Beranda / Pernikahan / (BUKAN) Duda Biasa / 18. Pemanasan dengan Duda (18+)

Share

18. Pemanasan dengan Duda (18+)

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-09 09:10:13

“Mas? Kamu kok tidur di bawah?” Alma menyimpan gelas di nakas dan duduk disamping tubuh Adam yang tertidur di atas karpet bulu bawah ranjangnya.

“Gak papa aku disini aja.”

“Mas, jangan dong, kamu bangun, naik ke atas. Yuk.”

Adam membuka matanya, “Aku pikir kamu masih marah sama aku karena makannya lama."

“Maaas, gak gitu. Tadi aku ngobrol dulu sama mama.”

“Oh.”

“Ayo bangun, tidurnya di atas.”

“Sini tarik tangan aku.” pintanya manja.

Alma menurut, ia menarik lengan Adam. Dengan sengaja Adam menarik Alma ke dalam tubuhnya. Wajah mereka berdekatan, Alma bahkan sengaja menahan nafasnya karena kaget jarak mereka begitu dekat.

Adam memajukkan wajahnya, dan,

Cup!

Bibir mereka menempel. Hanya menempel.

Alma melotot dan badannya membeku. Ia menarik badannya dan duduk tegap memunggungi Adam. Sadar Alma enggan meneruskan proses itu, Adam ikut bangun dan berpindah ke atas ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (BUKAN) Duda Biasa   19. Makan Siang dengan Mochi (18+)

    Alma tengah membantu mama membuat Banana Strudel untuk camilan sore. Meski tidak membantu banyak, tapi lumayan lah, mama bisa menyuruh Alma ini dan itu. Siang ini mama sengaja masak banyak untuk membuat Alma punya kegiatan. Beliau sangat khawatir kalau setelah menikah Alma tetap menjadi orang yang hobi tidur dan hibernasi seperti beruang yang diam di kamar seharian.“Ma, udah dong jangan bikin menu lain lagi. Capek tau.”Mama melirik Alma yang tengah manyun sambil mencuci tangannya, “Baru segini. Kamu tuh harus pintar mencuri hati suami kamu. Salah satu caranya ya ini, masak.”Alma menatap punggung mama yang tengah mengelap meja yang kotor dengan terigu, “Mas Adam bisa masak juga, jadi kalo aku masakkin dia terus, dia gak akan aneh lah.”Mama membalikkan badannya, “Justru itu. Kalo Adam bisa masak, kamu harus lebih jago dari dia. Lawan dia. Nanti juga luluh sendiri.”“Iyaaa.”“Ma, tolong angkatin Banana Strudelny

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • (BUKAN) Duda Biasa   20. Anak Tunggal VS Cucu Pertama

    “Belle sayang.” Adam menghampiri suster Ruth yang mendorong stroller Belle. Ia memangku Belle dan menciuminya hingga puas, “Papa kangen banget sama kamu, nak.”Alma yang melilhat itu menatap malas ke arah mereka. Ia menatap suster Ruth yang mengangguk dan tersenyum sopan padanya, “Masuk, sus.”“Iya, bu.” Suster Ruth melipat sroller dan mengangkatnya ke atas teras. Adam yang anteng memangku Belle harus mengangkat telponnya yang terus bergetar di saku celananya, “Sayang, tolong pegang Belle dulu.”Alma mengernyit, “Kok aku?”“Sayang, ini aku harus angkat telpon dulu.”Alma membuang nafasnya kesal. Dengan terpaksa ia menerima Belle, “Sini.”Adam merogoh saku celananya. Ia mengangkat telpon buru-buru, “Iya, saya ke rumah sakit sekarang.” Ia menutup telpon dan mencium Belle lagi, “Belle, papa kerja dulu ya. Kamu anteng-anteng sama mami.”“Yayayayah.”Adam menatap Alma yang membuang mukanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • (BUKAN) Duda Biasa   21. Sahabat Baru

    Alma menempelkan banyak baju ke badan suster Ruth, “Kurang masuk sama karakter sus.” Ia melempar baju sembarang.“Alma, udah, aku pake yang mana aja.”Alma menatap suster Ruth, “Gak bisa gitu, sus. Kita harus pake baju sesuai suasana hati dan cuaca di luar, gak bisa sembarangan.”“Emang kalo sembarangan kenapa?”“Ya gak bagus aja.” kilahnya. Ia terus melempar baju yang tak sesuai dengan maunya ke atas kasur.“Alma, baju kamu jadi berantakkan.”“Gak papa, nanti bisa bibi beresin. Naaaah ini cocok.” pekiknya. “Pake, sus.”Suster Ruth mengambil baju dan pergi ke kamar mandi. Sedang Alma masih memilih baju untuk dirinya sendiri.Saat suster Ruth keluar dari kamar mandi, Alma sedang bersolek di meja rias. Ia melihat pantulan suster Ruth dari cermin, “Wah, cantik banget sus.”“Ma, aku lepas ya, aku gak bisa pake baju gini.” Suster Ruth terus menarik ujung dress di atas lututnya.Alma membal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • (BUKAN) Duda Biasa   22. Meminta Pengertian

