Sudah dua hari tidak ada kabar dari Jack. Meskipun ada Nina dan Suzy yang selalu menghiburnya, tetap saja berbeda dengan ketika Elena sedang bersama dengan suaminya. Rasanya seperti baru kemarin saja mereka berduaan, sudah harus berpisah lagi.Hampir sebulan saja mereka berpisah ketika masih di Eropa dulu sudah membuatnya murung, apalagi dengan sekarang. Ia sedang hamil muda, butuh kasih sayang dan perhatian dari sang suami."Kita ke food street lagi? Atau kau mau ke Pulau Jeju?" tanya Suzy dengan wajah antusias.Dulu, ada Freya yang selalu menemani dan menghiburnya ketika sebulan ditinggal oleh Jack di Turki. Sekarang, ada Suzy dan Nina."Aku sedang tidak mood," jawabnya sambil tersenyum paksa, lalu kembali melihat ponsel milik ayah Suzy.Sejak Bum Sik menyita ponselnya, ia sekarang menggunakan ponsel milik Bum Sik. Jujur saja, ia sudah muak dengan semua ini. Ia sangat merindukan Alan dan ayah mereka. Ia rindu bermanja-manja dengan sang ayah. Ia rindu dengan Bibi Mary, bahkan ia rind
Elena sudah mirip seperti ular. Kedua tangan dan kakinya membelit tubuh suaminya dan bibirnya begitu sibuk. Jack bahkan belum sempat mengatakan apapun ketika menerima serangan mendadak itu. Mereka benar-benar saling melepas rindu yang menggebu-gebu."Kak Elen...Ouh! Ma... maaf.""Ssssttt, kau jangan melihat orang yang mau bercocok tanam. Anak seusiamu fokuslah belajar," ucap Nina."Hah? Bercocok tanam? Tapi di sini tidak ada sawah," jawab Suzy bingung."Ck, ayahmu benar-benar ketat dalam mengawasimu. Ayo pergi. Biarkan mereka bergulat," sahut Nina sambil menarik lengan Suzy dan menutup pintu kamar Elena."Eh? Bergulat? Tapi Kak Elena sedang hamil. Bagaimana dengan bayinya? Nanti dia...."Elena bahkan tidak peduli. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah Jack. "Sayang, hati-hati. Kandunganmu semakin membesar...""Aku menginginkanmu. Benar-benar menginginkanmu."Cukup hanya dengan kalimat itu, maka Jack langsung patuh. Apapun yang diminta oleh Elena langsung dituruti. Untuk saat ini Elen
"Apa?"Jack sampai bangun dari tidurnya saking terkejutnya. Ia melihat istrinya yang kini menatapnya dengan kedua mata melebar karena ikut kaget."Kau dulu pernah mau diperkosa? Kenapa Alan membiarkanmu sendirian? Kau ini perempuan!" hardiknya.Rasanya ia ingin mendatangi preman-preman itu dan mematahkan tulang-tulang mereka. Berani sekali mereka berniat ingin menodai istrinya."Sayang, itu semua sudah berlalu. Aku dulu masih kuliah. Masih naif. Seharusnya aku tidak pulang terlalu larut hanya karena sibuk mengerjakan tugas di perpustakaan kampus," jelas Elena sambil memegang lengannya.Ia langsung memeluk wanita itu dan mengecup puncak kepalanya berkali-kali."Rasanya jantungku seperti terenggut ketika mendengar ceritamu barusan. Seandainya aku mengenalmu lebih awal, aku akan selalu melindungimu. Aku akan memarahi Alan karena membiarkanmu sendirian. Kalian ini konglomerat, seharusnya kau diantar oleh sopir dan memiliki satu bodyguard," ujarnya kesal.Elena membalas pelukannya. Wanita
Elena dulu begitu takut melihat bagaimana David benar-benar serius akan membunuh Lucas. Hampir saja terjadi pertumpahan darah, kalau saja Matthew Patt dan anak buahnya tidak memisahkan mereka.Ketika itu Elena tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, karena ia tidak lagi melihat David sama sekali. Tapi Elena bersyukur karena akhirnya terbebas dari David yang di matanya begitu mengerikan."Dia pria yang tempramental berarti?" tanya Jack dengan sebelah alis terangkat.Elena mengangguk. "Kukira dia bersikap seperti itu hanya ketika menghadapi preman saja. Ternyata memang sifat aslinya begitu. Apalagi dia tidak terima ketika aku malah menerima Lucas tapi menolak dirinya."Suaminya mengangguk-angguk sambil mengelus dagu. "Itu menjelaskan kenapa dia dendam pada Jayden. Seharusnya dia diangkat sebagai kepala staf gabungan, tapi malah dikeluarkan dari gedung Pentagon dan dipindahkan ke FBI. David adalah pendukung presiden sebelumnya, begitu juga dengan Menteri Pertahanan sebelum Jayden.""Bena
