"Pakai baju dan perhiasan itu untuk acara jamuan makan malam bersama kolega bisnisku nanti malam. Kamu akan aku jemput jam 7 malam," ujar Hari sebelum pergi ke kantor sambil meletakkan paper bag berisi gaun malam dan satu set perhiasan yang hanya diberikan di saat ada pertemuan penting seperti ini.
Hari memang iblis bertopeng malaikat. Di depan orang lain, dia akan menunjukkan istrinya sebagai kebanggaan. Memujanya seakan dirinya adalah pria paling beruntung yang dipilih menjadi pendamping seorang Putri Gautama. Hari selalu memuji dan menunjukkan kecantikan Ghea di depan banyak orang. Dia juga akan bersikap romantis dan perhatian jika sedang melakukan pencitraan. Padahal saat di rumah atau saat hanya berdua dengan istrinya, dia tidak akan segan-segan menyakiti fisik maupun psikis istrinya. Ghea hanya bisa mengambil napas panjang saat harus kembali dibuat muak dengan pencitraan yang akan dilakukan suaminya. Sandiwara dengan senyum bahagia harus menghiasi wajahnya nanti malam. Ghea selalu ingin tertawa jika mengingat betapa munafiknya mereka di setiap datang ke sebuah jamuan. "Pastikan tidak ada bekas memar yang terlihat dari tubuhmu di saat jamuan nanti. Atau kamu akan tahu sendiri akibatnya," desisnya lagi kembali memberi ancaman. Ghea yang diam saja meski sudah tahu tanpa diingatkan kembali, akhirnya mendapatkan jambakan kasar karena Hari merasa tersinggung dan marah diabaikan olehnya."Kamu punya mulut kan? Kenapa tidak menjawab saat aku bertanya? Hem?" hardik Hari dengan nada tinggi. Ghea berusaha tidak memperlihatkan rasa sakitnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih tangguh lagi. Ghea menjawab dengan datar seakan jambakan suaminya sama sekali tidak terasa di kulit kepalanya. Padahal rambut panjangnya sudah seperti akan lepas dari tempatnya. "Bukankah kamu sendiri tahu, Mas? Kalau aku gak punya pilihan selain menuruti apapun maumu. Terus buat apa aku harus repot-repot menjawabmu, Mas?" "Makin berani kamu ya?" geram Hari menarik rambut istrinya semakin kuat. Beruntung dering di saku celananya menghentikan kekejaman Hari pagi ini. Hari segera melepaskan jambakannya dan menjawab panggilan dengan sedikit menjauh dari Ghea yang merasa kepalanya sangat nyeri. Tidak lama setelah Hari menerima panggilan, dia memilih langsung pergi ke kantor tanpa kembali menyapa Ghea. Ghea pun tidak lagi berharap lebih. Ghea sekarang yakin jika impian sederhananya dulu sebelum menikah, untuk melepas suami bekerja dengan salaman dan cium tangan yang dibalas dengan ciuman di kening tidak akan benar-benar terjadi di pernikahannya dengan Hari Hardana. Ghea juga yakin jika suaminya tidak pernah mencintainya. Tertarik dengannya pun sepertinya tidak. Padahal Ghea sudah sering berpenampilan terbaik untuk menyenangkan suaminya. Tapi Hari tetap saja tidak menunjukkan rasa tertariknya pada Ghea. "Mungkin sebenarnya dia sudah punya wanita lain dan menikahiku dengan terpaksa karena punya tujuan tertentu. Aku akan selidiki siapa wanita yang dicintainya. Siapa tahu aku bisa memanfaatkan wanita itu untuk membebaskan aku dari penjara yang dibuat suamiku ini." Bukan tanpa alasan Ghea berpikir seperti itu. Itu semua karena selama sebulan pernikahan, Hari sama sekali tidak terlihat berniat menjamah istrinya. Meskipun Ghea sudah mencoba menggodanya sekalipun, Hari tetap tidak menunjukkan keinginannya pada si istri. Ghea sendiri awalnya berniat menggoda hanya untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Tapi kemudian dia juga berpikir jika mungkin saja jika terjadi kontak fisik dengan suaminya, rasa cinta akan tumbuh dan mampu mengubah karakter suaminya yang kasar padanya menjadi lebih lembut karena adanya cinta. Sayangnya, usahanya gagal dan Ghea belajar mengambil hikmahnya. Setidaknya sampai saat ini dirinya masih bersegel meskipun statusnya sudah bersuami. "Aku harus bereskan rumah dengan cepat, kemudian menyelesaikan lukisanku dengan segera karena malam ini harus pergi ke jamuan makan malam. Baiklah, semangat Ghea! Kamu pasti bisa melewati semua ini!" Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini selain berusaha bertahan dengan menyemangati dirinya sendiri. Sejak menikah, akses dan relasi Ghea dibatasi oleh Hari. Ghea tidak diijinkan bekerja dan berhubungan dengan teman-temannya. Ghea bahkan hanya diberikan sedikit uang supaya Ghea tidak bisa melakukan macam-macam di belakangnya. Untuk itu, Ghea diam-diam membuat lukisan yang dititipkan ke galeri seni milik temannya untuk mendapatkan uang sendiri. Itu pun Ghea menghubungi temannya secara sembunyi-sembunyi dan dibantu asisten rumah tangga yang tidak datang setiap hari di rumah mereka. Mak Ijah biasanya hanya datang seminggu dua kali untuk mencuci baju dan bersih-bersih rumah secara menyeluruh. Untuk masak dan beberes harian dikerjakan oleh Ghea seorang diri atas keinginan Hari. Rumah yang mereka tempati sebenarnya adalah rumah milik Keluarga Gautama yang sudah dibalik nama menjadi milik Hari Hardana. Mak Ijah sendiri adalah asisten rumah tangga Keluarga Gautama sejak dulu. Dia pura-pura tidak tahu jika anak mantan majikannya diperlakukan tidak baik oleh suaminya. Sehingga Hari masih mempekerjakan Mak Ijah meski tidak setiap hari. Besok Mak Ijah akan mengambil lukisan pesanan buatan Ghea untuk dibawa ke galeri seni, maka dari itu Ghea harus menyelesaikan sore ini juga sebelum pergi ke jamuan makan malam, supaya besok sudah siap diberikan kepada Mak Ijah. "Akhirnya selesai," gumam Ghea setelah memastikan lukisannya sempurna. Bukan hal sulit baginya karena Ghea sudah mendalami hobi melukis sejak dia kecil. Meskipun dia kuliah di jurusan Farmasi saat S1 dan jurusan Manajemen Farmasi saat S2, tapi disamping kuliah dia juga mempelajari seni lukis pada ahlinya selama bertahun-tahun, yaitu sang mama yang merupakan seorang seniman. Mas Hari : [Satu jam lagi aku sampai]Ghea segera bersiap karena suaminya sudah memberi kabar kapan dirinya akan dijemput. Ghea bisa bersiap dengan cepat karena sebelumnya sudah disiapkan dengan rapi semua yang dia butuhkan. Tapi Hari justru tiba lebih cepat dari apa yang dia katakan sebelumnya. Ghea yang sedang menggunakan 'alat tempurnya' menjadi terkejut dengan kedatangan Hari. "Dandan yang cantik, Ghe! Karena hari ini kita akan bertemu dan menyapa orang penting yang baru mulai bekerja sama dengan perusahaan Gauta Farma. Ingat untuk tidak bertingkah di depan mereka.""Iya," jawab Ghea singkat tidak mau merusak mood suaminya atau dirinya akan dibuat semakin sulit karena bisa jadi memar di tubuhnya semakin bertambah. Hari cukup puas dengan respon Ghea yang menurut. Dia juga memperhatikan bagaimana Ghea yang ahli dalam memainkan alat make up untuk menyamarkan bekas memar yang biasanya tertinggal di wajah atau bagian lehernya. "Sisakan tanda merah sedikit di bagian lehermu biar mereka mengira itu adalah bekas percintaan kita," kekeh Hari membuat Ghea mual mendengarnya. 