Share

7 - Rahasia

Kairan Valo dan Yoseph Valo beserta beberapa pekerja di kebun keluarga Kim bekerja keras memindah beberapa pot kembang agar terlihat berbeda. Kairan begitu kuat, ia mampu mengangkat pot besar itu sendiri padahal yang lain harus berdua. Sedangkan Yoseph, baru tiga kali mengangkat sudah ngos-ngosan dan berkeringat.

Di sebelahnya ada Kim Hanna yang memijat-mijat sambil mengipasi Yoseph. “Darling capek ya, maafin ya darlingku.”

“Maklum darling, udah berumur nggak sekuat jaman muda. Hufh, hufh …,” candanya. “Tuh Kairan, nggak ada capeknya tuh.”

Kim Hanna menatap arah pandangan Yoseph, ia tersenyum. “Beruntungnya Airin punya kakak kaya dia.”

Yoseph mengangguk. “Jadi nggak sabar buat menikah.”

“Ih, darling!”

Pukul setengah tujuh pagi, keluarga Kim dan keluarga Valo duduk di kursi meja makan, menyantap beberapa makanan yang tersaji. Berbeda dengan Yoseph dan Hanna yang suap-suapan di mabuk asmara, yang terjadi pada Airin adalah kecanggungan karena duduk bersebelahan dengan Kairan.

Sedangkan Kairan, ia tampak biasa saja. Seperti tidak terjadi apa pun. Kairan makan dengan lahap, mulai dari nasi organiknya hingga buah dan sayur.

Saat jarum pendek jam hendak menyentuh angka tujuh, Kairan mengajak Airin untuk berangkat kerja. Tentunya Airin dengan posisi yang masih malu-malu canggung, sejak tadi ia gagap jika berbicara dengan Kairan.

“Airin!” panggil Tristan, sebelum gadis itu masuk ke dalam mobil Kairan.

Kairan spontan menatap tidak suka kehadiran Tristan.

“Kok kamu sama dia?”

“Hari ini gue disuruh tante Hanna buat anter dia,” jawab Kairan, meski pertanyaan itu bukan untuknya.

Airin mengangguk tidak nyaman ke arah Tristan.

Tristan kalah telak, tidak ada yang bisa ia lakukan apalagi saat melihat Kim Hanna mulai berjalan ke arah mereka. “Oh yaudah … hati-hati ya,” ujarnya, membelai rambut gadis itu.

Airin tersenyum malu dengan tatapan hangatnya.

“Tristan, udah sarapan?” tanya Kim Hanna. “Makan gih di dalam banyak makanan.”

“Oh udah te, ini Tristan mau berangkat kerja juga,” jawabnya ramah. Mereka memang begitu dekat bagai ibu dan anak. “Nanti aku chat ya,” katanya mencubit kecil pipi Airin.

“Iya, Tristan.” Wajah Airin semakin berseri, Kairan semakin panas.

“Yaudah yuk.” Kairan mendorong Airin agar segera masuk ke mobilnya, ia melambaikan tangannya ke arah Kim Hanna dan Yoseph Valo yang juga melambaikan tangan ke arah mereka.

Kairan mengendarai mobilnya dengan cemburu yang cukup kuat hingga wajahnya menekuk. Ia sendiri tidak menyangka bisa sampai cemburu seperti ini, ia rasa ia kualat dengan kelakuannya sendiri. Tak pernah terbayangkan di hidupnya bisa tertarik dengan calon adik tirinya sendiri padahal baru beberapa kali bertemu.

“Tristan kayaknya suka kamu,” ucapnya saat perjalanan, tanpa membahas apa yang terjadi saat di kamar Airin sama sekali.

Kim Ai Rin hanya diam, ia masih sangat kesal akan Kairan.

“Perlu aku cubit gemes kamu biar kamu bisa jawab obrolan aku?” ancam Kairan sambil melirikkan matanya pada gadis itu.

“Mau kamu apa sih?” ucap gadis itu sewot.

“Aku bilang, Tristan itu suka kamu,”

“Nggak mungkin lah, dia bukan cowok playboy. Dia udah punya cewek.”

“Aku cowok, aku tau tatapan dia ke kamu itu lebih dari sekedar hubungan tetangga apalagi kakak adik.”

“Nggak mungkin lah, dari dulu dia gitu. Seumur hidup dari aku bayi aku udah kenal dia, emang kaya gitu.” Airin tetap mengelak.

“Kalau dia suka kamu, apa yang kamu lakukan?”

“Ya aku terima lah, dari dulu juga aku suka dia. Siapa yang nggak suka sama cowok baik hati dan ganteng kaya dia. Nggak mesum lagi kaya kamu.”

Kairan menghela napasnya. “Kamu milik aku, jangan macam-macam sama dia!” terangnya tegas.

Airin menoleh ke arah Kairan. “Aku bukan milik kamu.”

“Liat aja nanti,” senyumnya picik.

Airin mengalihkan pandangannya. Ia mencibir.

Kairan menghentikan gadis itu tepat di halaman parkir kantor Airin setelah belasan menit berkendara. “Hati-hati, kalau ada apa-apa kabarin.”

Kim Ai Rin tidak merespon kalimat itu. Ia hanya menutup pintu dan berjalan masuk ke area kantor.

Tampak dari dalam mobil, para security menyapa ramah hadirnya Airin, begitu pula dengan Airin yang kesannya riang ke mana pun melangkah. “Tu anak rok kantor nggak kurang pendek apa,” omel Kairan sendiri sebelum akhirnya pergi meninggalkan lokasi kantor Airin.