    Alma berdiri memunggungi Mario yang berjalan melewatinya. Ia menarik lengan suster Ruth dan mengatakkan untuk terus memperhatikan kemana arah cowok itu pergi.Suster Ruth menurut. Meski tidak tahu itu siapa, ia menjalankan tugasnya dengan baik. Ketika Mario sudah berjalan jauh dan tak nampak dirinya lagi, suster Ruth melirik Alma, “Orangnya udah pergi.”Alma bergerak pelan dan melongokkan wajahnya ke arah Mario melewati mereka. Ia membuang nafas lega, “Akhirnyaaa.”“Dia siapa?”“Mantan aku.”“Oh.”“Dia pergi kemana?”“Tadi sih ke arah timur.”Alma merapikan rambutnya dan mengatur nafas sedemikian rupa karena benar-benar kaget ketika melihat Mario dari kejauhan. Ia tidak siap bertengkar dengan mantan pacarnya. Ia juga tidak siap meladeni beribu pertanyaannya yang pasti akan bertanya mengenai alasan memutuskannya sepihak setelah jadi istri orang.“Kita pulang sekarang?”Alma menggeleng

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • (BUKAN) Duda Biasa   23. Dirujuk ke Psikiater

    “Suara Alma kekencengan ya? Aduh, maaf ya, mama jadi gak enak.” mama menarik lengan Alma, “Minta maaf sama suami kamu.”Alma melipat kedua tangannya, “Ogah.”Adam memijat dahinya yang pusing. Ia baru saja tertidur setelah menyelesaikan jurnal penelitiannya, tapi harus terbangun dengan suara kencang Alma yang menyebut enggan satu kasur dengan Belle selamanya, membuatnya tersinggung dan harus mengambil sikap tegas.“Kamu masuk kamar sana, mama juga mau tidur lagi.” mama melirik Adam, “Nak Adam, mama tinggal dulu ya.”Adam mengangguk, “Maaf ya, ma tidurnya terganggu karena Alma.”“Hehehe, gak papa, mama udah biasa kok.”Setelah mama masuk ke dalam kamar, Adam duduk disamping Alma, “Ayo ke kamar.” pintanya dengan suara lembut.“Gak. Kamu aja sana.”Adam merebahkan dirinya di sofa, “Ya udah aku tidur disini juga deh.”Alma melirik Adam tanpa bicara apa pun. Ia tetap ngambek dan enggan pindah ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • (BUKAN) Duda Biasa   24. Perintah Menjauhi Tuyul Keriting

    Setelah melempar Adam dengan bantal, Alma di minta untuk diam di ruangan bertiga dengan Virza dan suster yang akan menemaninya konseling. Papa-mama dan Adam diminta keluar.“Dokter, saya kan mamanya, saya tetap tunggu disini ya?” mama memohon.Virza melirik Adam sebentar, “Tidak bisa, bu, sudah begitu prosedurnya. Ibu tunggu di luar, jika saya butuhkan keterangannya nanti ibu dan bapak akan suster panggil.”“Udah lah, ma, kita ikut prosedur saja. Itu Alma keliatan udah baik-baik aja kok, jadi gak perlu di temani.” Papa mengelus bahu mama dan memberikannya pengertian. Papa menatap Virza, “Kami akan menunggu di luar.”Virza mengangguk, “Silakan, pak.”Papa menarik lengan mama. Adam juga berjalan membuntut dibelakang mama dan papa. Mereka akan menunggu di luar.“Nak Adam tidak ada jadwal dinas?” tanya papa ketika mereka sudah berada di luar ruangan.“Ada, pa, saya udah izin sampe tahu penjelasan dari psikiater menge

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • (BUKAN) Duda Biasa   25. Bertemu Mantan

