Share

02. Kesialan Aileen

    Seperti yang dikatakan oleh Devan sebelumnya bahwa ia akan berangkat sepagi mungkin, selain untuk menghindari kemacetan, perjalanan yang ditempuh untuk sampai pun membutuhkan waktu beberapa jam, sekarang ia sudah berada didalam mobil bersama Leon asistennya yang duduk dibalik kemudi, mobilnya melaju dengan kecepatan sedang yang diikuti oleh beberapa mobil para pengawalnya. Devan adalah tipe orang yang sangat disiplin waktu jika sudah menyangkut tentang pekerjaan, jadi siapa pun yang terlambat tidak akan pernah mendapat toleransi.

     Namun, berbeda dengan seorang gadis cantik yang masih tertidur pulas didalam kamar apartemennya, Aileen Nathania gadis ceria, cantik nan polos yang baru beberapa hari bekerja di sebuah restoran mewah, hari ini seharusnya ia datang lebih awal karena manajer restoran tempatnya bekerja sudah menyampaikan bahwa pemilik dari restoran tersebut akan datang, jadi diharapkan pada seluruh karyawan untuk tidak terlambat, sayangnya Aileen masih mengarungi mimpi indahnya, hingga suara teriakan dan ketukan pintu dari luar mengganggu tidur cantiknya.

Tok..tok..tok!!! "Aileeenn, banguuuun!" teriak seseorang berusaha membangunkan, tapi tak ada suara dari dalam. Lama menunggu membuatnya kesal sendiri pada temannya itu.

"Astaga! Aileeenn, dengar nggak sih? Mau berangkat kerja nggak?" teriaknya lagi dengan kesal.

    Merasa terganggu dan kasihan pada temannya yang sudah berteriak-teriak dari tadi membuatnya melangkah dengan berat hati, walau mata setengah terpejam ia mencoba membuka pintu.

"Ada apa sih, Dina? Dari tadi teriak mulu nggak sakit apa tuh tenggorokan," tanya Aileen pada Dina teman yang sudah membantunya mendapatkan pekerjaan.

"Pake nanya lagi, ada apa, nggak ingat pengumuman kemarin sebelum restoran tutup, haah?" ucap Dina yang berusaha menahan tangannya untuk tidak mengguncang tubuh mungil temannya yang masih tampak santai dengan gaun tidurnya.

    Mendengar kata pengumuman membuat Aileen menepuk jidatnya sekeras mungkin. "Astaga ...! Aku lupa, Din, ini sudah jam berapa!" serunya panik.

"Nah baru panik kan sekarang! Makanya kalau tidur jangan kebablasan, sekarang sudah setengah tujuh sementara kita semua diminta berkumpul tepat jam tujuh."

    Aileen seketika membulatkan matanya. "Mampusss, aku sudah terlambat," dengan langkah lebar ia menuju kamar mandi meninggalkan temannya yang menggeleng melihat kelakuan Aileen.

 "Leen, aku duluan yah, sorry hari ini kita nggak berangkat bareng, aku tunggu di restoran," teriaknya didepan pintu.

"Iyaaaa, duluan aja," sahut Aileen dari dalam kamar mandi.

    Setelah membersihkan diri Aileen segera keluar dari kamar mandi menuju lemari pakaian lalu mengambil kemeja putih dan rok span hitam selutut, karena memang sudah ketentuan dari pihak restoran, demi mempersingkat waktu setelah berpakaian Aileen melangkah menuju dapur dan mengambil dua lembar roti tawar dengan selai coklat favoritnya kemudian berjalan tergesa-gesa menuju lift.

"Ya ampun, aku pasti dapat ceramah setelah sampai disana gara-gara terlambat, kenapa aku sampai lupa sih, kalau hari ini hari yang sangat penting," gumamnya pada diri sendiri didalam lift.

