Share

Bab 3

Bug Bug Bug

"Berani kalian mau melecehkan perempuan yang saya cintai.. rasakan ini Bajingan."

Bug Bug Bug..

Liam terus menghujani dua pria yang salah satunya sedang berada di atas Laura dan berniat melakukan penetrasi kepada gadis yang terus meronta itu.

"Awww ampun ampun tuan." ucap dua lelaki yang berhasil di lumpuhkan oleh Liam tersebut.

"Pergi kalian dari sini, pergi sebelum saya panggil polisi dan membuat kalian membusuk di penjara." gertak Liam pada dua pria brengsek tersebut.

"Baik baik tuan maafkan kami tuan."

Liam menoleh kepada Laura yang sedang menangis sesenggukan dan mencoba menutupi tubuhnya dengan bajunya yang sebagian besar sudah terkoyak dan memperlihatkan sebagian besar tubuhnya.

"Sialan, tubuhnya sangat menggairahkan." Liam menelan ludah nya karena hampir saja tergoda dengan bentuk tubuh Laura yang mungil namun menunjukkan tonjolan di bagian-bagian erotis nya.

"Laura kamu tidak apa-apa?" Liam membuka jas nya lalu menutup tubuh Laura dengan jas tersebut.

"Liam.. siapa mereka." Laura menangis terisak di pelukan Liam.

"Entahlah aku juga tidak tahu." ucap Liam sambil merengkuh tubuh Laura ke dalam pelukannya.

"Aku takut Liam, aku takut." tubuh Laura basah karena keringat.

Liam mencium menghirup dalam-dalam aroma tubuh dan keringat Laura yang sebenarnya sudah membangkitkan gairah nya.

"Brengsek pikiran apa ini, mana mungkin aku tergoda dengan anggota keluarga Sanders " Liam mencoba membuang pikiran mesum nya.

"Sudah sudah Laura jangan takut, ada saya di sini." Liam makin menenggelamkan kepala Laura ke dada bidang nya.

"Ayo kita pergi dari sini." Liam mengangkat tubuh Laura dengan bridal style menuju ke dalam mobilnya.

"Sudah tenanglah Laura, kamu sudah aman bersamaku."

"Terima kasih Liam."

"Sudah jangan pikirkan apapun, nanti staff ku akan mengurus matic mu."

"Sekali lagi terima kasih Liam, Tapi bagaimana ceritanya sampai kamu tahu tentang keberadaanku di dalam rumah itu."

"Mmm... bukannya tadi pagi aku sudah mengatakan kepadamu sampai nanti sore, itu artinya kita akan bertemu sore ini, namun saat aku sampai sekolahmu aku tidak melihat dirimu, lalu aku bermaksud menyusulmu ke rumah , namun justru aku melihat matic mu terparkir di depan rumah itu, saya merasa sedang terjadi sesuatu yang tidak baik kepadamu, dan ternyata benar dugaanku bahwa kamu sedang dalam bahaya."

"Ohh begitu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku kalau kamu tidak datang membantuku tepat waktu, pasti mereka sudah berhasil merenggut mahkotaku." Ucap Laura lirih.

"Hah ? mahkota ? sorry .. artinya kamu masih perawan ?" tanya Liam kaget dan menoleh ke arah Laura.

"Memangnya ada yang aneh kalau perempuan seusiaku masih perawan ?" Laura membalas tatapan Liam.

"Ehhh yaa sedikit aneh sih hahahaha, tapi tunggu dulu , saya tidak akan menyebut dirimu aneh , tapi langkah."

"ihhh sama saja." Laura memukul pelan lengan Liam.

"hahahaha.. maaf maaf." Balas Liam terkekeh.

"tidak apa-apa jika orang lain menyebutku perempuan aneh, tapi aku hanya ingin menjadi perempuan yang memberikan hal yang pertama kepada suamiku kelak."

Liam terperanjat mendengar apa yang di katakan oleh Laura barusan, bagaimana mungkin di jaman seperti ini masih ada perempuan yang memiliki prinsip demikian.

"laura.. " Panggi Liam.

"Iya ?"

"Aku merasa tidak tenang jika harus membiarkan dirimu sendiri seperti ini

"Sudah bertahun-tahun aku seperti ini Liam, namun entah mungkin hari ini sedang sial saja harus mengalami hal seperti tadi."

"Laura, kumohon ijinkan saya menjadi penjaga mu."

"Maksudnya? kamu mau jadi bodyguard ku ?" tanya laura.

"Menikahlah denganku Laura, aku ingin selalu menjagamu seumur hidup."

Laura menoleh kepada Liam yang sedang menatapnya tajam, Laura sedang mencari kesungguhan dari manik hijau mata Liam.

"Saya sungguh-sunguh mencintaimu Laura, saya mohon menikahlah denganku."

"Ehhmm.. Liam, aku sudah sampai rumahku, lebih baik sekarang kamu pulang dan istirahat begitu juga diriku." Laura berusaha mengalihkan topik.

Memang baru saja Liam sudah menolong dirinya,namun itu tidak serta Merta membuat Laura bersedia menerima pinangan Laura, sejujurnya Laura merasa merasa aneh menerima lamaran dari seseorang yang baru di kenalnya beberapa hari.

"Ohh iya." Liam keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Laura.

"Terima kasih Liam."

"Laura , aku ingin bertemu dengan keluargamu Laura ?"

"Sekarang ? "

"Iya sekarang."

"kenapa tidak besok saja, ini sudah malam Liam, ayah dan ibuku mungkin saja sudah tidur." Ucap Laura.

"Emmm sepertinya belum terlalu malam, cobalah lihat dulu barangkali kedua orang tuamu masih terjaga, aku hanya ingin mengatakan sesuatu." ucap Liam sambil melihat jam di tangannya.

