Share

00.04

•Bad Antagonist

-Bertemu Tokoh Utama-

26 Juli 2k21

"Melupakan itu mudah, yang susah itu melepaskan. Karena semua akan menjadi sia-sia saat kita merasa benar-benar kehilangan."

-o0o-

Mentari masih malu-malu menunjukan sinarnya. Membuat sang fajar masih enggan pergi dari cakrawala. Cahayanya begitu menggemaskan di mata seorang gadis yang sedang duduk di atas boncengan pemuda berjaket hitam. Ia memeluk erat perut sepupunya itu dengan mata yang terpejam seolah tengah menikmati udara pagi ini.

Suara motor keempat inti SEKTA membuat beberapa pengendara memilih menepikan motornya ketimbang memiliki urusan dengan geng yang terkenal bringas itu. Keempat motor itu berhenti tepat di depan gerbang SMANSA atau SMA SEMESTA. Bertepatan dengan kedatangan anggota BRAPTA lengkap dengan ketuanya.

"Kalau ada yang ganggu bilang gue," titahnya mengelus lembut kepala Kay dengan tatapan tajam yang siap menghunus berandal SMASTA.

"Iya," balasnya terkesan cuek.

Mendengar jawaban Kay yang terkesan cuek Reyvin--Ketua SEKTA--yang sejak tadi duduk di atas motor memilih untuk turun dan berjalan ke arah gadis itu.

"Jaga diri baik-baik, adik kecil," bisiknya menepuk pelan kepala Kay membuat gadis itu mencibir dalam hati.

Ia berdesis kesal dengan cepat menyingkirkan tangan Reyvin dari kepalanya. Pemuda itu terkekeh, netranya tak sengaja menatap inti BRAPTA yang menatap ke arah mereka. Tersenyum tipis pada sang kembaran--Reyvan--tentunya dibalas lambaian tangan juga senyum menyenangkan dari pria itu.

Menerima signal bahaya dengan baik. Kay segera mendorong tubuh Reyvan agar segera pergi dari sekolah.

"Udah sana, ih! Ngapain masih diem di sini? Pergi atau gue begal ban kalian!" ancamnya terkesan lucu bagian anggota SEKTA hingga dibalas kekehan dari mereka sebelum menjalankan motornya meninggalkan sekolah.

Hufft.

Kay bernapas lega saat Reyvin dan kawan-kawan pergi dari sekolahnya. Ia membalikan badan, bertatapan dengan kelima inti BRAPTA beserta sang kapten. Menghiraukan tatapan itu dengan langkah pasti dan cukup percaya diriku berjalan masuk ke dalam sekolah.

Oke, hari ini lo harus pergi menjauh dari tokoh utama dan tokoh pendukungnya, kalau perlu gak usah nunjukin muka di depan mereka. Anggap aja mereka malaikat kematian lo, batin Kay menyemangati dirinya sendiri.

Semesta kali ini enggan menuruti kemauan sang antagonis hingga langkah yang awalnya mengarah ke koridor sekolah berbelok sendiri ke arah parkiran. Seperti sebuah daya magic yang mampu menggerakkan tubuhnya sendiri. Ia bahkan tak dapat mencegah itu.

Dio--sang pemeran utama--menatap sinis dengan senyum remeh ke arah Kay. Ia sudah tahu apa yang akan gadis itu lakukan. Menempel seperti perangko adalah opsi pertama dalam benaknya, lalu opsi kedua mencari perhatian dengan keributan. Sungguh hal yang jelas-jelas terlihat murahan di matanya.

"Ngapain neng geulis, ke sini?" tanya Faros mendekati Kay yang berdiri beberapa langkah duduk depannya.

Gue bahkan gak tahu kenapa bisa di sini, batinnya membalas ucapan Faros. Ia sendiri bahkan bingung mengapa bisa seperti ini.

Oh, astaga! Apakah mungkin sang penulis tahu bila Kay akan mengubah alur ceritanya? Jangan sampai, pikirnya menggelengkan kepala membuat anggota inti BRAPTA menatap bingung ke arahnya.

Dio menatap sinis ke arahnya. Dengan langkah pasti dengan aura dingin yang mencengkam pemuda itu membawa tungkainya mendekat ke arahnya. Tatapan mata tajamnya tak pernah lepas dari segala tingkah laku Kay.