*

Andhita tersenyum sendiri sambil melihat layar ponselnya ketika sedang jam istirahat dan menonton interview eksklusif live seorang aktor tampan rupawan. Saking sumringahnya, ia sampai tak menyentuh sama sekali makanan yang ada di meja kantin kantornya.

Dari sebelahnya, Airin ikut mengikuti wawancara itu. Kairan yang ia kenal bukan hanya Kairan yang bersikap cool seperti di TV, tetapi Kairan dengan kepribadian terselubung.

“Beruntung banget sih ceweknya dapat dia,” ucap Andhita dengan bibir manyun. “Udah tajir, ganteng, cool, dan tipe setia lagi.”

“Setia?” tanya Airin.

Andhita mengangguk. “Dia pernah cerita di wawancara sama media apa gitu, kalau dulu dia pernah punya pacar waktu masih jadi aktor pemula. Dia pacaran di selingkuhi berkali-kali tapi tetap maafin pacarnya, sampai pacarnya minta putus gara-gara pacaranya merasa nggak nyaman sama dia.”

“Oh ya? Artis juga?”

“Bukan, kalangan biasa. Makanya netizen sebel, uda dari kalangan biasa tapi berani-beraninya selingkuhin Kai Valo.”

“….”

“Terus isunya dia lagi deket sih sama lawan mainnya di film kemarin.”

“Siapa?” tanya Kim Ai Rin cepat.

“Itu loh, Luna Pamela. Artis jebolan iklan shampoo, yang kulitnya eksotis.”

Airin angguk-angguk tanda mengerti, ia tau wajah Luna Pamela. Wajahnya sedikit blasteran, di kenal memiliki kepribadian suka akan hidup mewah namun baik hati. Banyak berita yang menyebutkan Luna Pamela adalah sosok orang kaya yang suka berbaur dengan siapa saja.

“Dhit,” panggil Airin.

“Hm?”

“Lo mau tau rahasia nggak?”

“Apaan?”

“Janji nggak bilang siapa-siapa.”

Andhita mengangguk.

“Nyokap gue mau nikah, Sabtu besok tunangan,” jelas Airin.

“Terus? Bukannya lo udah cerita?”

“Hm, lo tau siapa calon bapak gue?”

“Mana gue tau, lo kira gue dukun apa!” sewot Dhita, terkadang ia kesal dengan Airin.

“Calon bokap gue, Yoseph Valo.”

“Oh … what?” Bola mata Andhita membelalak seketika. “Yoseph Valo bapaknya dia?” tanyanya tak percaya sambil menunjuk layar ponselnya.

Kim Ai Rin mengangguk.

“Sumpah lo demi apa?”

“Beneran, tapi rahasia.”

“Gila, gue nggak percaya.”

Ai Rin menghela napasnya, lalu ia memperlihatkan sebuah foto Kim Hanna dan Yoseph Valo serta ada dia dan Kairan Valo yang sarapan bersama tadi pagi. “Tadi pagi gue sarapan sama dia.”

Andhita, gadis teman terdekat Airin di tempat kerja itu tercengang, tak bisa berkata-kata.

“Jadi kalau emang nyokap gue jadi nikah, jangan heran ya lo kalau tiba-tiba gue jadi artis dadakan.”

“Gila lo Rin, lo di kehidupan lampau ngelakuin hal baik apa kok bisa sampai kaya gini?”

Airin terkekeh.

“Gue iri, iri banget. Hua, Airin gue mau jadi elo!” rengeknya.

Airin menahan tawanya.

“Rin, pertemuin gue sama dia. Oke? Gue fans beratnya dia!”

Airin mengangguk. “Ntar ya kapan-kapan.”

“Gimana kalau pas nyokap lo tunangan?”

“Itu private party, jadi keluarga dekat aja sama beberapa wartawan dan kerabat mereka,” jelasnya. “Sori.”

“Gimana kapan dong?”

“Ya ntar kalau gue udah jadi adik tiri sahnya.”

“Kapan emang nikahnya?”

“Tiga bulan lagi kayaknya.”

“Akhir tahun?”

Airin mengangguk.

“Terus, terus … gimana sikapnya dia? Dia emang kaya kulkas berjalan tapi ramah gitu ya kata orang-orang?”

Airin berpikir sejenak lalu menganggukan kepalanya. Rasanya ingin menceritakan semuanya pada Andhita, tapi yang ada malah gossip menyebar. “Iya baik aja,” jawabnya malas. “Tapi….”

“Tapi apa?” tanya Dhita penasaran.

‘Tapi di balik sosoknya yang dingin, dia tuh penuh nafsu, usil, suka ganggu orang, cemburuan,’ batin Airin.

“Tapi apaan, Rin?” desak Dhita.

“Baik kok sebenarnya,” tambahnya sambil tersenyum.

“Arhhhhh, gue iri!” ujarnya meronta lagi.

*

TOK-TOK-TOK.

“Neng, bangun sudah jam enam! Dipanggil Ibuk,” ujar si mbok, langsung membuka bola mata Airin.

Airin membelalak, menatap langit-langit kamarnya, menatap tak percaya akan mimpinya yang aneh.

‘What? Gue mimpi? Gue mimpi Kairan?’ pikir gadis itu tak percaya.

“KIM AI RIN LO UDAH GILA!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status