Share

Kembali Pulang

"Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi.

Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka.

Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya.

"Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya.

Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal.

"Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "

Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat orang yang ada didalam mobil itu memperhatikan Damar dan Almira.

"Kalau perempuan lagi hamil memang seperti itu kok Mas, hormonnya lagi naik kalau tidak salah, sabar-sabar saja. " Ujar supir mobil itu yang sesekali memperhatikan Almira yang duduk tepat dibelakangnya.

Damar menjadi salah tingkah, bahkan ia menutup mulut Almira dengan kain agar tidak mengeluarkan suara lagi.

Almira yang kesal membuang kain itu kearah jendela.

"Sudah diam, tidak enak sama penumpang lain Almira, malu tahu. " Protes Damar.

"Jadi Kamu malu Mas, wajar dong kalau Aku menangis karena pisah sama kedua orang tua Ku. "

"Iya tapi tidak lebay seperti ini, ingat Kamu itu sudah menjadi Istri harusnya tahu menempatkan diri. " Perselisihan semakin menjadi.

"Terserah Kamu lah Mas, Aku hanya mengekspresikan diriku saja, kalau tahu seperti ini mendingan Aku tetap tinggal bersama Ibu dan Bapak Ku saja. "

Damar menghela nafas kasar, kalau tidak sadar berada ditempat ramai dan banyak orang Damar ingin sekali memberi pelajaran kepada Almira.

Sepanjang perjalanan Damar dan Almira tidak lagi terlibat percecokan karena Damar memilih memakai handset agar tidak mendengar apapun.

Setelah perjalanan cukup lama akhirnya Damar dan Almira sampai di rumah kontrakan Mereka.

"Astaghfirullah, berantakan banget Mas. " Ujar Almira saat menginjakkan kakinya kedalam rumah, segala macam bekas makanan berserakan dilantai.

"Namanya tidak ada Istri di rumah yang beresin ya wajar lah. "

Damar memang suka memasak bahkan semua orang yang mengenal Damar memuji masakannya, tetapi kalau untuk urusan beres-beres biasanya Damar menyerahkan kepada Almira.

"Ini baru satu minggu kalau selamanya gimana ya? "

"Jadi ada niat ni? "

Almira memilih tidak menjawab, walaupun badannya terasa remuk karena di mobil hampir tujuh jaman dengan keadaan berbadan dua, tetapi Almira langsung bergegas mengambil sapu, karena matanya tidak tahan lagi melihat rumah berantakan seperti kapal pecah.

"Banyak banget sih sampah makanannya Mas? boros banget biasanya kalau Aku ada disini Kamu rajin masak. "

"Sudah jangan banyak ngomong, cepetan beresin semuanya, baunya sudah nyengat banget di hidung Ku. "

Almira kesal bukannya membantu, Damar malah sibuk jadi mandor saja, saat Almira mulai membereskan rumah, tiba-tiba handphone Damar berbunyi.

"Siapa Mas? " Tanya Almira, sejak kejadian beberapa waktu lalu, Almira memang terkesan lebih posesif kepada Damar.

"Bapak nih. " Damar langsung mengangkat telepon dari Bapak Mertuanya.

"[Iya Pak, Kami baru saja sampai nih, Almira lagi nyapu padahal sudah Damar larang tetapi Almira malah ngeyel katanya biar bersih]"

Almira mencubit pinggang Damar.

"Jangan bohong Kamu yang menyuruh. " Almira bisik-bisik agar Pak Gandi tidak mendengarnya, bagaimana pun juga Almira tidak ingin orang tuanya kepikiran tentang rumah tangga Anaknya.

Damar mendekatkan telunjuk kanannya kearah bibir Almira, mengisyaratkan agar Almira diam.

"[Almira memang suka bersih-bersih tapi tetap dijaga kondisinya, ingat lagi hamil]" Pesan Pak Gandi, Almira bisa mendengar karena dengan sengaja Damar membesarkan volume suara handphone nya.

