinya. Elena bisa mendengar gumaman itu meskipun terdengar lirih. Dia? Dia siapa?"Ayo kita makan dulu. Kau pasti kelaparan. Aku juga," ajak gadis itu sambil menarik lengannya keluar dari salon kecantikan.Ia meringis menahan sakit di kedua kakinya ketika Nina berjalan dengan cepat. Tapi ia tidak akan protes. Entah kenapa ia tidak mau membuat gadis yang terus menggenggam tangannya itu marah.Mereka berhenti di food court dan langsung memesan makanan cepat saji. Nina bahkan memesan dua buah hamburger dan seloyang pizza."Kenapa kau makan sebanyak itu?" tanya Elena heran ketika pesanan mereka datang dan gadis di hadapannya langsung memakan burger itu dengan lahap. Ia hanya memesan satu burger dan air mineral. Itupun ia meminta sayurnya diperbanyak. Melihat bagaimana Nina melahap semua makanan itu tanpa berpengaruh pada berat badannya membuatnya iri.Sejak dulu ia menjaga pola makannya karena takut gemuk. Buka
"Memilihku? Apa maksudmu dengan memilihku?" tanya Elena sambil mengejar Nina yang sudah melenggang pergi dengan banyak paper bag di kedua tangannya."Kenapa kau dan kakakmu sok misterius sekali? Tinggal menjawab saja apa susahnya, sih?" gerutunya ketika gadis itu bahkan terus melanjutkan langkah sampai ke mobilnya.Nina menatapnya sejenak, lalu mengibaskan rambutnya yang baru disadari Elena kini berwarna coklat dan bergelombang."Kau adalah pebisnis, seharusnya paham kenapa tidak semua pertanyaan harus langsung dijawab."Ia hanya bisa mengangakan mulutnya ketika gadis itu memasuki mobil dan menyalakan mesinnya. Klakson yang terdengar keras membuatnya terlonjak."Cepatlah. Kakakku akan membunuhku jika sampai kau tidak kunjung sampai di rumahnya."Tanpa banyak protes lagi, Elena segera masuk ke sisi penumpang di sebelah Nina. Gadis itu langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuatnya kembali berpegangan pada jok di belakangnya."Kenapa kau sepertinya tahu banyak tentangku
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?"Elena tidak mau jika harus berada di posisi ini terus-menerus. Sebelum kejadian memalukan di kamar hotel itu, ia bahkan tidak begitu peduli dengan Jack. Selama ini ia hanya fokus pada pekerjaannya dan Lucas. Ia bahkan tidak merasa harus didampingi oleh seorang bodyguard meskipun ayahnya memiliki banyak musuh. Itu karena Alan yang menjabat sebagai asistennya selalu menemaninya kemana-mana.Jadi kehadiran Nathan sebagai bodyguardnya selama setahun ini ia anggap sebagai teman. Begitu pula dengan Jack yang menggantikan Nathan ketika pria itu tiba-tiba mengundurkan diri dua bulan yang lalu.Dan sekarang, tiba-tiba ia harus menghadapi sisi lain dari Jack yang membuatnya berkali-kali merasa...rendah diri.Reaksi Jack setelah mereka tidak sengaja tidur bersama membuatnya berpikir. Apakah ia memang sangat tidak menarik? Apakah Jack merasa jijik padanya? Sejelek itukah dirinya sehingga lelaki itu bahkan tiba-tiba pergi dari hadapannya?"Elena, ma
Cerita Nina mengenai kisah cinta kakaknya yang suram membuat Elena ikut merasakan sakit. Ternyata mereka berada di posisi yang sama. Sama-sama patah hati.Bedanya, ia dikhianati oleh kekasihnya dan adik tirinya. Sementara Jack? Kasihan sekali pria itu. Kalah sebelum berperang. Pukulan telak bagi kaum laki-laki yang lebih mengedepankan egonya.Sekarang Elena tahu kenapa Jack begitu dingin dan irit bicara. Ia mengerti kenapa pria itu terlihat seperti baru saja mendapatkan hadiah tak terduga ketika mereka sama-sama tak sadar di kamar hotel itu.Pria itu mengira bahwa ia adalah Claire. Hal yang tentu saja tidak akan pernah terjadi di dunia nyata jika Jack dalam keadaan sadar. Rasa ibanya pada pria itu meningkat.Meskipun Jack terlihat keras dan menyeramkan di luar, tapi hati pria itu rapuh. Entah kenapa Elena tidak rela jika pria itu berkubang dalam rasa cinta yang tak akan pernah bisa diraih. Jack berhak mendapatkan kebahagiaan. Seperti dirinya.Apa yang menimpa Jack memang tidak separah