    “Ma, pa, saya izin tinggal dulu.”“Oh iya, nak Adam, silakan.” Papa mempersilakan Adam bertugas.Adam berlari ke UGD untuk bertemu dengan pasien yang ngamuk yang katanya meminta untuk bertemu dengannya. Siapakah gerangan manusia yang sempat-sempatnya ngamuk di saat genting begini.Dokter yang berjaga di UGD menunjuk seorang perempuan jangkung berwajah blaseteran yang tengah di tahan oleh dua perawat karena ngamuk ingin mencari Adam.“Tiara?”“Adam? Kamu dateng juga akhirnya.”Adam meminta dua perawat yang menahan perempuan bernama Tiara itu untuk pergi.“Adam, aku kangen sama kamu.” Tiara memeluk Adam.“Ti, lepas.” Adam berusaha keras melepas Tiara dari badannya.“Kamu kenapa? Kok gini sama aku?”Adam tak menggubris pertanyaan Tiara, “Kamu kenapa bisa masuk UGD?”Tiara menunjuk kakinya yang baret penuh luka, dan salah satu pergelangan kakinya sudah di perban karena mengeluarkan darah cuku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • (BUKAN) Duda Biasa   26. Ribut Lagi

    “Virza? Adam?”Adam keluar dari pintu lift buru-buru. Ia sangat menghindari kejaran dan bertemu Tiara yang akan memperkeruh hubungan suami istrinya dengan Alma. Tiara yang masih terobsesi dengan Adam pasti akan melakukan banyak hal untuk memenuhi egonya.“Adam! Tunggu, aku mau ngomong sama kamu.” Tiara menarik lengan Adam.Dengan cepat Adam melepaskan cengkraman Tiara di lengannya, “Jangan pernah deketin aku lagi, Ra.”“Dam, aku masih sayang sama kamu.”“Tapi bukan berarti kita harus ketemu lagi ‘kan? Kita udah selesai, jauh sebelum aku menikahi Dara. Jadi dengan sangat, aku memohon sama kamu untuk pergi tinggalin aku.”“Tapi kan Dara udah gak ada, Dam, jadi kita bisa mulai kisah kita yang terhenti sementara.” Tiara memasang wajah memelas untuk merayu Adam.“Ra, aku udah menikah lagi minggu lalu.”Tiara tertawa, “Kamu bohong.”“Kamu gak percaya?” Adam memamerkan cincin nikahnya, “Kamu percaya sekarang?”“Dam, kamu.... nikah sama siapa?”“Ada satu perempuan yang sangat aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17

Bab terbaru

  • (BUKAN) Duda Biasa   196. HAPPY ENDING?

    Satu bulan kemudian...Alma merapikan kemeja Adam yang diberikan Virza sebagai bagian dari groomsmen. Adam terlihat sangat tampan karena aura wajah bahagianya keluar. Akhirnya, sahabat dunia akhiratnya, Virza mengakhiri masa lajangnya hari ini dengan satu perempuan yang amat ia sayangi.“Udah rapi, mas.”Adam mengangguk, “Sayang, nanti kita join honey moon sama Virza dan kakak, ya?”Alma menggebung dada bidang Adam, “Mas, aku belum pasang kb loh. Kalo kebablasan gimana? Ngurus Arick aja aku masih bingung.”Adam tertawa, “Sayang, ‘kan aku udah bilang biar aku aja yang pasang kb. Ada banyak pilihan ‘kan buat laki-laki?"“Mas, emang gak papa?”“Ya gak papa lah, yang apa-apa itu kalo kamu pasang tapi malah gak cocok. Perempuan itu udah banyak mengorbankan diri. Menstruasi, hamil, melahirkan, semuanya mengendalikan hormon ‘kan? Masa masalah kb yang bisa aku gantiin harus kamu yang ngerasain juga?”Alma mengangguk, “Ya udah, terserah kamu.”“Aku udah konsul kok seminggu kemarin sam

  • (BUKAN) Duda Biasa   195. Pura-Pura Marah

    Alma menggedor pintu rumah Arden dengan kencang. Adam yang berdiri dibelakangnya hanya diam saja karena tidak tahu sesakit apa perasaan istrinya begitu mendengar ucapan pak Bowo tadi dirumahnya mengenai Arden yang akan menikah tanpa memberi tahunya.Ceklek.“Alma, Adam?” Arden menatap Alma dan Adam datar.Alma mendorong tubuh Arden agar bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan cepat mencari seseorang yang mungkin sengaja sembunyi begitu tahu ia datang.“Audy! Audy!”Audy yang sedang bermain salon-salonan dengan Belle di ruang tivi terperanjat kaget melihat kedatangan dan suara menggelegar Alma, “Alma?”“Apa?’Audy beringsut berdiri sejajar dengan Belle yang seolah sama kagetnya melihat Alma.“Mami?”Alma melirik ke arah Belle yang belepotan dengan lipstik mainannya. Rambutnya yang sudah keriting tertempel roll rambut seperti ibu kost yang membuatnya tidak kuat untuk pura-pura marah.“Hahahaha.”Audy dan Belle, serta Adam dan Arden yang baru sampai dengan suster Tiwi yang m

