Share

Bukan Cinta

Ecco berusaha menyelidiki kejadian di kota sebelah yang bwrnama kota Enic, selama seharian ini berita yang memenuhi media massa adalah tentang kecelaka'an beruntun di kota sebelah, membuat Ecco cemas. Semua alat penunjuk waktu berhenti, mesin-mesin dan AI di kota tersebut mati. Kota Enic adalah salah satu kota paling canggih di negara ini, dengan sistem operasional dan keamanan tingkat tinggi namun tidak mengesampingkan nilai estetika. Mikel pasti marah sekali jika tidak bisa memecahkan masalah di Enic. Terdapat bangunan cantik dan megah yang memanjakan mata, tidak membutuhkan banyak waktu untuk pergi ke sana. Kebanyakan orang-orang pergi ke Enic untuk berkencan dan bernostalgia, terdapat museum barang-barang antik berbagai abad dan artefak dari seluruh peradaban.

Ecco sembari mengawasi Lennon di ruang belajar, sejak Lennon bangun ia sudah melakukan banyak hal dengannya. Melakukan perkenalan semua sudut dan kamar di rumah ini, Ecco bersyukur tidak terlalu banyak perubahan di waktu Lennon hidup dan waktu sekarang, sehingga Lennon mudah dibohongi. Lennon tidak sekalipun menanyakan Mamanya ada dimana, tetapi Lennon terus bertanya kapan Papanya akan pulang. 

Ecco memberikan Lennon mainan monopoli, dadunya akan terlontar otomatis kembali ke Lennon saat gilirannya melempar, Lennon duduk di dalam mobil kecil dan tiap langkahnya sesuai dadu, maka mobil tersebut akan berjalan sesuai jumlahnya. Lennon tertawa keras sekali tiap dia memasuki negara lain dan harus berhenti sejenak di keimigrasian. Akan muncul petugas kecil-kecil setinggi lututnya yang mungil. 

Ecco duduk di lantai menyemangati atau sesekali tersenyum dan tertawa pada Lennon.

"Kalau lapar bilang yah?!" 

"Ha ha ha ha...!" Lennon sibuk tertawa. 

Sementara keadaan rumah baik-baik saja, Ecco cukup khawatir karena Mikel tidak menghubunginya lagi dan tidak bisa dihubungi lagi.

"Ecco! Papa kapan pulang?"

Nampaknya Lennon sudah cukup bosan, ia mulai bertanya keberadaan Mikel lagi. 

Suara gemuruh petir memekik telinga, Lennon menjerit "Huwaaaaaaa...!!"

Lennon menutupi kedua telinganya dan berlari menuju Ecco. Ecco segera memeluk bocah manis itu dengan hangat.

"Sudah.., tidak apa-apa. Hanya pertanda hujan."

"Papa kapan pulang?" Lennon sesenggukan menangis, Ecco mengerti pasti Lennon sangat merindukan Mikel. Dalam ingatannya pasti Mikel adalah sosok ayah yang hebat.

"Papa sedang ada urusan, Lennon mau pudding coklat susu? Ayo makan.."

Ecco mengajaknya keluar dari ruangan Mikel, menuju dapur.

***

Kereta masih gelap gulita, Mikel membiarkan Xia mendekapnya erat sekali lagi, tangan Mikel tidak membalas pelukannya. Sejujurnya Mikel merasa aneh dengan tingkah Xia yang begitu rapuh dan manja, serta kekanakan. Jauh berbeda sekali saat tadi pagi ia sekilas melihat Xia berpidato dalam tayangan seminar yang diperlihatkan Ecco, nampak anggun dan berwibawa. 

Penglihatan Mikel tidak terlalu bagus untuk sekarang, kereta berhenti tepat di dalam terowongan. 

"Kau ini penakut ternyata ya?"

Mikel berusaha mengejek Xia, namun gadis ini tidak menjawabnya. 

"Haruskah aku menepuk-nepuk kepala dan pundak mu seperti menidurkan bayi?" Mikel terkekeh sendiri mengatakan hal konyol dalam benaknya. Ia juga merasakan tubuh Xia menjadi kaku sesaat.

