Siska di dalam kamar,merasa kesal sendiri. Dia kesal melihat tingkah Biantoro yang begitu angkuh padanya.Siska menatap diri di cermin, wajahnya terlihat mengeras menahan emosi karena Biantoro, Siska berjanji dia pasti akan bisa membuat Biantoro bertekuk lutut di kakinya.Siska menelepon seseorang, lalu tersenyum lebar, membayangkan apa yang nanti akan terjadi"Kakak. Maaf tapi kamu akan tahu jika aku tidak main-main dalam hal ini, aku hanya ingin tahu sejauh mana suami kamu yang sombong itu bisa melindungi mu."Biantoro naik ke atas, untuk melihat keadaan Rumi di kamar. Biantoro membuka pintu kamar perlahan-lahan, untuk sedikit mengintip apa yang sedang di lakukan Rumi saat ini.Biantoro menatap Rumi, yang ternyata sedang melamun. Biantoro jadi merasa sedikit sedih, Biantoro dengan sengaja menutup pintu kamar dengan sedikit kuat, hingga menimbulkan suara agak keras, untuk menarik perhatian Rumi ke arahnya."Aku bosan! Apa kamu bisa temani aku keluar?" Seru Biantoro."Siapa suruh,
Rumi menanti jawaban dari Biantoro untuk menjelaskan, tentang apa yang terjadi."Di bawah apartemen tadi, banyak wartawan, yang ingin mewawancarai kamu," jawab Biantoro.Rumi terdiam, ternyata masalah ini berbuntut panjang. Entah bagaimana dia harus meluruskan hal ini, pikir Rumi.Melihat Rumi melamun, Biantoro pun berkata. "Biarkan aku yang mengurusnya. Kamu tenang saja, nanti di rumah besar. Akan ku buat mereka lupa akan masalah ini." Ucap Biantoro.Rumi menoleh dan menatap Biantoro dengan tajam, apa maksudnya dia harus meninggalkan apartemen dan tinggal di rumah besar, sementara ini."Maksud kamu, kita akan tinggal di rumah besar?" Tanya Rumi."Bukan kita, tapi hanya kamu. Aku akan tetap tinggal di apartemen dan menyelesaikan masalah ini." Rumi kembali menatap Biantoro. Berarti beberapa hari ini, mereka berdua akan berpisah. Rumi merasa tidak ingin melakukan hal ini, jika dia tinggal di rumah besar, Siska dan Biantoro akan berduaan saja di apartemen.Ingatan Rumi langsung teringat
Siska menatap tajam orang yang sedang menatap tajam dirinya juga, saat ini. Mereka berdua saling pandang dengan ekspresi wajah marah."Apa yang kamu lakukan, disini?" Tanya Siska dengan marah."Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan di atas tubuh pria itu?" Balas Alex.Alex merasa marah, melihat Siska berada di atas tubuh seorang pria, yang setengah polos.Alex tidak menyangka, jika ternyata Siska, bisa bertindak sampai sejauh ini. "Bukan urusan mu!" Bentak Siska."Pergilah! Jangan ganggu aku!" Lanjut Siska."Ingat kita belum putus." Balas Alex.Siska tertawa mendengar hal itu, "kita memang tidak pernah jadian. Ingat itu!" Balas Siska.Alex membisu mendengar itu, hubungan mereka memang terjalin begitu saja. Namun melihat Siska dalam posisi sekarang bersama pria lain, hatinya terasa sakit, merasa di khianati."Pergilah, jangan rusak rencanaku!" Usir Siska.Namun, Alex masih ngotot tetap berada di tempatnya, untuk melihat apa yang di lakukan oleh Siska pada Biantoro.Siska merasa kesal. Di
Biantoro benar-benar terkejut saat melihat Rumi, berdiri di depan matanya. Sedangkan Siska duduk di lantai, akibat terjatuh, karena menabrak Rumi.Rumi berdiri di tempatnya, memperhatikan penampilan Biantoro dari ujung kaki hingga kepala. Rumi jadi ingat, ketika dia menangkap basah Alex, yang saat itu sedang berselingkuh dengan Siska.Posisi Biantoro saat ini, sama seperti posisi Alex saat itu, mereka hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada, apakah ini memang sudah menjadi takdirnya. Selalu di selingkuhi suami?Rumi menundukkan kepala, menyembunyikan kesedihannya. "Ka Rumi, tolong dia mau memperkosa ku!" Ucap Siska, sambil memeluk kaki Rumi.Biantoro melotot mendengar hal itu. Siska sepertinya tidak benar-benar mengenal Biantoro, aktingnya itu tidak akan mampu mempengaruhi Biantoro.Biantoro melangkah maju ke depan, dengan tatapan tertuju pada Siska."Ka Rumi, tolonglah aku." Ulang Siska lagi."Bangun!" Bentak Biantoro.Siska makin ketakutan, dia terus memohon pada Rumi, ag
Keesokan harinya, pagi-pagi seperti biasanya, Rumi terbangun dan langsung turun dan masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Rumi mencoba membangunkan Biantoro."Bangun lah, sudah pagi." Kali ini Biantoro langsung membuka kedua matanya, agar bisa melihat wajah Rumi yang segar, karena dia tahu jika Rumi baru saja selesai mandi, karena hidungnya mencium harum sabun , milik Rumi.Benar saja, begitu mata Biantoro terbuka. Pemandangan yang sangat indah yang menyegarkan tertangkap di kedua matanya."Cantik sekali dia." Puji Bia tir dalam hatinya."Baguslah, kamu sudah bangun." Ucap Rumi saat melihat kedua mata Biantoro terbuka. "Aku mau bilang, pagi ini aku akan di jemput Gunawan ke kantor." Ucap Rumi.Biantoro terdiam sesaat mendengar ucapan Rumi, namun tidak lama dia langsung bangun dari tidurnya. "Biar aku saja yang antar." Ucap Biantoro cepat sambil turun dari ke tempat tidur lalu berlari masuk ke kamar mandi."Tidak, usah! Aku tidak mau jadi wanita yang merepotkan!" Teriak Rumi.