  • (BUKAN) Duda Biasa   194. Kejutan

    “Kamu habis besuk Mario?”Alma mengangguk.“Ayo duduk sebentar, ada yang mau om sampaikan sama kamu dan suami. Mari Adam.”Adam memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, tunggu di mobil aja, kasian Arick kepanasan. Ini kunci mobilnya.”“Baik, pak, permisi, kak, pak.”Semua mengangguk.Adam menggandeng Alma untuk duduk diruang tunggu yang sedang kosong di lobi ruangan polres.“Gimana kabar kamu?” tanya om Indra setelah mereka bertiga duduk.“Baik, om. Aku... dibantu pemulihan dengan obat dari psikiater sih.”Om Indra membetulkan kaca matanya, “Kamu hebat karena sudah bertahan di situasi sulit itu.”“Iya, om.”“Oyah, persidangan Mario akan digelar minggu depan. Kamu gak perlu ikut kalo gak sanggup memberikan kesaksian. Ibu Ratih aja cukup.”Alma melirik Adam.Adam menggenggam tangan Alma, “Om Indra bener, kalo kamu gak sanggup, kamu gak perlu maksain diri.

  • (BUKAN) Duda Biasa   193. Menjenguk Mario

    Adam membukakan pintu mobil untuk Alma yang tengah menggendong Arick. Begitu sampai di depan polres yang memenjarakan Mario sementara karena ulahnya, Arick terus menangis. “Mas, apa aku gak perlu ikut masuk ya?” Adam diam sejenak lalu menatap suster Tiwi yang berdiri dekat mereka, “Arick biar sama suster Tiwi aja. Nanti kalo Arick udah tenang boleh dibawa ke dalem, takutnya Mario pengen liat.” Alma mengangguk. Ia memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, kita masuk dulu ya.” “Iya, kak Alma, silakan.” Alma menggandeng lengan Adam dan berjalan pelan ke dalam pelataran polres. Alma merasa bulu kuduknya berdiri ketika masuk. Ini pertama kalinya ia datang kesini, dan semoga untuk terakhir kalinya. Karena tidak terbayang bagaimana mentalnya yang belum stabil jika harus kembali datang kesini. “Selamat siang, pak, ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang personil polisi yang menjaga di meja depan. “Pagi. Saya ingin bertemu dengan pelaku penculikkan dan penganiaya istri saya, namanya Mar

  • (BUKAN) Duda Biasa   192. Kepincut?

    Pov AudyAudy berjalan pelan ketika tangannya sibuk membawa banyak paper bag pesanan Alma. Temannya yang satu itu memang senang membuatnya kewalahan. Alma memintanya membelikan banyak makanan dan pernah-pernik untuk dipakainya diruang rawat inap karena belum bisa pulang hari ini, karena kondisinya yang harus dalam bawah pengawasan dokter.“Emang bener-bener si Alma. Awas aja kalo gue nanti lahiran, gue bakal lebih ngerepotin elo!”Seseorang tertawa dibelakangnya, membuat Audy membalikkan badan. Ia berhenti dan menatap orang itu, “Ini mas Adam atau dokter Arden?”“Menurut kamu?”Audy membuang nafas pelan, “Dokter Arden.”Arden memegang dua bahu Audy dan menyeretnya ke pinggir agar tidak menghalangi mobilitas lorong menuju ruang perawatan, “Mau kemana?”“Mau kasih pesenan tuan puteri.”Arden menatap banyak paper bag yang Audy bawa, “Jangan sekarang.”“Kenapa?”“Adam lagi dinas.”“Aku perlunya sama Alma, bukan sama mas Adam.”“Kan saya bilang Adam lagi dinas.” tutur Arden pen