"Tidak usah! Seperti ini saja.."

Dalam kegelapan ini Xia tidak bisa tenang sepenuhnya, sekalipun sudah mendekap Mikel cukup lama. Ia teringat kenangan masa kecilnya dulu, membuat tubuhnya bergetar ketakutan, saat berusia 12 tahun ia pergi ke salah satu gedung milik keluarganya. Xia ditelepon ayahnya untuk mengantarkan dompet dan ponsel yang tertinggal di rumah. Xia ceroboh tidak membaca tanda peringatan lift rusak di depan lobi. Ia menekan tombol naik ke lantai 100, Xia sudah curiga sesaat di dalam karena kecepatan lift yang tidak wajar. Dalam hitungan detik pula lift turun dan terjatuh sampai ke lantai 5, lalu jatuh sampai ke lantai dasar. Membuat Xia menangis ketakutan syok, tangannya lecet berpegangan pada pinggiran lift, lampu di dalam lift mati. Meski ia tidak mengalami patah tulang atau cedera parah, setidaknya pengalaman tersebut menorehkan trauma besar pada kegelapan. Sudah bertahun-tahun ia berusaha mengenyahkan traumanya, anehnya hari ini terlalu banyak hal yang membuatnya melemah. Tanpa ia sadari sejak tadi sudah terisak menangis dan membasahi kemeja Mikel, tiba-tiba juga ia merasakan bibirnya sudah digigiti gemas dan dihisap pelan dengan ritme tertentu atas bawah oleh Mikel serta dipaksa terbuka oleh lidah pria yang baru dia temui hari ini, memaksa untuk menyicip dalamnya, jantungnya terasa sudah keluar dari tempatnya, bertalu dengan kencang. Xia merasa bingung bercampur senang, pikirannya menjadi kosong. Tapi air matanya masih mengalir deras dan membuatnya semakin sulit bernapas. Xia juga tidak peduli pengait bra miliknya terlepas lagi karena Mikel sepertinya memang sengaja melepasnya, terlebih tangan Mikel meraba dan memijat dimana saja di seluruh tubuhnya. Xia merasa kecewa ketika Mikel berhenti menciumnya, Xia terengah-engah dan kesal, Mikel berbisik sesuatu yang hanya bisa Xia seorang dengar.

"Aku ingin melanjutkan tapi di sini terlalu ramai.."

Xia segera melingkarkan kedua tangannya ke leher Mikel. Balas berbisik tak kalah pelannya.

"Jadi.. kau ingin menikah denganku? Kau jatuh cinta padaku?" Mikel mendengus tertawa kecil mendengarnya.

"Tidak, kau harum, seksicantik., lain kali jangan menangis lagi. Seharusnya kau manis, sayangnya terasa asin.."

Lampu kereta hidup kembali, Mikel menjauhkan wajahnya dari Xia. Mereka bertatapan intens, terlihat Xia menatapnya nanar kesal, karena keinginannya tidak terpenuhi. Mikel menyeka air mata Xia di pipi kanan dan kirinya sembari tersenyum. Entah kenapa semakin terlihat seperti anak kecil. Marah kenapa? Karena seharusnya dia tidak berhenti menciuminya?.

Tadi Mikel merasakan kemejanya basah, dia mendengarkan dengan saksama ternyata Xia menangis, ia hendak berbisik di telinga gadis rambut krem ini untuk menghentikan tangisnya. Sejak pertama hidungnya terlalu sensitif dengan aroma sampo Xia, semakin sedikit sekat diantara mereka membuatnya semakin bisa menghirup aroma wangi tubuh Xia, wangi harum seperti bunga mawar, lembut tidak menyengat tapi bukan karena parfum, mungkin aroma alami tubuh Xia. Ia hanya hendak mengecek Xia namun berakhir menjadi ingin menciumnya karena ia tergoda, lagipula gadis ini tidak protes tetapi malah menginginkan lebih. Xia berdiri membelakanginya lagi seperti awal perjalanan.