"Sebegitu pentingnya kah sampai harus malam ini juga ?"

"Iya sangat penting, saya mohon."

"Mmm baiklah, masuklah." Ajak Laura sedikit ragu.

Laura berjalan menuju ke dalam rumahnya dalam diam, berbagai pertanyaan singgah di benaknya, apa mungkin ini berkaitan dengan hal yang di katakannya di mobil tadi , apakah benar Liam benar-benar ingin menemui ayah dan ibunya untuk membicarakan tentang pernikahan.

"Duduklah, aku akan memanggil ayah dan ibuku." Ucap Laura.

"Baiklah, aku akan menunggu di sini." jawab Liam sambil duduk di sofa yang berada di ruang tamu rumah keluarga Sanders.

"Liam ini ayah dan ibu ku "

Jantung Liam berdetak sangat kencang, melihat sosok lelaki yang datang bersama dua orang perempuan di samping nya.

Hampir saja Emosi Liam meledak melihat Nicholas Sanders, ayah Laura.

"Liam.. Hei Liam .. " Laura menjentikkan jari nya tepat di hadapan wajah Liam yang terlihat sedang melamun.

"Oh iya Laura, ada apa?" Tanya Liam yang baru sadar dari lamunannya.

"Kamu bilang ingin bertemu dengan kedua orang tuaku."

"Ohh maaf maaf, selamat malam tuan.." Liam berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada manusia yang paling di bencinya di dunia ini.

"Halo.. saya Nicholas Sander ayahnya Laura, siapa namamu anak muda?" tanya Nicholas.

"Ehh saya Liam tuan.. Liam Arnold." Balas Liam.

"Ohh ini Lucy Sanders istriku tercinta, ibunya Laura." Ucap Nicholas lalu memeluk pundak istrinya.

"Halo nyonya."

"Halo Liam, tanganmu dingin sekali." ucap Lucy.

"Bagaimana tidak dingin kalau aku sedang berhadapan dengan manusia bintang seperti suamimu." Batin Liam..

"Ehh iya nyonya mungkin hanya grogi karena bertemu dengan orang tua Laura."

"Hahahaha.. kamu bisa saja." tawa Nicholas.

"Ayo ayo duduklah Liam." lanjut Nicholas.

"Sweetie kamu tidak menawarkan minum untuk teman mu ini?" tanya Lucy kepada anak gadisnya.

"Tidak perlu nyonya , sebenarnya aku tidak akan lama di sini, karena tujuan ku sebenarnya adalah aku hanya ingin menyampaikan beberapa hal saja kepada kalian berdua."

"Ohh ya? apa itu, sepertinya penting sekali." Balas Lucy.

"Laura kumohon duduklah di sini, apa yang saya sampaikan ini berhubungan dengan mu tentu nya." Ucap Liam sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya saat melihat Laura masih berdiri di pinggir ruang tamu.

Sebenarnya Laura sedikit gugup dengan apa yang akan di katakan oleh Liam.

"Baiklah." Laura berjalan kemudian duduk di samping Liam.

"Jadi ada apa ini?" Nicholas penasaran dengan apa yang sebenarnya ingin di sampaikan oleh Liam.

"Tuan dan Nyonya Sanders, kedatangan saya ke sini adalah ingin meminta restu kalian berdua untuk menikahi Laura." Liam menyentuh tangan Laura yang duduk di sampingnya.

Deg

Jantung Laura berdegup kencang mendengar apa yang di sampaikan oleh Liam, ternya benar dugaannya, Liam benar-benar ingin meminta restu kedua orang tuanya untuk menikahi dirinya.

"Apa menikahi anak kami ? jadi selama ini kalian berpacaran di belakang kami? mengapa kamu tidak mengatakan pada mama dan papa kalau kamu sudah mempunyai kekasih sayang ?" sahut Lucy.

"Ehhh tidak tidak ma, kami tidak berpacaran." Laura mengelak pernyataan ibunya.

"Benar nyonya kami memang tidak berpacaran, bahkan kami baru saling mengenal beberapa hari, tapi saya sudah jatuh cinta kepada anak gadis tuan dan nyonya."

"Kamu serius baru mengenal anak kami dan langsung ingin menikahinya."

"Iya tuan, saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikahi perempuan seperti Laura dan saya ingin menjadi pelindung bagi Laura, baru saja Laura mengalami hal yang tidak menyenangkan jadi saya tidak ingin hal itu terjadi lagi pada Laura." ucap Liam mencoba meyakinkan kedua orang tua Laura.

"benarkah ? memangnya apa yang sudah terjadi kepadamu Sweetie?" Lucy begitu panik mendengar telah terjadi sesuatu pada anak gadisnya.

"Laura hampir di lecehkan oleh dua orang berandalan tuan, dan untung saja saya datang tepat waktu sehingga hal itu tidak sampai terjadi, maka dari itu saya sangat khawatir sesuaru yang buruk terjadi lagi pada Laura, saya ingin melindungi Laura sepanjang hidup saya."

"Apakah itu benar sayang ? berandal siapa yang berani melakukannya kepada putri kesayanganku." Wajah Nicholas geram.

"Hmmm baru saja mendengar seperti itu kamu sudah panik Nicholas sialan, lalu bagaimana dengan perasaan kedua orang tuaku andai mereka masih hidup dan melihat kondisi putri kesayangannya yang sudah kamu hamili dan kau cabut nyawanya tanpa pri kemanusiaan." Batin Liam geram.

"Iya papa, dan Liam sudah menyelamatkan aku , jika tidak mungkin aku sudah kehilangan semuanya." Cerita Laura sambil menunduk.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status