Share

Baby Sitter Untuk Bayi Maduku
Baby Sitter Untuk Bayi Maduku
Penulis: Linda Ma

Bayi Maduku

"Urus bayi ini sebaik mungkin. Kalau tidak aku akan menceraikan kamu."

Sarah mengangkat wajahnya. Menatap Andra yang berdiri di dekat boks bayi. Pantas saja, Andra mau berbicara dengan dirinya. Alasannya hanya untuk memerintah untuk mengurus bayi dari istri keduanya.

"Kenapa harus aku mas. Aku tidak punya waktu."

"Jangan membantah. Kamu lupa siapa kamu di rumah ini. Hah?.

Satu tahun menikah. Selama itu juga. Andra mengabaikan dirinya. Bersikap tidak adil bahkan menganggap Sarah tidak ada. Bahkan, di saat Andra butuh tenaga untuk mengurus bayinya. Tanpa memikirkan perasaan isteri pertamanya. Andra bahkan meminta Sarah untuk mengurus bayinya. Sikapnya tetap sama. Memaksa dan mengancam.

Apakah Sarah sanggup?. Jawabannya tentu saja Sarah tidak sanggup. Mempunyai madu saja, rasanya sudah seperti di neraka. Apalagi harus mengurus bayi dari suami dan madunya. Melihat bayi itu, sama saja dengan mengingat semua sikap buruk Andra dan Gita terhadap dirinya.

Gita adalah istri kedua dari Andra. Wanita yang bersedia dinikahi siri berselang satu hari setelah Andra menikahi Sarah. Mereka hidup dalam satu atap. Satu suami dua istri. Yang bisa dikatakan jika suami istri yang sebenarnya adalah Andra dan Gita. Sedangkan Sarah sebagai istri sah hanya sebagai pelengkap. Bukan pelengkap kebahagiaan melainkan pelengkap sasaran penderitaan.

Sarah menggelengkan kepalanya. Hatinya teramat sakit dengan ancaman suaminya itu. Tidak. Dia tidak akan mau mengurus bayi itu. Dirinya bukan pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan. Dirinya adalah seorang mahasiswa yang sedang berkutat untuk menyelesaikan skripsi. Dia tidak akan mau membuang waktu hanya akan mengurus bayi dari madunya. Gita yang berbahagia dengan kehamilannya. Dan merasa dirinya unggul karena dicintai dan akan memberikan keturunan kepada Andra. Biarkan saja, wanita itu yang mengurus bayinya sendiri.

Sarah masih sangat jelas mengingat bagaimana sikap buruk Gita. Gita sengaja bermesraan di sembarang tempat untuk membuat dirinya cemburu.

"Kamu tidak bersedia hah?. Apa kamu tidak takut aku ceraikan?" tanya Andra murka.

Cerai adalah satu kata yang ditunggu oleh Sarah selama ini. Tapi ancaman dari Andra akan mencabut pengobatan pak Burhan ayahnya Sarah membuat Sarah memendam keinginan itu. Saat ini, pak Burhan sedang berjuang dengan alat alat medis karena kecelakaan yang menimpa dirinya satu tahun yang lalu. Sarah yang belum ingin kehilangan sang ayah hanya bisa menahan luka dalam pernikahannya yang sama sekali tidak dianggap.

Pernikahan Andra dan Sarah memang karena perjodohan. Bisa dikatakan, pernikahan ini adalah pernikahan yang simbiosis mutualisme. Pernikahan itu membawa keuntungan bagi Sarah karena akan mendapatkan biaya pengobatan dan bagi Andra, laki laki itu juga akan mendapatkan perusahaan setelah pernikahan mereka satu tahun. Itu artinya, Andra akan mendapatkan perusahaan itu tiga bulan lagi. Pernikahan itu hanya status diatas kertas.

"Lebih baik cerai daripada mengurus bayi dari sepasang suami istri yang tidak punya perasaan seperti kalian. Kamu punya uang. Mengapa tidak merekrut baby sitter saja. Mengapa harus aku. Apa kalian ingin menyiksa aku seperti ini. Aku akan begadang tiap malam sementara kalian yang punya bayi bisa terlelap sambil berpelukan?"

Sarah merasakan seperti diremas. Wanita mana yang mau mengurus bayi dari wanita yang selalu menindas dan menghinanya.

"Kamu siap kehilangan ayah mu?" tanya Andra tajam. Wajahnya sengaja ditundukkan untuk menatap wajah Sarah.