Masinis mengumumkan sesuatu yang tidak begitu Mikel gubris, ia hanya ingin segera pulang ke rumah dan berdiskusi dengan Ecco. 

Terbersit ingin menggoda Xia yang nampak marah, Mikel menggenggam tangan kiri Xia dan menautkan jari jemari mereka. Mikel tidak tau jelas bagaimana reaksi wajah Xia, kaca jendela terlihat samar, entah terkejut atau semakin marah. Berbisik di belakang telinga Xia untuk menggodanya.

"Sepertinya kau butuh pakaian dalam baru, yang ini mudah sekali terlepas.."

Xia menggigit pipi bagian dalamnya karena merasa malu, ia ingin berteriak pada Mikel tapi tidak bisa.

"Lepaskan tanganku!" gigi-giginya bergemerutuk karena kesal. Mikel menurunkan tangan Xia dari pegangan kereta dan memintanya berbalik badan, menyuruhnya berpegangan padanya saja. Mikel juga tidak segan-segan mengecup bibir Xia sekilas, sontak membuat pipi Xia kemerahan. "Jangan marah lagi, lain kali kau akan mendapatkan yang kau mau.., aku bersumpah kau sangat cantik, sayangnya aku tidak jatuh cinta padamu.."

Xia masih marah, menatapnya sinis meski sudah memeluk Mikel. Mikel menyurai anak rambut dari dahi Xia dengan lembut.

"Mungkin belum, berusahalah lagi Nona.."

Mikel tersenyum sangat manis, kedua lesung pipinya nampak semakin dalam. Xia merona melihatnya, Mikel sangat tampan, siapa sangka pria tinggi ini adalah pengembang AI dan ilmuan, dari yang Xia dengar setidaknya Mikel memang tidak suka menjabat posisi pimpinan di perusahaan dan memilih menyerahkan posisi CEO pada kakak Iparnya kelak jika Presdir Chun pensiun, Mikel ingin fokus menciptakan dan meneliti ketimbang mengikuti rapat-rapat dan pertemuan. Xia ingin membalas Mikel namun sudah kehabisan tenaga untuk berdebat, ia mengantuk. Memilih menyandarkan kepalanya pada dada Mikel dan memeluknya lagi, mungkin ia sebelumnya saat mempelajari Mikel hanya kagum padanya. Lambat laun ia jatuh cinta, secepat inikah? Xia marah sekali saat Mikel menyulut api namun tidak bertanggungjawab sepenuhnya.

Sembari berpikir bagaimana memikat pria yang harus dia nikahi ini?.

"Besok aku ingin menemui Ted, kau bisa atur?"

"Ku pikirkan nanti, aku lelah.."

"Kalau aku mencumbu mu apakah kau tidak lelah?" Goda Mikel, Xia tertawa renyah, tersipu.

"Entahlah.."

Masinis mengumumkan kereta akan dihidupkan mode gravitasi buatan untuk membuat para penumpang tidak perlu berpegangan pada pada pegangan kereta.

Mikel melepaskan jaket luaran kemejanya, kemudian memakaikannya ke bahu Xia untuk menutupinya dan apa yang ia lakukan setelahnya, Mikel menarik turun resleting gaun di punggung Xia. Tersenyum sendiri berusaha mengaitkan tali bra Xia namun sulit. Xia terkesiap beberapa kali ketika tangan Mikel menyentuh kulit punggungnya, dingin tetapi membuatnya kepanasan.

"Mike.., k-kau tau kau tidak harus melakukan ini bukan?"

"Hmm? Sedikit lagi.."

Xia berusaha untuk tidak bersuara. Mikel setelah beberapa saat berhasil mengaitkannya. Lalu menutup resletingnya kembali. Kali ini balas memeluk Xia, merapatkan tubuh Xia semakin dekat dengan tubuhnya sendiri. 

"Mike.. kau membuatku frustasi.." Mikel tertawa,

"Kau kehilangan kaktus dariku?"

"Apa?" Xia sejenak berpikir, pasti maksudnya terarium hadiah darinya tadi. Xia benar-benar lupa dan meninggalkannya dimana, karena restoran rusak parah.

