Share

Persyaratan Tambahan

Hari pertama memberikan perhatian pada bayi yang belum diketahui namanya itu. Sarah tidak merasakan benci sama sekali meskipun mengingat sikap Gita dahulu. Sarah dengan antusias mendengar apa yang dikatakan oleh Nia tentang takaran susu, cara mengganti diaper dan juga cara menggendong bayi dengan benar.

"Mbak, aku takut."

Sarah menarik tangannya yang sudah siap mengangkat bayi itu dari boks. Peringatan hati hati dari Nia ketika mengambil bayi dari boks, membuat Sarah belum berani mengangkat bayi itu. Mau tidak mau, Nia mempraktekkan sendiri bagaimana mengangkat bayi itu dari boks.

"Coba lagi Sarah. Kamu pasti bisa."

"Aku takut mbak. Bagaimana kalau jatuh."

"Kalau kamu fokus dan hati hati pasti tidak akan jatuh."

Sarah menarik nafas panjang sebelum mengangkat bayi itu dari boks. Memberanikan diri dengan sangat hati hati akhirnya bayi itu berpindah juga ke tangannya. Sarah membawa bayi itu dan meletakkannya di ranjang khusus untuk baby sitter di kamar itu.

"Kamu cantik dek. Mirip papamu."

Sarah memandangi baby itu. Menyentuh pipinya dengan lembut. Pergerakan jari jari Sarah di pipi bayi itu tidak membuat bayi itu terbangun.

"Wajah bayi hitungan Minggu atau hitungan bulan masih berubah ubah Sarah. Kalau sekarang mirip pak Andra. Besok besok bisa mirip ibunya atau kakek neneknya."

"Masa sih mbak."

"Iya, memang begitu."

"Jangan sampai mirip ibu kandungnya," batin Sarah. Wanita itu memukul kepalanya sendiri karena bisa bisanya dia berpikiran seperti itu. Bayi itu adalah bayi Gita. Dan sangat wajar jika mirip Gita nantinya. Sarah sepertinya harus mempersiapkan hatinya untuk itu.

Sarah menyanyikan lagu anak anak. Suaranya terdengar merdu. Matanya tidak terlepas dari wajah sang bayi. Sarah benar benar memposisikan dirinya sebagai baby sitter.

Apa yang dilakukan Sarah terhadap bayi madunya itu tidak terlepas dari penglihatan Andra. Laki laki itu sudah berdiri sejak lama di depan pintu yang terbuka sedikit. Sarah tidak menyadari keberadaan suaminya karena Nia juga tidak memberitahukan karena isyarat dari Andra.

Andra berlalu dari tempat itu. Entah mengapa hatinya sangat lega setelah Sarah bersedia menjadi baby sitter untuk bayinya. Selama tiga hari ditinggalkan wanita yang sangat dicintainya. Selama tiga hari itu juga Andra larut dalam duka. Andra sangat kehilangan Gita sehingga dirinya mengabaikan sang bayi selama tiga hari ini. Beruntung dirinya mempunyai asisten rumah tangga seperti bibi Inah yang bisa diandalkan untuk mencari dua baby sitter bagi putrinya.

Andra memandangi foto pernikahannya dengan Gita di ruangan kerja itu. Terlihat mereka berdua tersenyum penuh kebahagiaan. Sangat berbeda dengan situasi yang dirasakan Andra saat ini. Dirinya tidak hanya dihadapkan dengan duka cita karena kehilangan Gita. Andra juga dihadapkan dengan kenyataan yang tidak kalah menakutkan.

Tadi pagi. Andra mendapatkan kabar tentang kondisi terburuk dari pak Burhan, ayah mertua yang sangat dia benci. Kenyataan yang tidak kalah menakutkan, jika kondisi pak Burhan terdengar ke telinga kedua orangtuanya. Bisa dipastikan Andra akan sulit mendapatkan perusahaan keluarga.

Ikhlas tidak ikhlas. Andra harus memberi pengobatan terbaik pada pak Burhan. Sebenarnya, dia tidak rela memberikan dana yang lebih banyak lagi pada ayah mertuanya itu. Andra tidak pernah menganggap pak Burhan sebagai mertuanya. Rasa benci itu masih ada sampai saat ini. Dan demi perusahaan keluarga, Andra bersedia memindahkan pak Burhan ke rumah sakit terbaik di kota ini. Tentu saja itu tidak gratis. Imbalannya Sarah menjadi baby sitter untuk putrinya.

