Suasana Pagi yang cerah membuat semua siswa begitu semangat, hari ini siswa tingkat akhir akan melakukan perjalanan studi tour ke area pegunungan. Banyak dari mereka yang membawa tas besar, baik itu berisi makanan maupun pakaian yang akan dipakai di sana nanti.
"Nasya? Apa kau membawa cemilan lebih?" tanya Ratu penuh harap, sangat di sayangkan karena ia tidak membawa tas cemilan yang sudah di siapkan semalam. Akan sangat terlambat jika Ratu kembali pulang untuk menjemput itu saja, bisa jadi ketika ia sampai di sekolah kembali maka bus sudah berangkat.
Gadis cantik nan imut itu mengangguk, "Iya. Aku bawa lebih, tenang saja. Aku akan membaginya padamu nanti Ratu sayang."
"Aaahh ... Terimakasih, aku sangat senang!" teriak Ratu memeluk tubuh Nasya yang lebih pendek darinya, hal tersebut membuat orang-orang menatap mereka berdua dengan sinis.
"Hei! Jangan berisik, kalian pikir ini hutan?!" bentak Rihanna yang sejak tadi merasa risih karena teriakan Ratu.
"Terserah kami dong, kau saja yang terlalu memperhatikan kami. Butuh perhatian bilang dong!" jawab Ratu dengan santai jangan lupakan nada mengejek dari caranya bicara.
"Sialan kau, awas saja ya ...." Rihanna berniat menghampiri kedua sejoli itu, akan tetapi langkahnya terhenti ketika Galen dan kedua sahabatnya berdiri dengan gagah.
Rihanna mendengus ke arah Ratu kemudian berlari kecil pada Galen, "Hai Galen."
Pemuda itu hanya diam dengan tatapan datar, ia menjauhkan tubuhnya dari Rihanna. Seorang guru pembimbing berdiri di depan lapangan.
"Baiklah hari ini perjalanan kita akan segara di mulai. Apa kalian sudah mengambil absen sesuai yang Bapak katakan?" tanya Pak Eri lantang.
"Sudah Pak!" jawab siswa serempak.
"Oke, kalian ambil lot untuk duduk di ujung sana. Jangan sampai salah bus ya," ucap Pak Eri menunjuk ke ujung lapangan. Beberapa siswa berbaris menurut kelas masing-masing dan mengambil lot.
"Len, lo sama siapa duduknya?" tanya Abian menggulung kertas yang ada ditangan.
"Gua gak tau, gua duluan." Galen melenggang pergi ke arah bus yang menurut nya ia duduk di sana. Tak habis pikir kenapa Pak Eri harus mengacak tempat duduk.
"Galen kamu nomor berapa? Mana tahu kita duduk berdua!" pekik Rihanna menghadang tubuh pemuda tampan itu.
"Hei kau! Jangan menghalangi jalan kami!" teriak Devan keras, "Apa kau tidak ada pekerjaan lain sampai-sampai harus menganggu Galen!"
Rihanna menepi membiarkan Galen masuk dengan kedua temannya, pemuda itu tampak mencari tempat duduknya dan melihat seseorang yang tak asing di sana. Dengan langkah pelan ia berjalan.
"Eh?" kaget Nasya ketika Galen sudah duduk di sampingnya, gadis itu tampak salah tingkah karena harus duduk berdua dengan Galen. Siapa yang tidak salah tingkah ketika berhadapan langsung dengan orang yang begitu populer di sekolah.
"Nas ... oh tidak jadi." Ratu yang ingin meminta cemilan, menghentikan niatnya ketika melihat Nasya yang begitu memerah. Gadis itu langsung peka dan pergi meninggalkannya Nasya, "Selamat menikmati perjalananmu cantik!"
Wajah gadis itu sudah semakin memerah, Galen yang berada di sampingnya pun hanya diam. Tak berniat menengok ke arah Nasya, bus mulai berjalan membawa mereka semua ke area pegunungan.
****
Nasya dan Ratu menarik koper mereka masing-masing, mencari kamar yang sudah ditentukan oleh Pak Eri dan pembimbing lainnya. Gadis itu membuka pintu menggunakan kunci dan masuk ke dalam, kamar sederhana dengan nuansa indah menjadi kekaguman mereka.