"Ah.. aku lupa.."

"Aku belikan lagi kapan-kapan.."

"Kaktus?"

"Bunga mawar?"

"Yang penting jangan kaktus, hahaha.."

Kereta sebentar lagi akan sampai ke tujuan, stasiun kota terdekat dari kota Enic. Mikel memandu Xia saat mereka turun, ia juga memesankan taksi hibrida tanpa sopir untuk mengantarkan Xia pulang. Mereka baru bertemu sekali tapi terasa sudah lama seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun. Mikel dan Xia menunggu taksi di luar stasiun. Jalanan menjadi ramai dan padat kendara'an lebih dari biasanya.

Xia nampak enggan berpisah dengan Mikel.

"Besok setelah bertemu Ted, maukah kau.." Xia ragu-ragu mengatakannya, Mikel adalah orang yang sibuk. Siapa tau kedekatan mereka hari ini bukan merupakan hal istimewa baginya di hari esok. Mikel menatap mata bermanik-manik tajam berpadu lembut milik Xia. Mencium sudut bibir Xia dan membuat Xia terkesiap.

"Menghabiskan waktu denganmu? Tentu saja.."

Tapi Xia masih tampak resah, terlebih taksinya sudah datang. Ia benar-benar tidak ingin berpisah dengan Mikel. Kalau tidak mengatakannya sekarang, ia khawatir akan menyesal nanti.

"Mike.. bisakah kau mengantarkan aku sampai rumah? Taksi yang kau pesan tanpa sopir, kita punya banyak waktu.., maukah kau?"

Segera memalingkan muka setelah mengatakannya, Mikel tidak protes bagaimana dia sudah mendapatkan panggilan kesayangan dari Xia dan diluar duga'an ia adalah perempuan yang sangat berterus terang serta tidak sabaran. 

Mikel membisikkan sesuatu yang hanya bisa Xia dengar, lalu mengangkat sebelah alisnya menggoda, Xia mengangguk memahaminya dan tersenyum setuju.

Keduanya bergegas menaiki taksi di bangku belakang, taksi tanpa awak memiliki keamanan yang sangat tinggi dan menjaga penuh privasi penumpangnya. Adalah AI yang khusus menerima pesanan perjalanan dan menyesuaikan kecepatan serta keamanan berkendara.

Setelah taksi melaju, Xia langsung duduk di atas pengakuan Mikel, saling berhadapan. Mereka berciuman dan saling mengagumi bentuk tubuh melepaskan helai demi helai baju masing-masing. Mikel tidak tau ternyata hari seperti ini akan datang, dia tidak pernah mau berurusan dengan wanita manapun, Xia terus meyakinkannya untuk menikah saat mencumbunya, ia berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan Mikel. 

Dengan desahan halus terus merayunya "Mike, ayo kita menikah.. Mike, ehm.."

"Ssstt.. aku akan menghukum mu jika terus merengek begini.."

Mikel sejauh ini hanya terpikat pada tubuh Xia, ia belum benar-benar mengenalnya. Mikel hanya akan memikirkannya nanti, ia harus pulang mengecek Lennon dan berdiskusi dengan Ecco. 

***

Lennon mulai bosan, dia meminta Ecco menceritakan bagaimana ayahnya ketika masih muda. Ia masih belum menanyakan dimana Mamanya. Setelah menangis, Lennon tertidur. Menjelang petang hujan masih belum berhenti, ia mengkhawatirkan Mikel yang belum pulang. Jadwal hari ini tidak begitu padat, di berita mengatakan penduduk Enic sudah sepenuhnya pindah ke kota terdekat. Tinggal para petugas dan pejabat Enic. 

Selama Lennon tidur, Ecco memproses berbagai temuan data dari seluruh penjuru negeri. Ia menemukan bahwa penyebab bencana di Kota Enic bukan hanya karena kegagalan sistem, atau hanya hacker. Ecco bisa melihat ada sosok dibalik kekacauan ini, ia harus berdiskusi dengan Mikel segera. 