"Nah itu mobilnya!" Seru Biantoro, saat mereka tiba.Rumi melihat ke arah mobil yang di tunjuk oleh Biantoro. Mobil mewah baru, terlihat jelas di kedua mata Rumi."Apa mobil itu, benar-benar buat ku?" Tanya Rumi."Tentu saja." Jawab Biantoro."Baguslah. Terimakasih." Ucap Rumi, turun dari mobil meninggalkan Biantoro.Biantoro menatap bingung, pada tingkah Rumi, yang terlihat kesal. Bukankah seharusnya dia senang mendapatkan mobil baru.Biantoro segera menyusul Rumi. Brak!Bunyi pintu kamar di tutup kencang oleh Rumi.Tanpa buang waktu lagi, Biantoro segera berlari menyusul Rumi, namun Rumi sudah masuk ke dalam kamar mandi.Ternyata wanita selain merepotkan juga membingungkan, batin Biantoro.Biantoro menoleh saat pintu kamar mandi di buka. Rumi segera membuang wajahnya ke arah lain, saat matanya bertemu dengan mata Biantoro.Brak! Suara keras dari pintu kamar yang di tutup Rumi dengan kencang.Biantoro mengusap dadanya perlahan. Menatap bingung pintu kamar yang sudah tertutup itu."
Mendengar ucapan Ridwan, Rumi dan Biantoro tentu terdiam. Jatuh Cinta sebuah kata yang asing di telinga mereka berdua. "Aku tidak suka dia," ucap Biantoro. Ridwan tercengang mendengar itu. "jika tidak suka kenapa menikah?" tanya Ridwan spontan. "terpaksa, nenek terus memaksaku menikah." jawab Biantoro. Ridwan kembali tercengang mendengar jawaban Biantoro, lalu dia menoleh ke arah Rumi. Rumi menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia malu ada orang luar mengetahui masalah antara dia dan Biantoro. "lalu kamu kenapa mau menikah dengannya?" tanya Ridwan pada Rumi. Rumi mengangkat kepalanya menoleh ke arah Ridwan. lalu berkata "untuk balas dendam," jawab Rumi, terus terang. melihat Biantoro berani mengatakan Sola mereka pada Ridwan. Rumi beranggapan dia pun bisa melakukan itu pada Ridwan. "balas dendam?" "calon suamiku mengkhianati ku," jawab Rumi. "Bodoh! Pria itu sangat bodoh. Meninggalkan wanita secantik kamu," ucap Ridwan, menatap sedih ke arah Rumi. Rumi tersenyum mend
Rumi mencari Alex suaminya di ruang kerjanya. Namun Rumi tidak menemukan Alex di sana, sekertarisnya bilang dia sedang menemui klien di luar. Tadinya dia mau meminta Alex untuk meneruskan pekerjaannya. Karena Rumi merasa hari ini agak kurang fit, dia merasa kepalanya agak sedikit pening, dan dia merasa ingin beristirahat di rumah."Gun! Aku pulang dulu!" Pamit Rumi pada sekertarisnya."Iya, Bu. Semoga lekas sembuh!" Balas Gunawan."Terimakasih!" Balas Rumi sambil tersenyum kecil.Rumi merasa aneh, biasanya jika pusing seperti ini, dia langsung minum obat, namun kali ini dia merasa ingin pulang dan beristirahat di rumah, tanpa harus minum obat.Sampai di rumah Rumi terkejut melihat mobil Alex, suaminya ternyata ada di rumah. Rumi berpikir jika Alex mungkin juga kurang sehat seperti dirinya, karena itu dia pulang ke rumah. Rumi dengan cepat masuk ke dalam rumah, memikirkan hal ini.Rumi langsung berjalan ke arah kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Rumi ingin segera bertemu dengan