'Ternyata aku benar-benar punya suami gila dan manipulatif!' batinnya dengan tetap menurut."Pasang senyummu lebar-lebar. Jangan sampai ada yang menganggap kamu tidak bahagia hidup denganku!" Ghea hanya diam menyimak bisikan suaminya saat mereka akan masuk ke dalam hall hotel tempat jamuan para pengusaha dilaksanakan. Hari mengalungkan lengan di pinggang supaya Ghea bisa menggandengnya dengan mesra selama mereka berada di pesta. Sekilas, Ghea dan Hari akan terlihat seperti pasangan pasutri yang serasi dan berbahagia. Si cantik dan si tampan yang sama-sama bersinar dengan prestasi dan kecerdasannya. Meskipun Ghea tidak bekerja setelah lulus S2, tapi kepandaian dan keahliannya cukup di kenal di dunia kesehatan. Bahkan tidak jarang tawaran pekerjaan diterima Ghea meski selalu berakhir penolakan secara halus karena Hari melarangnya bekerja. Kepada pihak rumah sakit yang menawarkan pekerjaan kepada istrinya, Hari biasanya menolak dengan alasan tidak ingin istrinya kelelahan karena mereka ingin segera diberikan momongan meski belum lama menikah. Padahal Hari hanya tidak ingin
"Aku beneran disuruh resign?" tanya Frans mulai pucat mendengar candaan Abimanyu yang sama sekali tidak terdengar lucu baginya. Bagaimana akan terasa lucu jika tampang Abimanyu saat mengatakan dua kalimat tersebut terlihat begitu kaku dan lurus tanpa ada senyum sedikitpun? "Emang aku tadi nyuruh resign?" "Sial!" umpat Frans dengan dengkusan yang khas. Dia sudah terpancing dengan permainan kata-kata dari pemilik rumah sakit terbesar di negaranya. Jelas-jelas Abimanyu tidak menyuruh, hanya mempersilakan jika Frans memang berkeinginan untuk resign. Jika Frans tidak ingin, maka seharusnya dia tidak perlu kepikiran apalagi takut kehilangan pekerjaan. Jika tidak sedang berada di acara formal, sudah pasti Frans akan menendang bokong Abimanyu atau bahkan memukul kepalanya. Sayangnya meski seakrab itu dengan sang direktur rumah sakit, tapi Frans tidak mungkin melakukan itu di depan umum. Lagi-lagi tingkah mereka mengundang tawa yang lain. Hanya Ghea yang tidak merasa senang karena harapa
"Kamu gak apa-apa kan, Ghe?" tanya Frans terlihat khawatir ketika sudah puas memarahi pelayan yang dengan cerobohnya menumpahkan minuman kepada Ghea. "Aku gak apa-apa, Kak. Cuma basah sedikit, ini akan kering dengan cepat, jangan khawatir dan jangan memarahi pelayannya lagi. Aku yakin dia gak sengaja." "Beruntung kamu karena Ibu Ghea terlalu baik," gumam Frans masih kesal kepada si pelayan. Pelayan wanita yang melakukan kesalahan sudah berulang kali meminta maaf dan Ghea sampai tidak tega mendengarnya dimarahi oleh Frans. "Sudah, Kak. Biarkan dia kembali bekerja. Aku yakin setelah ini dia akan bekerja dengan lebih hati-hati, bukankah begitu, Mbak?" "Benar, Bu. Sekali lagi saya mohon maaf," cicitnya sambil menundukkan kepala, sama sekali tidak berani mengangkat wajah. Mereka pun membiarkan pelayan wanita kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaan tanpa memperpanjang masalah. Abimanyu hanya diam memperhatikan dengan pikiran yang sudah terganggu sejak melihat bekas luka di bet
Abimanyu membawa Keiza ke tempat jamuan. Awalnya gadis itu tidak berminat ikut ke jamuan orang dewasa yang mungkin akan menjemukan baginya karena pembahasan yang pasti hanya berputar di masalah bisnis dan sejenisnya.Sayangnya di rumah sedang sepi karena ditinggalkan kedua orang tuanya yang sedang honeymoon ke Maladewa, untuk yang kesekian kalinya. Sehingga membuat Keiza memilih untuk menyusul kakaknya juga. "Halo, Cantik! Aduh adik gemes tumben-tumbenan mau ikut ke jamuan makan malam?" goda Eldi yang sudah bergabung di tempat Frans dan Abimanyu tadi duduk.Eldi si Dokter Bedah sekaligus penanggung jawab IGD Medica Center memang paling suka menggoda adiknya Abimanyu. Keiza sendiri juga suka menanggapinya dengan menistakan Eldi layaknya kakak sendiri. "Iya dong. Kan adik gemes mau ketemu sama Om Eldi," kekeh Keiza menuai gelak tawa puas di bibir Frans yang mendengarnya. "Sembarangan! Suka gak ada rem ya itu bibir kalau udah nistain aku!
