BAB 15 IBU'Kau harus menjadi kuat bukan cuma agar tidak mudah ditindas. Tapi, agar hatimu tidak mudah sakit hati, agar tidak mudah marah pada mereka yang tidak mengerti, dan agar tidak mudah bersedih untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.'Tidak tahu kenapa tiba-tiba Talisa bisa teringan perkataan mendiang ibunya cuma kerena melihat foto Calvin yang sedang mencium seorang wanita. Pernikahan mereka hanya sandiwara, Talisa hanya wanita yang dibayar. Seharusnya Talisa memang tidak perlu bersedih untuk sesuatu yang tidak perlu, karena dia tidak dibayar untuk memiliki rasa cemburu.Begitu Calvin kembali, Talisa sudah berpakaian rapi dan mengemasi barang-barangnya di dalam koper."Kau mau kemana?" Calvin heran melihat koper yang sudah siap di samping ranjang"Apa pekerjaanku sudah selesai?" Talisa berpaling dari tempatnya bercermin untuk menatap wajah Calvin yang masih kusut tapi tetap tampan. "Apa aku bisa pulang lebih dulu?""Kau tidak bisa pulang sendiri!""Aku bisa pulang dengan p
BAB 16 DENDAM DAN KEBENCIANSetelah menutup panggilan telepon, Calvin segera berjalan menghampiri Talisa yang masih terlibat obrolan dengan neneknya."Maaf jika aku lama." Calvin kembali ke tempat duduknya, kemudian meraih tangan Talisa yang berada di atas meja untuk dia genggam sambil menatap Nyonya Maria."Kami akan kembali menikah di depan semu keluarga besar!"Talisa terkejut dengan perkataan Calvin, tapi tidak berani bertanya."Mereka semua harus menghargai istriku!"Kalimat itu sekaligus Calvin gunakan sebagai sindiran untuk neneknya yang masih berani membahas Tamara."Lisa yang sekarang bersamaku!" Calvin terus menggenggam tangan Talisa untuk mempertegas. "Nenek tidak perlu repot menilai atau membandingkan Lisa dengan siapapun, karena apapun masa lalunya, sekarang dia telah menjadi milikku!" Calvin masih melanjutkan dengan tatapan tajam. "Lihat saja, siapa yang masih berani bicara!"Talisa terus membeku tidak berani bergerak, dia tidak menyangka Calvin akan bicara sekeras itu
BAB 17 MENYEBALKANSelama bibir Calvin masih menempel di bibirnya, Talisa sengaja mengerjabkan mata lebar-lebar. Talisa tidak mau memejamkan mata, karena dia tidak mau pingsan. Talisa harus tetap ingat baik-baik bila ciuman Calvin cuma sandiwara. Sandiwara yang telah membuat bibir Talisa basah dengan jejak lumatan. Tengkuk Talisa terus merinding, kakinya seperti mengambang ringan tidak menyentuh lantai. Calvin juga sedang menatap mata Talisa yang sangat berani. Umumnya wanita akan pilih memejamkan mata untuk menghadapi ciuman panjang, bukan malah menantang dengan mata terang benderang. Seolah ciuman Calvin memang tidak mempengaruhi Talisa sama sekali. Bagi laki-laki hal seperti itu menyebalkan.Setelah melihat Calvin mencium penggantinya, Daren bukan hanya langsung berhenti bertepuk tangan, dia juga langsung berpaling pergi meninggalkan pesta. Pemuda itu berjalan terburu-buru sambil menguraikan dasi di lehernya untuk mengurangi pengap menyebalkan.Sementara itu, di tengah pesta yang
BAB 18 TUJUAN CALVINCalvin mulai terlihat sinting jika sudah memaksakan kemauannya. Talisa tidak berani menolak karena dia akan tetap dipaksa dan sedang tidak bisa kabur. Calvin Alexander memiliki kekuasaan, dia juga telah menanam chips pelacak di tubuh Talisa.Siang itu juga Talisa dibawa pulang ke rumah Calvin yang berada di pinggiran kota. Rumah tersebut merupakan sebuah komplek bangunan mansion yang sangat luas. Ada beberapa bangunan utama ber fasad terpisah mengelilingi kolam renang raksasa dengan warna biru terang. "Berapa lama lagi kita harus tinggal di sini?"Sebenarnya Calvin tidak suka Talisa terlalu rewel untuk pulang."Sampai minggu depan!" Calvin tetap menjawab sebelum Talisa kembali membuat alasan tentang ibunya yang tidak terurus."Boleh aku pilih kamarku sendiri?"Talisa Pikir banyak kamar di rumah itu yang dapat dia pilih, dia tidak pernah berpikir Jika Calvin sudah berulang kali tersinggung karena pertanyaan macam itu. Sebagai laki-laki tentu Calvin merasa diremeh