"Lihatlah betapa indah kamar kita Nasya!" pekik Ratu senang, ia melempar koper dan menghempaskan tubuh ke atas ranjang, "Ayo coba ini Nas ...."
"Kau duluan saja, aku harus membereskan beberapa barang terlebih dahulu," jawab gadis pendek nan imut itu, tangannya menarik ikat rambut dan mengikat rambut hitam panjang miliknya ponytail.
"Kenapa kau sangat cantik ketika mengikat rambut?" tanya Ratu yang terpesona dengan tampilan sahabatnya sekarang.
"Jangan berlebih-lebihan begitu Ratu," kekeh Nasya memasukkan baju ke dalam lemari yang tersedia. Ia menarik ikat rambutnya kembali, "Aku akan memusnahkan ini. Jika menganggu ketenangan dirimu."
"Kenapa bicara begitu, aku suka dengan penampilan mu tadi." Ratu berdiri dan berkacak pinggang, "Ayo cepat kita kebawah, sebelum guru pembimbing menghukum kita nantinya."
Keduanya berjalan keluar kamar, beberapa orang sudah memenuhi lift untuk menuju lantai bawah. Saat Nasya dan Ratu masuk ke dalam lift, mereka sedikit terkejut ketika melihat Galen dengan kedua sahabatnya lagi. Detak jantung Nasya berdegup begitu kencang.
Mereka semua hanya diam, bahkan Ratu yang biasanya heboh itu juga ikut diam. Tak lama kemudian mereka semua sudah sampai di lantai bawah, melihat pembimbing dan siswa lainnya berkumpul.
"Kalian akan dibagi untuk melakukan sebuah tantangan nantinya, kalian tahu sebenarnya ini bukan studi tour melainkan melatih mental dan fisik kalian agar semakin kuat," jelas Pak Eri selaku ketua pembimbing. Semua siswa di bagi dengan rata menurut kelas masing-masing.
"Sepertinya kita akan sekelompok dengan mereka," tunjuk Ratu pada Rihanna, Galen, Abian dan Devan.
****
Tiga hari menghabiskan hari di area pegunungan membuat siapa saja akan merasa lelah, Nasya dan Ratu asik merebahkan tubuh di atas ranjang. Sesekali terdengar gumaman tak jelas dari mulut Ratu, "Hm ... Nanti malam akan ada pesta bukan? Bagaimana kalau kita mencari pakaian nya sekarang Nasya?"
"Ide bagus Ratu," jawab Nasya yang langsung di angguki oleh gadis di hadapannya. Mereka mulai mengepak koper dan mencari pakaian yang cocok untuk ke pesta.
Nasya berdecak, "Sepertinya aku tidak akan pergi. Tak ada pakaian yang cocok. Bagaimana denganmu?"
"Aku bawa tiga dress, apa kau ingin meminjamnya?" tawar Ratu mengangkat dua dress dengan warna berbeda.
"Tidak, aku tidak ingin merepotkanmu Ratu." Nasya berdiri dan kembali ke arah ranjang.
"Baiklah. Aku juga tidak akan datang nanti malam, terserah kata orang nanti." Ratu merajuk.
"Jangan begitu, tak mungkin hanya karena aku seorang Ratu yang begitu menyukai pesta tak datang? Baiklah aku akan datang bersamamu nanti."
Senyuman di wajah Ratu mengembang, dengan cepat ia berlari ke arah ranjang dan merebahkan badan, "Kau harus terlihat cantik nantinya. Buatlah seluruh siswa menjadi kagum, apalagi para lelaki. Dan mereka juga tidak akan memandang buruk tentang dirimu lagi Nasya."
"Ratu! Kau ini ada-ada saja!" teriak Nasya dengan wajah yang terlihat kesal, bahkan ia tak berpikir sampai ke sana. Untuk apa bangga menjadi incaran para lelaki, lebih baik tetap menjadi diri sendiri, bukan?
Ratu terkekeh, "Biar aku tebak. Pasti kamu sedang membayangkan apa yang aku ucapkan tadi bukan? Wah bahagia sekali aku bisa membuatmu tak berkutik Nasya."
Lagi-lagi Nasya hanya bisa menyembunyikan wajah kesalnyanya, dia mengambil bantal yang tersandar di kepala ranjang, "Jangan mengatakan itu lagi Ratu. Kau membuatku kesal!"