"Maafkan aku sayang. Aku tidak bisa mewujudkan keinginannya mu bahkan saat saat terakhir hidup mu."

Andra menatap sendu pada foto Gita. Di masa hidupnya, Gita sangat ingin menjadi istri satu satunya dan istri sah bagi Andra. Dan hal itu tidak pernah terjadi. Andra kehilangan istri tapi dirinya tidak lantas menjadi duda karena masih ada istri pertama yang tidak pernah dianggap.

Andra merasa sangat bersalah pada Gita. Dan laki laki itu berpikir keinginan Gita tidak terwujud karena pak Burhan dan Sarah. Andaikan pak Burhan tidak kecelakaan saat itu. Mungkin dirinya dan Gita mempunyai jalan yang mulus untuk mendapatkan restu. Sungguh, Andra sangat membenci Sarah dan pak Burhan. Gara gara mereka status Gita sebagai istrinya harus disembunyikan selama pernikahan mereka.

Menjadikan Sarah baby sitter bukan hanya sekedar imbalan atas pemindahan pak Burhan ke rumah sakit di kota itu. Andra melakukan itu karena ingin menghukum Sarah. Dia ingin melihat Sarah tersiksa karena harus merawat bayi dari wanita yang menjadi saingannya. Andra sangat yakin jika Sarah membenci Gita.

"Masuk bibi," perintah Andra melihat bibi Inah sudah berdiri di depan pintu dengan segelas kopi di tangannya. Wanita tua itu berjalan perlahan dan meletakkan kopi itu diatas meja kerja milik Andra.

"Maaf pak Andra. Saya tidak yakin kopi buatan saya seperti kopi buatan non Gita. Sekali lagi, maafkan saya."

Wanita tua itu menundukkan kepalanya, selama Gita di rumah sakit hingga kembali ke Pemiliknya. Kopi buatan bibi Inah tidak cocok di lidah sang majikan. Hampir setiap membuat kopi untuk Andra, kopi itu hanya dicicip saja.

Andra menarik nafas panjang, kerinduannya kepada Gita semakin menggunung. Dia rindu kopi buatan istri sirinya itu. Bukan hanya kopi, dia rindu senyumnya, manjanya dan terutama rindu akan kebersamaan mereka.

"Tidak perlu meminta maaf bi. Aku akan mencoba membiasakan diri dengan kopi buatan bibi. Makasih ya bi.

"Sama sama pak."

"Oya bi. Jika giliran Sarah menjaga bayiku. Tolong awasi dia ya bi. Aku takut, Sarah berbuat yang tidak tidak pada anakku."

"Ya ampun pak. Non Sarah wanita yang baik. Tidak mungkin dia melukai seorang bayi."

"Bisa saja kan bi, dia membalas dendamnya pada bayiku. Bibi tahu sendiri, Sarah dan Gita saling membenci."

Bibi Inah menggelengkan kepalanya. Yang dia tahu. Gita yang sangat membenci Sarah. Sarah tidak pernah menunjukkan kebenciannya pada Gita. Istri pertama Andra itu hanya menangis jika dirinya tidak tahan dengan perlakuan Andra dan Gita.

"Jangan khawatir pak. Saya sangat yakin jika non Sarah adalah wanita yang baik."

"Dan suatu saat, anda pasti menyesal karena menyakiti hatinya selama ini," kata bibi Inah dalam hati. Bibi Inah sangat berharap, Sarah mendapatkan kebahagiaannya suatu saat nanti dengan atau tidak dengan Andra nantinya.

Perkataan bibi Inah tidak lantas membuat pandangan Andra akan Sarah langsung berubah. Laki laki itu menanggapi perkataan bibi Inah hanya dengan senyum sinis.

"Saya pamit pak," kata bibi Inah. Andra menganggukkan kepalanya bersamaan dengan ponsel miliknya berdering.

"Andra, posisimu dengan Indra sama sama unggul. Kakek mengajukan persyaratan tambahan. Kakek akan mewariskan perusahaan pada kandidat yang sudah mempunyai atau bakal mempunyai keturunan. Apa Sarah sudah menunjukkan tanda tanda kehamilan. Jika tidak, konsultasi lah dengan dokter kandungan. Kalian masih mempunyai waktu tiga bulan lagi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status