  • (BUKAN) Duda Biasa   191. Tidak Jadi Benci

    Alma dan Adam saling lirik. Mereka menatap Sezan yang tersenyum manis seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa belakangan ini. “Sezan?” mama yang sedang memangku Arick melirik Sezan tidak suka. Mama takut kehadiran Sezan membuat Alma yang belum sembuh benar bisa stress. “Tante, aku boleh masuk?” Mama melirik Alma, Alma malah melirik Adam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tampak Virza melongokkan kepalanya dibelakang tubuh Sezan, ia mengangguk meminta Alma dan Adam mengizinkan Sezan masuk. “Boleh, sini masuk, Zan.” pinta Alma. Sezan masuk, ia melewati papa yang masih berdiri kaget di dekat pintu. Ia langsung menghampiri Alma yang tengah duduk diranjang, “Aku turut seneng sama kelahiran bayi kamu. Selamat ya, Ma.” Alma mengangguk. Kedatangan Sezan kesini baik-baik, maka ia harus tetap bersikap baik padanya. Kecuali kalau Sezan mulai membuat kegaduhan, ia tak segan mengusirnya dengan kasar. Virza yang seda

  • (BUKAN) Duda Biasa   190. Pemberian Nama Adam Junior

    Alma kembali ke kamar setelah selesai berbincang dengan Arden. Begitu kembali ia tidak menemukan mama-papa, ibu, Audy dan suster Ruth. Mungkin mereka pergi untuk makan siang. Ia hanya melihat Adam yang sedang menciumi wajah Adam junior dan menyanyikan lagu improvisasi buatannya sendiri.“Anak papa oh anak papa, kamu kuat dan begitu tampan.”Alma tertawa.Adam melirik ke arah pintu, dimana Alma berdiri memegangi besi infusan, “Kamu kapan dateng?”Alma berjalan mengampiri Adam, “Ternyata bener, cowok kalo lagi fokus istrinya dateng aja dia gak sadar.”Adam tersenyum. Ia mencium kening Alma, “Kamu udah ketemu kakak?”Alma mengangguk, “Aku seneng mas, akhirnya sekarang aku punya kakak ipar.”“Dia juga pasti seneng bisa punya adik ipar, masih muda begini lagi. Dia bisa jailin kamu sepuasnya.”Alma duduk di ranjang, “Mas, soal Belle—"“Sayang...”“Kembaliin Belle sama kak Arden bukan karena

  • (BUKAN) Duda Biasa   189. Permintaan Maaf Arden

    Alma ditinggalkan berdua bersama Arden di taman rumah sakit. Audy dan suster Ruth beralasan pergi untuk menemani Adam junior. Padahal anak tampan itu sedang jadi rebutan antara mama dan ibu.“Cuacanya lagi bagus banget ya.” tutur Arden sebagai pembuka pembicaraan mereka.Alma mengangguk, “Iya, kak.”Arden melirik Alma, “Alma, saya minta maaf untuk semuanya.”Alma menoleh. Ia hanya mengangguk.“Seandainya dari awal saya gak pergi begitu Belle dilahirkan, semuanya gak akan terjadi seperti ini.”“Takdir. Semuanya harus terjadi gini, kak.”Arden tersenyum, “Saya janji akan membereskan semua masalah yang saya buat dalam rumah tangga kalian.”“Misalnya?”“Belle. Saya akan ambil Belle biar kalian fokus membesarkan anak kalian sendiri. Saya tahu Adam berencana untuk punya banyak anak.”Alma membuang nafas pelan.“Kenapa?”Alma tertawa kecil, “Aku rasa mas Adam gak berniat

  • (BUKAN) Duda Biasa   188. Sebab - Akibat

    Alma melendot manja di lengan kekar Adam yang sedang menggendong anak tunggal mereka, “Mas, aku kangen.”Adam tersenyum, “Ini kangen yang mana nih maksudnya?”Alma tertawa, “Aku emang lahiran caesar, tapi... kamu tetep jangan nakal.”“Aku pikir kamu mau nambah adeknya Adam junior cepet-cepet.”“Adam junior?”Adam mengangguk, “Anak ini ‘kan anak aku.”Alma duduk tegap dan menatap Adam serius, “Kamu... udah buka hasil DNA nya?”Adam menaruh Adam junior di box bayi. Ia mengubah posisi duduknya menatap Alma. Dengan lembut ia membelai lembut pipi istrinya. Ia juga sempat mengusap pelan ujung bibir Alma yang semalam berdarah.“Udah. Dan anak ini anak aku.”“Kamu... serius, mas?”Adam mengangguk.Alma menangis. Ia memeluk Adam sangat erat, “Aku tahu ini anak kamu.”“Terus kenapa kamu tetep kaget?”“Aku cuma.... takut selama ini denial kalo ini anak Mario.”Adam tertawa, “Kenapa kamu gak bilang udah lakuin tes DNA sebelum kita kontrol terakhir? Hm?”“Aku cuma takut sama hasilny

DMCA.com Protection Status