Setelah memastikan Almira dan Damar sampai di rumah, sambungan telepon itu dimatikan.

"Aku laper banget nih Mas. " Rengek Almira setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Aduh Almira Kamu kan bisa jalan ke depan gang, di sana banyak yang jualan tuh, Aku capek banget mau istirahat, kalau Kamu beli jangan lupa lebihkan untuk Suami Mu satu ya. "

"Aku capek banget Mas, perut Ku keram, mungkin karena banyak gerak dari tadi. " Almira memegang perutnya yang dari tadi terasa tidak nyaman.

"Jangan manja lah Almira, ingat sebentar lagi Kamu bakalan jadi Ibu, tinggal beli saja masih minta dibelikan belum Aku suruh masak Kamu, harusnya Kamu beruntung punya Suami kayak Aku ini Almira, lihat tuh para Suami diluar sana, banyak tuntutannya sama Istri harus bisa masak lah, harus pandai dandan lah, harus wangi lah, Aku cuma minta kamu jangan manja aja kok. "

"Mana uangnya?" Almira menengadahkan tangannya.

"Pakai uang Kamu dulu, Mas tidak ada uang kecil, nanti kalau sudah terpecah jadi cepat habisnya kan Kamu sendiri yang bilang Kita harus ngirit, jangan lupa belikan Mas Sate sama martabak manis yang dipinggir jalan besar ya, Mas sudah biasa beli di sana lebih enak dibanding yang lain . "

"Satu aja Mas, kalau sate ya sate aja kalau martabak ya martabak aja. "

"Jangan perhitungan sama Suami Almira, besok pasti Mas ganti kalau sudah gajian lagian bekal dari Bapak Kamu Mas lihat banyak yang warna merah tuh. "

Almira menatap Damar, Almira tidak menyangka sikap asli Damar kelihatan sekarang bahkan Almira tidak tahu juga kalau Damar ternyata sering meminta kiriman uang kepada Pak Gandi, padahal kehidupan Pak Gandi di kampung sangat sederhana.

Tidak mau ribut, Almira yang sudah sangat lemas karena sudah menahan lapar langsung melangkahkan kakinya, ke ujung jalan mencari makanan yang membuatnya selera, karena sejak hamil Almira menjadi pilih-pilih makanan.

Setelah berkeliling akhirnya Almira memilih bakso, Almira memilih langsung makan ditempat karena perutnya sudah sangat keroncongan.

"Martabaknya satu ya Mas. " Almira memesan pesanan Suaminya.

"Loh Mbak Almira masih disini ya? " Tanya penjual martabak kepada Almira seperti kaget melihat kedatangan Almira, Almira memang mengenal penjual martabak itu karena rumah Mereka cukup dekat sama-sama mengontrak dan Istri penjual itu sering ngobrol dengan Almira.

"Iya Pak, baru pulang dari kampung. " Jawab Almira.

"Owalah Saya kira sudah nggak balik lagi, orang-orang disini mengira malah udah pisah sama Mas Damar orang Mas Damar sering datang ke rumah sambil membawa perempuan cantik sama anak perempuan masih kecil juga. "

"Pakai mobil Pak? "

"Iya mobil warna merah? " Almira seketika langsung mengepalkan tangannya, setelah membayar pesanannya Almira langsung pulang dengan perasaan yang sulit diungkapkan.

"Wah terimakasih Istriku Kamu baik banget. " Ujar Damar saat melihat Almira menenteng pesanannya.

"Jadi Kamu sering membawa Perempuan itu ke rumah ini Mas, apa Kamu tidak mikir apa pandangan orang melihat Kamu datang ke rumah saat Aku tidak ada? pantesan banyak banget bekas makanan ternyata. "

"Aku lapar jangan bahas yang aneh-aneh dulu, lagian apa salahnya membawa teman ke rumah sih. "

BERSAMBUNG...

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki
bagus dan menghibur terharu
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status