"Bukan kamu pemilik nyawa ayahku. Jika kamu menghentikan pengobatan ayahku maka kamu juga siap siap tidak mendapatkan perusahaan keluargamu. Dan siap siap saja pernikahan kamu dengan Gita diketahui oleh keluargamu."

Sarah balik mengancam walau dalam hati ketakutan jika Andra nekat mencabut dana pengobatan ayahnya.

Andra terdiam.Tapi tatapannya masih tajam. Dia membenarkan kata kata Sarah dalam hatinya. Dirinya akan gagal mendapatkan perusahaan jika pernikahannya dengan Sarah kurang dalam satu tahun. Posisinya belum aman.

Lagi pula, untuk saat ini pernikahannya dengan Gita belum bisa terbongkar. Itu menjadi salah satu alasan Andra menyatukan Sarah dan Gita dalam satu rumah. Andra tidak mau jika Sarah mengadu kepada pak Hermawan jika dirinya jarang di rumah. Selain itu, posisi pak Hermawan dan istri yang berada di luar negeri akan selalu mencari keberadaan Sarah jika mereka melakukan panggilan video.

Suara bayi membuyarkan tatapan tajam Andra dari Sarah. Laki laki itu cepat melangkah ke arah boks. Laki laki itu juga sangat cekatan mengambil bayi perempuan itu dari boks dan memberikan susu formula yang sejak tadi ada di tangannya.

Bayi itu memang tidak berdosa. Tapi sedikit pun tidak ada niat Sarah untuk melihat bayi itu. Sarah benar benar tidak tertarik. Meskipun tidak begitu memperhatikan Andra, Sarah bisa merasakan jika Andra adalah ayah yang baik bagi putrinya. Suami yang baik bagi Gita. Sedangkan untuk dirinya, Andra seperti neraka dalam kehidupannya.

"Bibi Inah belum pulang. Suruh bi Inah yang mengurus bayimu selama Gita masih di rumah sakit."

Bibi Inah adalah asisten rumah tangga yang bertugas khusus di rumah itu untuk melayani Andra dan Sarah. Sedangkan untuk Sarah sendiri. Sarah harus melakukan apapun sendiri untuk dirinya. Sarah seperti anak kost di rumah itu. Sebenarnya apa salahnya jika mbok Ina memasak sekalian untuk Sarah. Tapi Gita melarang dan Andra tidak mempermasalahkan larangan itu.

"Sa, aku mohon. Tolong, urus bayi ini. Gita masih koma."

Sarah terkejut. Dia tidak tahu tentang kondisi Gita yang sebenarnya. Dia hanya tahu jika empat hari yang lalu. Gita sudah melahirkan bayi perempuan. Itupun dia tahu dari mbok Ina.

Sarah memberanikan diri menatap Andra. Berbulan bulan menikah, baru kali ini Andra berbicara pelan dan memohon. Sarah juga bisa melihat kesedihan di wajah suaminya. Seandainya dirinya yang ada di posisi Gita saat ini. Apakah suaminya juga merasa sedih. Sarah bisa memastikan tidak akan sedih. Karena selama ini, Andra dan Gita tidak menginginkan dirinya. Kalau bukan karena warisan, Bisa dipastikan, Sarah sudah lama ditendang dari rumah itu.

Meskipun selama ini selalu disakiti. Ada perasaan tidak tega melihat Andra memohon dan melihat wajah sendu laki laki itu. Rasa tak tega itu hanya sebentar, karena pikiran Sarah kini dipenuhi dengan sikap sikap Andra yang selalu menyakiti dirinya.

"Maaf mas. Aku tidak bisa. Bibi Inah lebih berpengalaman mengurus bayi dibandingkan aku. Untuk Gita, semoga dia cepat sembuh."

Sarah melunak, mendengar Gita koma tidak langsung membuat wanita itu senang. Yang ada, Sarah menoleh kepada Andra yang sedang meletakkan bayi itu ke boks. Sarah berharap, Gita sembuh secepatnya supaya bisa bersama dengan bayinya. Dan lebih penting lagi, jika Gita sembuh Andra tidak akan meminta dirinya untuk mengurus bayi itu.

"Aku panggilkan Bibi Inah," kata Sarah bersamaan dengan suara ponsel milik Andra berdering. Apapun keadaan Gita saat ini tidak akan bisa mengubah keputusan Sarah.

"Apa dokter?. Istri saya tidak bisa diselamatkan?.

Masih beberapa langkah keluar dari kamar bayi. Sarah mendengar perkataan Andra. Wanita itu berbalik ke kamar bayi dan melihat Andra sudah menangis terduduk bersandar di boks bayi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status