Malam yang ditunggu pun tiba, di mana semua siswa sudah berkumpul di lantai bawah untuk menyambut pesta. Semua orang terlihat begitu rapi dan juga cantik malam ini."Apa pakaian ku terlalu terbuka?" tanya Nasya untuk kesekian kalinya. Pasalnya dress soft pink yang di pinjamkan Ratu hanya sampai menutupi betis Nasya.Helaan napas kasar terdengar dari mulut Ratu, "Kau ini kenapa sih? Dari tadi bertanya hal yang sama terus." Kesalnya."Aku tidak percaya diri untuk ini Ratu, percayalah padaku!" jawab gadis pendek nan imut itu gugup, ia bahkan masih saja berusaha menurunkan dress yang dipakai sampai ke mata kaki."Jangan begitu, kamu tenang saja. Ada aku bukan disamping dirimu Nasya," jawab Ratu menggenggam tangan sahabatnya yakin.Tatapan kagum terpancar jelas ketika Nasya dan Ratu berjalan menuju tempat minuman. Kedua gadis itu menampilkan ekspresi yang berbeda, Ratu dengan wajah yakin dan Nadya
Nasya menangis sejadi-jadinya ketika bayangan semalam masih berputar jelas di benaknya. Kepala wanita itu terangkat ketika mendengar suara erangan yang bersumber dari arah tempat tidur.Mata keduanya saling bertemu, dapat dilihat bahwa Galen begitu terkejut melihat keadaan Nasya. pemuda itu bergegas menjadikan seprai sebagai alasan tubuhnya."Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Galen tak suka, ia berjalan menuruni ranjang dan melihat pakaian berserakan di lantai.Tatapan bertanya dan pemikiran aneh berputar di kepala lelaki itu, "Jangan bilang ... kalau kita ...."Wanita yang sejak tadi menangis kembali menitikkan air mata, ia bahkan menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan kaki yang sudah terasa perih dan kaku."Keluar dari sini sekarang Nasya!" usir Galen lantang sambil melemparkan sebuah kemeja dan celana pendek ke arah Nasya.Kepala wanita l
Nasya berjalan dengan begitu lunglai menuju rumahnya, keringat sudah membasahi baju putih abu yang di pakai. Di depan sana Nasya dapat melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir indah di depan rumah."Mobil siapa itu? Apa salah satu pelanggan Ayah?" tanya Nasya lirih. Ia memasuki restoran yang tampak begitu sepi. Hanya ada sang Ayah dan juga pria dewasa yang sepertinya seumur dengan Ayahnya, dengan langkah ringan Nasya berjalan mendekati tangga menuju lantai dua."Apa sudah pulang sekolahnya?" tanya Carel membuat Nasya menghentikan langkah kakinya."Iya. Aku baru saja pulang Ayah," jawab wanita itu dengan pelan. Ia mengernyit ketika sang Ayah melambaikan tangan ke arahnya.Carel memandang orang yang duduk didepannya, kemudian menyuruh Nasya untuk memberi salam, "Kenalkan dia sahabat Ayah sewaktu kecil dulu, namanya Dimas.""Halo Paman, aku Nasya." Wanita mungil tersebut membungkukkan ba
Pagi ini Nasya terlambat datang ke sekolah, karena tadi malam dirinya tak bisa tidur. Dan sekarang dia harus menjalankan hukuman yang diberikan oleh Pak Kusuma sebagai guru piket yang bertanggung jawab, dia memberikan hukuman yaitu membersihkan lapangan olahraga.Matanya menangkap teman sekelasnya sedang pemanasan yang dipimpin oleh ketua Abian. Beberapa anak perempuan menertawakan Nasya yang sibuk memungut sampah, "Hei! Lihat di sana. Ada anak beasiswa yang terlambat!"Gelak tawa berderai keras, Nasya menulikan telinga dengan apa yang mereka katakan. Wanita tersebut tetap menjalankan hukumannya."Mungkin dia kelelahan setelah melayani pelanggan semalam," ucap Rihanna membuat yang lainnya tertawa, Ratu yang mendengar hal itu menjadi geram. Gadis itu baru saja akan meremas mulut Rihanna, akan tetapi terhenti ketika guru olahraga datang bersama beberapa siswa laki-laki."Baiklah, pagi ini kita semua akan m