Sudah Jack duga, pasti Elena bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Persis seperti perkataan ayahnya dulu. Wanita akan selalu benar. Jika wanita salah, maka kembali ke pernyataan awal."Terkadang aku merasa bahwa kau sudah tahu segalanya. Tentu saja aku yang salah," ucapnya sambil menahan diri untuk tidak memutar mata.Niat awal ingin membuat istrinya merasa bersalah karena terus-terusan menuduhnya memiliki niat untuk selingkuh, ternyata justru dia yang dibuat merasa bersalah."Baiklah, kita sudahi saja pembahasan mengenai hal ini. Aku benar-benar serius menikahimu. Aku benar-benar mencintaimu. Perkara tentang aku dulu menyebutmu sebagai teman, itu karena aku tidak ingin namamu terlihat buruk di mata orang lain karena kau hamil di luar nikah. Kau ini putri konglomerat. Bagaimana tanggapan orang-orang jika mereka tahu bahwa kau keluar dari ruangan dokter kandungan saat itu?"Kalimatnya sukses membuat sang istri akhirnya terdiam dan terlihat berpikir. Syukurlah akhirnya masalah bisa ter
Elena menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Nina yang malah cengengesan. Dasar!"Jangan mengajari Suzy yang tidak benar, Nina. Budaya negara ini berbeda dengan budaya negara kita. Jangan sampai kau membuat dia menjadi liar sepertimu," tegur Elena.Mata Nina langsung melotot. "Serius, aku tidak mengajari dia macam-macam. Lagi pula anak jaman sekarang tanpa diajari pun lama-lama ikut budaya barat juga. Internet sangat mudah diakses.""Ngomong-ngomong, aku benar-benar lapar. Kau tahu, sebenarnya aku kelaparan setelah perjalanan panjang selama 15 jam lebih. Perbedaan zona waktu membuatku jet lag," kata Jack berusaha mengubah topik.Nina justru mendengkus sambil memutar mata. "Sudah tahu jet lag dan kelaparan, kenapa malah bertempur dulu selama berjam-jam? Kami sampai ikut-ikutan menahan lapar gara-gara kalian. Untungnya mereka mau mengerti dan makanan baru saja matang.""Apa? Mereka bertempur? Bukankah itu bahaya untuk kandungan Kak Elena? Apa mereka bertengkar?" tanya Suzy dengan waja
"Darimana lagi datangnya pemikiran yang aneh ini?" tanya Jack dengan sebelah alis terangkat.Terkadang ia heran dengan pola pikir kaum perempuan. Kenapa mereka suka berpikir yang aneh-aneh dan di luar nalar? Seperti tadi. Elena bilang dia akan mencari wanita lain hanya karena istrinya gendut? Ibunya bahkan pernah sangat gemuk setelah melahirkan Nina, tapi apakah ayahnya langsung mencari wanita lain? Tidak. Buat apa menikah jika hanya untuk mencari tubuh yang langsing? Mereka bisa membayar pelacur dan tidak perlu menikah."Aku membaca berita di salah satu negara di Asia. Ada seorang pria yang berselingkuh karena jijik melihat istrinya menyusui dan memiliki stretch mark. Apalagi jika istrinya berubah menjadi gendut setelah melahirkan. Aku takut semua pria akan berpikiran seperti itu," jawab Elena sambil menunduk.Semua orang termasuk Jack terkesiap mendengar jawaban istrinya. Mereka bahkan baru mendengar ada pria yang seperti itu."Siapa pria bodoh yang melakukan itu? Apakah dia juga j
Elena menatap bangunan di depannya. Ada tulisan dengan huruf hangul di atas pintu. Tadi ia sempat mendengar Kim Jiwon menyebutnya Korean Spa Yeo Yong Guk. Spa Korea yang menggunakan sistem spa terstruktur berdasarkan pengobatan tradisional Korea.Spa itu juga menggunakan teknik pijat dan peralatan yang disesuaikan dengan kondisi seseorang. Mereka menunggu Jiwon yang harus mengkonfirmasi ulang terlebih dulu setelah kemarin malam reservasi melalui telepon. Selama menunggu wanita itu, Elena menoleh ke arah suaminya yang lebih banyak diam sejak kemarin malam. Setelah selesai mandi, ia tahu ada yang berbeda dari suaminya. Entah apa yang dibicarakan oleh Bum Sik, yang jelas suaminya seperti memiliki banyak pikiran.Ia memegang tangan suaminya dengan lembut, membuat pria itu menoleh ke arahnya. Wajah Jack terlihat sedikit kaget. "Berbagilah. Kau berjanji akan menceritakan semuanya padaku. Kita menikah bukan hanya untuk hal-hal yang membahagiakan saja. Kita berbagi dalam suka dan duka."Pri