Seperti dugaan Ghea di awal, suaminya kembali pulang dini hari dalam kondisi setengah sadar karena mabuk. Bahkan sejak membuka pintu kamar, Hari sudah meracau sendiri dengan suara yang samar dan sesekali menabrak pegangan sofa karena penglihatannya yang kabur. Ghea sudah ingin beranjak dan membantu, tapi lekas diurungkan karena ingat kejadian terakhir yang membuatnya kembali menjadi pelampiasan emosi suaminya. 'Abaikan saja, Ghea! Anggap saja kamu gak lihat dia pulang. Biar saja dia anggap kamu sudah tidur. Itu lebih baik daripada bertingkah bodoh hanya untuk memperlihatkan diri yang tidak dihargai suamimu itu,' batin Ghea dalam hatinya. Ghea kembali memejamkan mata tanpa mengubah posisi tidur. Langkah suaminya terdengar semakin dekat. Suara random yang keluar dari mulutnya juga makin terdengar jelas. Meski apa yang dikatakan oleh Hari sama sekali tidak dimengerti oleh Ghea. "Huhh, cewek gak ada guna ini sudah tidur ternyata! Baguslah, daripad
Hari merasa gamang. Dia seperti ingat jika semalam sudah berbicara terlalu banyak tentang rahasia kejahatannya. Tapi Hari tidak bisa mengingat dengan jelas, apakah itu sungguhan diucapkan lidahnya, atau hanya dalam mimpi dan khayalannya saja. Untuk itu, Hari memilih bertanya langsung pada yang bersangkutan. Meskipun saat melihat sikap Ghea yang masih baik padanya, Hari merasa Ghea masih tidak tahu apa-apa tentang kejadian dibalik kematian orang tuanya. Apalagi jawaban dari yang ditanya memang mendukung asumsinya. "Semalam? Bukankah aku sudah bilang kalau semalam aku tidur nyenyak sampai tidak tahu kapan kamu pulang. Dan aku pun baru bangun beberapa saat yang lalu dan tidak mendengar kamu berkata apapun, selain dengkuran halus." Hari terlihat lega. Kemudian menerima minuman yang diulurkan istrinya dan meminta Ghea untuk melepaskan sepatu yang masih membungkus telapak kakinya. Ghea mendengus dalam hati namun tetap melakukan tugasnya. Hari pun me
Ghea berjingkat saking terkejutnya. Waktu sudah hampir tengah hari dan Ghea baru selesai memasak setelah seharian membersihkan seluruh bagian dalam maupun luar rumah yang seharusnya dikerjakan Mak Ijah. Tapi karena mendapatkan tugas lain untuk mengantar lukisan ke Galeri, jadilah Ghea yang menggantikan tugas bersih-bersihnya. "Kamu mau minta izin apa, Ghe?" ulang Hari karena istrinya hanya diam dan terlihat gusar. Ghea memutar cepat otaknya supaya menemukan alasan bagus untuk membujuk suaminya. Ghea bisa merasakan mood suaminya cukup baik setelah cukup istirahat sejak semalam. Ghea berharap kali ini dia beruntung bisa membujuk suaminya, tentu saja dengan bumbu alasan yang akan memberikan untung kepadanya. "izin untuk melamar pekerjaan di Medica Center, Mas," ucap Ghea takut-takut. "Tidak!" tegas Hari menolak secara langsung. "Kamu tidak aku izinkan bekerja dimanapun. Tetap di rumah dan menurut dengan apa yang aku
"Kenapa kamu buang-buang uang kita buat nyuap sipir segala sih, Ma? Padahal cuma selisih satu hari aja sama hari kebebasan aku yang seharusnya hari ini baru bebas." "Karena selisih satu hari itu yang membedakan nasib nyawamu hari ini, Pa." "Maksudnya?" Alea akhirnya menceritakan kenapa dirinya merelakan sebagian uangnya untuk menyuap anggota sipir supaya bisa membebaskan suaminya selisih satu hari dari yang seharusnya. Itu semua karena kemarin lusa, saat hendak menjenguk suaminya di tahanan, tanpa sengaja Alea mendengar sendiri Jodi mendapatkan instruksi dari Hari untuk menyingkirkan Sanjaya begitu keluar dari penjara. Hari ingin menghilangkan saksi kunci tentang kejadian kecelakaan yang menewaskan seorang pengusaha di bidang Farmasi yang cukup besar di Indonesia itu. Sanjaya sempat terkejut, tapi dia tidak heran setelah melihat sendiri seperti apa kejamnya Hari kepada nyawa orang lain. Sanjaya merasa beruntung ka