    Setelah keluar dari apartemen dengan setengah berlari Aileen berada dipinggir jalan mencoba menghentikan taxi, menurutnya menggunakan taxi untuk hari ini tidak masalah yang penting ia cepat sampai daripada menggunakan Bus yang akan memakan waktu yang cukup lama.

**********

     Tiba di restoran Aileen melangkah masuk dengan perasaan was-was, Perlahan ia melangkahkan kakinya sambil mengedarkan pandangannya kesegala arah mencari sosok yang sangat ditakutinya.

 "Huuffft, akhirnya sampai juga, dan untung banget karena Pak Manajer nya sedang tidak ada, jadi aman," ucapnya sambil tersenyum sumringah, tapi tanpa ia ketahui orang yang dihindari nya ternyata sudah berdiri tepat dibelakangnya.

"Oooh, sudah aman yah, hmmm," seru seorang pria paruh baya dengan suara berat membuat Aileen menoleh dengan cepat ke arah sumber suara.

"Eh, Pak Alvin, hehehe! Maaf Pak saya terlambat," seru Aileen gugup melihat atasannya yang sedang memandang datar kearahnya.

"Bagus kalau kamu menyadari kesalahanmu, sebagai hukuman atas keterlambatanmu bersihkan semua meja, pastikan tidak ada debu yang menempel, setelah itu bersiap siaplah karena sebentar lagi Tuan Muda Devan akan segera tiba, dan pastikan kamu tidak membuat kesalahan, paham?"

"I-iya Pak, kalau begitu permisi saya akan mulai membersihkan," ucap Aileen yang hanya diangguki oleh atasannya.

*******

    Iringan mobil Devan memasuki area parkir restoran yang begitu luas, setelah memastikan mobil terparkir rapih, security bergegas membukakan pintu mobil milik Devan. Devan pun keluar dari mobil dan melangkah masuk dengan angkuhnya diikuti oleh Leon dan para pengawalnya yang disambut dengan penuh hormat oleh Alvin dan juga security serta para karyawan yang berlomba mendapatkan perhatian dari Devan dengan melemparkan senyum menggoda, mereka mengakui bahwa pesona yang dimiliki oleh Devan sungguh membuat siapa pun akan terbuai. Tapi, diantara para karyawan yang terang-terangan menggoda sang pemilik restoran tersebut ada seorang gadis yang tidak meliriknya sama sekali dan gadis itu adalah Aileen, baginya orang sombong tidak ada gunanya diperebutkan.

"Selamat datang Tuan Devan," sapa Alvin dengan penuh hormat yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Devan.

"Mari silahkan duduk Tuan, kami sudah menyiapkan hidangan yang spesial untuk anda," lanjutnya.

    Devan yang mendengarnya hanya memandang datar, Devan adalah tipe orang yang tidak suka basa basi apapun yang menyangkut tentang pekerjaan harus langsung ke intinya saja, Leon yang melihat ketidaknyamanan Devan segera mengambil alih pembicaraan.

"Terima kasih sebelumnya Pak Alvin, kami menghargai kerja keras anda dalam menyambut kedatangan kami, tapi saya harap anda tidak lupa tujuan kami kemari," ucap Leon memberi pengertian.

"Oh, tentu saja Tuan, saya tidak lupa, baiklah kita akan segera membahas tentang perkembangan restoran ini tapi sambil menikmati hidangan yang telah kami siapkan untuk anda semua Tuan."

"Baik, bawa makanan itu kemari," ucap Devan dingin.

    Aileen yang sedari tadi memperhatikan tingkah Devan membuatnya muak.

"Ciih, orang kaya ternyata begitu sombong yah, mentang-mentang dia punya segalanya seenaknya saja bertingkah," gerutunya tanpa henti hingga membuat temannya kesal.

"Ssssstt, berisik banget sih, kalau sampai Tuan Devan dengar gimana, mau jadi pengangguran kamu, haah! Lagi pula kenapa harus kamu komentarin kan suka-suka dia maunya ngapain. Kan dia bossnya, intinya orang kaya mah bebas," papar Dina panjang lebar.