"Wormi?" Ecco bergumam.

Lennon mendengarnya, langsung menimpali santai.

"Ecco juga kenal Mr Wormi? Mr Wormi adalah musuhnya Papa"

"Apa kau bilang? Musuh Papa?"

"Mr Wormi ingin mengambil alih seluruh negeri dan dunia, ia ingin uang dan semua perusaha'an hancur. Seluruh bumi tunduk padanya.. aduh!" Lennon memegangi kepalanya karena kesakitan, Ecco berpikir apa mungkin karena Lennon sudah membocorkan masa depan? Sehingga membuat kepalanya sakit?

"Sakit? Lennon, sudah.. jangan dipikirkan lagi kalau kepala mu sakit. Papa kan hebat! Pasti bisa menang.."

"Mr Wormi juga hebat.."

Mikel datang membuka pintu kamar Lennon, ia terkejut mendengar percakapan Lennon dan Ecco dari luar.

"Kau tau siapa Wormi?"

Lennon menggeleng, kepalanya masih pusing. Ecco menepuk lengan Bosnya karena kasar memaksa Lennon menjawab.

"Bos! Kepalanya pusing.."

"Aku curiga di Enic bukan hanya ulah hacker atau kejadian alam biasa.."

Lennon memejamkan matanya lagi. 

"Papa aku rindu.. Papa.."

Ecco melirik Mikel yang basah karena kehujanan di teras.

"Sebaiknya kau segera mandi dan ganti baju Bos,"

"Kenapa dengan anak ini?"

Mikel keluar ruangan, Ecco mengikutinya.

"Dalam ingatannya kau pasti Papa yang baik dan sempurna.."

"Tapi sejujurnya aku masih ragu dia anakku, ingatan anak itu kacau."

"Tapi aku sudah memindai DNA nya!"

"Direktur Jo bilang prototipenya masih rentan, bisa jadi kau salah. Siapa tau anak itu adalah anaknya Aeri dan Direktur Jo.."

"Tapi Lennon mirip denganmu Bos!"

Ecco manggut-manggut mengerti, namun dia masih yakin Lennon adalah anaknya Xia dan Mikel.

"Bagaimana dengan kencan hari ini?"

Mikel menelan ludahnya gugup, jika tau apa yang terjadi pasti Ecco akan mengolok-oloknya. Xia memintanya untuk tinggal lebih lama, Mikel menolaknya dengan beralasan masih banyak hal yang dia kerjakan.

"Dia manja dan kekanakan.."

"Seharusnya kau membersihkan diri lebih bersih lagi Mikel, aku AI Alpha.. tidak mudah dibohongi. Hehehe..." Aroma tubuhnya dari jarak 100 meter sudah tercium oleh Ecco, Ecco tidak menyangka hubungan mereka sudah sejauh itu di pertemuan pertama. 

Mikel langsung malu, dia bergegas menuju ke kamar mandi untuk mandi air hangat.

"Sudahlah.., kau juga suka dia kan?"

"Baguslah Bos!"

Namun yang membuat Ecco sebal adalah Mikel tidak menunjukkan tanda-tanda jatuh cinta, dari detak jantung maupun peredaran darah, serta aktivitas otak Mikel sama seperti biasanya. Sepenuhnya Mikel tertarik pada Xia karena fisik. Ecco langsung memaki-maki sendiri.

"Sialan memang kau Mikel! Aku benar-benar ingin mencekiknya. Dasar buaya!"

Ecco menggerutu seperti nenek-nenek jaman dulu. 

"Memang benar ya? Pepatah bahwa laki-laki tampan itu tidak ada gunanya.. ck ck ck"

Mikel mengguyur badannya dengan pancuran air hangat, memejamkan matanya dan sekejap wajah Xia muncul dalam benaknya. Bibirnya melengkung membentuk seulas senyuman. 

"Ku rasa jika aku mampir pasti tidak akan bisa pulang.."

Mempersiapkan diri setelah mandi dia akan diserang beragam pertanya'an dari Ecco.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status