Tusukan di lengan Elena membuatnya sedikit terlonjak, namun kedua matanya tetap terpejam. Ia merasa sekujur tubuhnya nyeri luar biasa dan rasanya seperti terbakar."Dia sedang stres dan tertekan. Ditambah dengan benturan akibat kecelakaan itu, membuatnya demam tinggi. Dia akan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya selama beberapa hari."Suara seorang laki-laki memasuki indra pendengarannya, namun setelah itu ia kembali terlelap.Tiba-tiba ia melihat ibunya berdiri tak jauh dari ranjangnya. Kedua matanya langsung membelalak tak percaya."Mama!" pekiknya sambil berlari mendekati wanita kesayangannya itu dan memeluknya dengan erat.Kedua matanya menumpahkan air mata dengan deras. Ia menangis sesenggukan."Mama, ayah mengusirku. Aku dijebak oleh seseorang dan semua orang mempermalukanku. Hidupku hancur, Mama. Aku tidak kuat menanggung beban ini sendirian. Aku membutuhkanmu."Belaian di rambutnya membuat tangisnya semakin keras. Ia bukanlah putri konglomerat yang manja, tapi ia tidak pernah
Segelas susu sudah tandas. Sepiring macaroni schotel sudah bersih tanpa sisa. Elena membanting gelas di tangannya ke atas meja, menimbulkan suara yang cukup keras di malam yang semakin beranjak."Aku sudah menuruti kemauanmu untuk menghabiskan semuanya. Sekarang ceritakan padaku. Aku benci tidak tahu apa-apa," ujarnya dengan mata menatap tajam pada dua pria yang sejak tadi memperhatikannya.Selama menjadi CEO di usia yang terlalu muda, ia dituntut untuk selalu tahu dan sigap setiap kali ada masalah. Beban yang terlalu berat itu mempengaruhi cara berpikirnya.Ia menjadi dewasa sebelum waktunya, hingga ia lupa bagaimana caranya menikmati hidup. Tapi Elena tetaplah seorang perempuan muda yang mengedepankan emosi. Sekali terkena masalah yang begitu besar, ia langsung tumbang dan kehilangan arah. Seperti sekarang ini. Ia mendadak menjadi seorang wanita labil seperti gadis remaja. Ia bahkan tidak lagi pusing memikirkan kelangsungan perusahaan milik keluarganya. Seolah-olah beban berat yan
Amelia Pierce adalah putri sulung dari keluarga Pierce, keluarga konglomerat yang dihormati di kota Portland. Perusahaan mereka bergerak di bidang consumer goods yang memiliki cabang di beberapa kota. Mereka termasuk dalam jajaran orang-orang paling kaya di negara bagian Oregon.Demi memperkuat jaringan bisnis mereka, Alexander Pierce menjodohkan Amelia dengan Edward Thorne Brown, anak dari pemilik perusahaan e-niaga multinasional yang mengoperasikan pasar online. Pernikahan mereka tentu membuat perusahaan keluarga Pierce, Greenlake group, semakin dikenal berkat kerjasamanya dengan eMark. Produk mereka semakin dikenal di seluruh negara bagian Amerika dan penjualan mereka meningkat drastis secara online.Edward yang dari awal memang sudah mencintai Amelia secara diam-diam sejak mereka bertemu secara tak sengaja di Universitas Portland, tentu saja sangat bahagia karena berhasil memperistri wanita itu.Pernikahan mereka begitu bahagia. Atau setidaknya itulah yang dirasakan oleh Edward. P
"Kau sudah gila? Aku tidak mau menikah di usia muda," bentak Elena sambil menepis tangan laki-laki yang baru diketahuinya sebagai kakak kandungnya itu."Dengan menikah dengannya, nama baikmu yang rusak akan kembali. Skandal yang menimpamu akan dilupakan dengan sendirinya begitu kau menikah dengan Jack," jelas Alan dengan menggebu-gebu."Bukankah itu akan semakin memperkuat skandal yang menimpaku?""Tidak, itu akan menyelamatkan nama baikmu. Bagaimana jika kau hamil? Akan lebih baik jika statusmu sudah menikah ketika ternyata kau mengandung. Jika kau tidak menikah, skandal itu mungkin akan dilupakan. Tapi kehamilanmu akan menjadi pertanyaan di kemudian hari, dan skandal itu kembali muncul ke permukaan," ucap Alan.Deg! Ia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan itu. Mereka tidak mengenakan pengaman, jadi besar kemungkinannya ia akan hamil.Kalau ia hamil tanpa menikah, tentu nama baiknya akan semakin tercemar. Entah ia bisa keluar untuk sekedar menghirup udara segar atau tidak. Orang