"Iiissshh, iya deh iya maaf!" seru Aileen.

"Minta maaf kok sama aku, minta maafnya sama Tuan Devan sana kan dia yang kamu omelin barusan, awas jangan terlalu kentara kalau gak suka sama orang nanti jatuh cinta baru tau rasa loh!" goda Dina menaik turunkan alisnya. Aileen yang mendengarnya langsung menatap horor kearah temannya kemudian berlalu.

Tanpa mereka sadari Devan memperhatikan interaksi keduanya meskipun tidak mendengar percakapan mereka tapi Devan yakin bahwa yang jadi topik pembahasan mereka adalah dirinya.

"Kalau begitu tunggu sebentar Tuan, saya akan menyiapkannya untuk anda," ucap Alvin lalu beranjak dari duduknya menuju dapur.

    Setibanya didapur ia langsung meminta karyawannya untuk menyiapkan semuanya.

"Aileen, tolong siapkan menu spesial untuk Tuan Devan dan antar ke mejanya, ingat jangan sampai melakukan kesalahan," perintahnya membuat Aileen membelalakkan matanya.

"Kenapa harus saya, Pak, bukankah itu tugasnya Dina! Kan kemarin bapak sendiri yang bilang," protes Aileen.

"Apa kamu ingin membantah, bukankah itu tugasmu juga? Jika memang masih ingin bekerja di sini lakukan tugasmu sekarang," serunya sambil menatap tajam Aileen.

    Aileen mengalihkan tatapannya kearah Dina meminta persetujuannya agar tidak ada kesalahan fahaman, seolah mengerti arti tatapan temannya Dina akhirnya mengangguk mengiyakan, dengan berat hati Aileen pun mengangkat nampan yang berisi makanan dan minuman untuk Devan.

"Nah kalau jadi penurut kan bagus," seru Alvin kemudian berlalu diikuti oleh Aileen dari belakang.

*******

    Saat jarak meja Devan dengan Aileen tinggal selangkah, entah karena gugup atau memang kesialan nya hingga tanpa bisa dihindari ia tiba-tiba tersandung oleh kakinya sendiri dan tanpa aba-aba makanan juga minuman yang dibawanya tumpah tepat diwajah dan pakaian milik Devan.

"Tuan Devan ...!" seru semua orang yang terkejut. Sementara Aileen jadi pucat setelah melihat kilatan amarah dimata Devan dan juga tatapan tajam dari Alvin.

BRAAAAKKK...! Suara meja yang dipukul begitu keras membuat Aileen tersentak kaget. "Berani sekali kau mengotori wajah dan juga pakaianku, sialan!" bentak Devan penuh emosi.

"Ma-maafkan saya, Tu-tuan, saya ti-tidak sengaja," ucap Aileen gemetar ketakutan.

"Kau pikir dengan kata maaf bisa mengganti pakaianku yang sudah kau kotori, haah!! Jangankan mengumpulkan gajimu selama setahun bahkan jika kau menjual tubuhmu pun kau tidak akan pernah bisa menggantinya," hina Devan pada Aileen.

    Mendapat hinaan yang begitu menyakitkan dari mulut Devan serta manjadi sorotan semua pasang mata orang-orang yang berada di dalam restoran tersebut membuat Aileen tak mampu menahan laju air matanya yang semakin deras mengalir, jika saja ada pintu ajaib maka saat itu juga ia akan menghilang dari tempat itu.

"Maaf Tuan Devan yang terhormat, saya memang orang miskin tapi sesulit apapun kehidupan yang kulalui, tak pernah terlintas sedikitpun niat untuk menjual diri, apalagi hanya untuk mengganti pakaian Anda," seru Aileen dengan berani menantang putra sang penguasa tersebut.

     Devan yang melihat keberanian Aileen membuatnya semakin berang, selama ini tidak ada satupun orang yang berani menantangnya terang-terangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status