Keputusan telah dibuat, Nasya dan juga Galen sudah rersmi menjadi pasangan suami istri. Keduanya tampak sibuk dengan pikiran masing-masing ketika para tamu yang berasal dari kenalan Ayah dan Ibu Galen berpamitan pergi.Pernikahan mereka tidak dibuka secara publik, mengingat bahwa keduanya masih sekolah. Dimas dan Carlos sudah memperhitungkan itu matang-matang, jadi hanya orang-orang terdekat saja yang menghadiri pernikahan mereka.Nasya berdiri ketika Stelle dan Keina melambaikan tangan agar ia segera mendekat pada mereka. Wanita hamil itu tampak menampilkan wajah sendu, Keina membawa tubuh putrinya ke dalam kamar dan memeluk Nasya erat."Jaga dirimu Nak, Ibu tidak akan berada di dekatmu lagi. Kamu ingat bukan kalau sekarang dirimu sudah menikah," ujar Keina menatap kedua bola mata Nasya yang berkaca-ksca, "Tapi jangan khawatir, Kapan-kapan Ibu akan datang bersama Ayah."Nasya mengangguk paham, ia kembali memeluk tu
Nasya merapatkan selimut yang ia pakai, ketika di rasa angin segar menusuk kulitnya. Akan tetapi ia tersadar bahwa semalam dirinya tidur di sofa dan tak memakai selimut.Manik matanya terbuka lebar, ia langsung duduk dan berlari ke kamar mandi ketika perutnya begitu bergejolak. Tubuhnya terasa lemas, akan tetapi ada tangan kekar yang menopang tubuh Nasya."Galen?" tanya wanita itu lirih, ia dapat mencium aroma maskulin dari tubuh Galen dan itu membuat dirinya tenang.Lelaki itu kembali membawa tubuh istrinya ke atas ranjang, memberikan selimut dan juga minyak angin yang tersimpan di dalam laci lemari kecil di samping ranjang, "Pakai.""Terima kasih," ucap Nasya mengambil benda itu dari tangan suaminya, ia mencium aroma minyak kayu putih dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Tak ada lagi pembicaraan dari mereka, Galen yang duduk di tepi ranjang hanya diam."Hm ... Apa kamu yan
Nasya menerima pakaian kotor miliknya yang diulurkan oleh pemuda di depannya, wanita itu menganggukkan kepala dan tersenyum, "Terima kasih Reyhan."Ya, memang Reyhan yang tadi datang membantu Nasya. Karena merasa khawatir wanita itu tak kunjung kembali, padahal bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi, dan juga Reyhan sempat mendengar pembicaraan Rihanna bersama kedua temannya. Bergegas saja Reyhan menyusul Nasya.Pintu UKS dibuka dengan kasar, membuat keduanya menoleh. Di sana Ratu datang dengan wajah yang begitu khawatir, "Apa kau baik-baik saja?"Dia berlari mendekati Nasya, memeriksa tubuh sahabatnya itu dengan teliti. Takut saja ada yang lecet, maka ia tak segan-segan memukul wajah Rihanna. Helaan napas lega keluar dari mulut Ratu."Untung saja kau tak apa Nasya. Aku baru saja membaca pesanmu, dan bergegas menuju toilet. Akan tetapi aku tak menemukanmu di sana, bergegas saja aku ke sini," ujar R
Nasya memuntahkan isi perutnya ke wastafel, tubuhnya terasa lemas sekarang. Setelah mencuci mulut dan wajah wanita itu kembali berjalan menuju ranjang, dan melihat sosok Galen masih tertidur tenang.Nasya menghirup aroma kayu putih yang ia simpan di bawah bantal, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Bibirnya bergetar hebat, belum lagi dengan rasa pusing yang mendera kepalanya.Dia tersentak ketika merasakan pergerakan dari kasur sebelahnya, yang menandakan bahwa Galen sudah bangun. Dengan perlahan Nasya melirik suaminya yang duduk di tepi ranjang, lelaki tampan tersebut mengacak-acak rambutnya kasar kemudian berjalan menuju kamar mandi.Tak lama kemudian Galen sudah siap dengan pakaian sekolahnya, lelaki itu menatap Nasya sebentar kemudian melenggang pergi."Aku harus pergi sekolah, jika tidak aku akan ketinggalan pelajaran." Nasya bangkit dari ranjang, berjalan sambil berpegangan pada dinding. Tubuhnya terasa b