BAB 19 GELAPTalisa sedang tertidur nyenyak di kamarnya yang bercahaya redup, tiba-tiba wajahnya mulai gelisah, terusik oleh rasa tidak nyaman. Perlahan kelopak matanya mulai terbuka lemah dalam ruangan yang masih setengah gelap. Talisa mulai sadar dengan rasa lembut yang menyapu-nyapu sisi betisnya. Awalnya terasa membuai sampai kemudian Talisa melihat siluet bahu pria dalam remang, sorot matanya seperti api biru pijar dalam gelap. Calvin sedang merangkak di atas tubuh Talisa sambil mengecupi sekujur betisnya. Sontak Talisa berteriak menjerit, meloncat terbangun dari posisi berbaring. "Mustahil!" Napas Talisa tersendat-sendat dengan dada berdebar. Kamarnya sunyi, tidak ada siapapun, dia hanya sendiri."Cuma mimpi!"Mimpi yang mengerikan, jantung Talisa tidak mau berhenti berdentam walaupun sudah dia dekap erat-erat sampai menggigil. Entah bagaimana Talisa bisa memimpikan Calvin yang berbuat seperti itu."Oh, Tuhan ...." Talisa membasuh dadanya berkali-kali agar mereda dari cemas.M
BAB 20 KACAUKetika Calvin menerjang masuk, kondisi kamar Talisa masih gelap, cuma ada pencahayaan remang dari lampu meja nakas. Talisa menjerit histeris di atas ranjang sambil menggelinjang, benar-benar seperti sedang ketakutan dengan mata masih terpejam rapat."Lisa! Bangun!"Teguran Calvin tidak dihiraukan."Bangun! Kau hanya bermimpi!"Calvin sampai harus mendekap tubuh Talisa agar tenang. Tapi Talisa tetap histeris, berteriak dan berontak sekuat tenaga. Calvin terpaksa menjerat lengan serta kaki Talisa agar tidak melukai dirinya sendiri."Tidak ...! Lepaskan aku ...!""Lisa ... tenang ....!"Posisi Calvin seperti sedang menerkam tubuh Talisa. Talisa yang mungkin sudah mulai sadar malah semakin ketakutan karena berpikir mimpinya benar-benar jadi nyata."Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Tisa menggeleng kuat sambil berusaha menendang."Lisa kau bermimpi!""Lepaskan aku!""Tidak akan kulepaskan jika kau tidak tenang?"Cengkeraman tangan Calvin mengeras kencang kemudian kepalanya dia gun
BAB 21 PERNIKAHAN"Malam ini pindah saja ke kamarku, pintunya tidak perlu dibenahi!"Ucapan Calvin benar-benar enteng dan semaunya sendiri."Aku tidak mau pindah ke kamarmu!""Kenapa kau suka merepotkan dirimu sendiri?""Aku tidak mau tidur denganmu!"Calvin semakin kesal dengan sifat Talisa yang suka ribut dan berbelit-belit."Oke, sebaiknya kita bicara yang masuk akal!" Talisa menatap Calvin. "Aku memang bekerja untukmu, tapi aku tidak sedang menjual tubuhku!"Mereka sudah sama-sama dewasa, Talisa paham jika laki-laki normal akan tetap membutuhkan wanita."Kau bisa membeli wanita manapun dengan uangmu jika menginginkan sex!"Tilisa tidak menyangka jika setelah itu Calvin malah langsung menyambar kasar lengannya utuk ditarik merapat."Kau akan menjadi istriku selama tiga tahun, mustahil jika kita tidak terlibat sentuhan fisik!" Calvin mendesiskan kalimat itu tepat di hadapan wajah Talisa. "Kecuali kau benar-benar jijik padaku!"Talisa baru ingin mendorong tapi Calvin sudah lebih dulu
BAB 22 PATNER KEJAHATANTalisa melihat sebuah mobil sport mewah berwarna kuning cemerlang berhenti di halaman. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan sangat modis keluar dari pintu di samping kemudi. Stelan blazer, tas sampai sepatunya juga berwarna kuning senada. Wanita yang sangat mencolok dengan berbagai aksesoris mahal. "Ingat jangan sampai ada yang curiga dengan pernikahan kita!" Calvin mengingatkan Talisa agar bersiap menghadapi adik perempuan dari ayahnya."Bagaimana aku harus memanggilnya?""Panggil saja Katrina, dia tidak suka silsilah yang membuatnya terlihat tua."Ketika kakak tertuanya meninggal, usia Katrina baru belasan tahu, dia yang termuda dari tiga bersaudara dan satu-satunya anak perempuan. Katrina menikah dengan pria dari Boston keturunan Asia, pernikahan mereka sudah berjalan dua puluh tahun tapi tidak memiliki anak. Sepertinya Katrina memang lebih suka hidup bebas tanpa terbebani anak-anak.Katrina langsung masuk dari pintu depan tanpa perlu permisi."Calvi