"Kalau lo ke sini cuman mau cari perhatian. Mending pergi sebelum gue hempas dengan tindakan yang gak pernah lo duga," bisiknya berhasil membuat Kay meremang.

Gue juga ogah cari perhatian apalagi deketin malaikat maut gue, batinnya membalas menatap Dio jengah.

"Kayaknya, gue salah ambil langkah, deh," gumamnya membuat Dio menaikan satu alisnya dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana abu-abu miliknya.

"Kenapa, hm?"

Bukan lebay tapi sungguh, kenapa kata 'hm' dari pemuda tampan begitu ber-damage. Anjir! Kenapa gue jadi selebay ini? batinnya bertanya.

"Kenapa bengong?" tangannya terangkan menyelipkan rambut di balik telinga Kay. Membuat gadis itu membeku ditempat.

Sial!

Dio yang melihat wajah gugup gadis itu tersenyum kemenangan. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Kay. Membuatnya tak bisa berkutik sekian menatap tepat mata Dio.

Huftt! Oke, kita mulai peperangan saat ini juga, batinnya menginjak keras sepatu Dio membuat pemuda itu mengeram kesakitan.

"Sial!" umpatnya dibalas tatapan remeh oleh Kay.

"Lo bisa menang hari ini, tapi besok?" gumamnya merasa malu atas perbuatan Kay padanya terlebih di depan para sahabatnya.

Kay melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapan menantang ia layangkan pada Dio membuat para sahabat juga anggota inti BRAPTA bersiul menggoda keberanian Kay pada sang kapten.

"Jangan terlalu percaya diri jatuhnya nanti malu-maluin diri sendiri," bisiknya sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan parkiran.

"Wohhooo! Gila si ratu antagonis kita berubah drastis," decakan kagum terdengar dari bibir Reyvan.

"Gila! Doi lo udah berubah haluan nih, Bro!" ujar Faros menepuk pelan buat Dio yang menatap kepergian Kay penuh dendam.

"Positif thinking aja, mungkin dia lelah," saran Wardhana ikut prihatin menatap kepergian Kay.

"Yah, mungkin seperti itu," imbuh Marcus gugup.

Anjas hanya menggeleng prihatin menatap para sahabatnya yang kelewat bego.

-o0o-

Kay menghela napas lega setelah berhasil melarikan diri dari malaikat pencabut nyawa yang siapnya tampan. Belum lagi mengapa tubuhnya bereaksi seperti itu. Mengapa ia tak bisa mengendalikan tubuhnya sesuka hati seperti kemarin. Apa mungkin ini ulah si penulis. Jika benar lihat saja, apa yang akan ia lakukan nanti.

"Oke, tenang Alif, lo harus bisa berperan sebagai Kay. Anggap saja kita sedang latihan drama," gumamnya menenangkan diri sendiri.

Berulang kali menarik napas kemudian menghembuskannya, setelah cukup tenang ia berjalan santai menuju kelasnya. Menghiraukan tatapan sinis juga bisikan yang terus saja membuat telinganya gatal.

"Gue denger dia cari masalah sama Dio."

"Bukannya itu salah satu drama dia seperti sebelum-sebelumnya?"

"Maybe. Dia, kan, terkenal dengan nama ratu drama!"

"Cih! Memuakan."

Sabar, sabar, sabar.

Kata itulah yang saat ini ia gumamkan pada dirinya sendiri. Jangan sampai ia menjungkirbalikkan sekolah ini hanya karena emosi mendengar bisikan setan yang berada di sekelilingnya. Oke, ia tak kana se-lebay itu juga.

Mari kita lihat apa yang akan terjadi setelah ini saat tau jika Kay yang dulunya terkenal dengan julukan ratu drama akan beralih haluan menjadi ratu bully. Mari kita lihat siapa yang akan ia bully hari ini.

Mengerikan jari di dagu dengan tatapan menjelajah mencari mangsa dan...

Gotcha!

Ia mendapatkannya. Gadis cantik yang ia yakini bernama Sheila sang pemeran utama dalam cerita ini.

Brukk!

-o0o-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status