Pagi yang cerah itu, Alysa duduk di balkon apartemen milik Nuri sembari menyesap secangkir kopi hitam tanpa gula. Alysa tahu jika kopi hitam tanpa gula lebih berkhasiat untuk tubuh dibanding dengan kopi yang pakai gula. Alisa memandangi pemandangan di sekitar apartemen milik Nuri. Tidak disengaja Alisa melihat sosok wanita cantik yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu tapi di mana ya?" gumam Alysa. Dia terus mengawasi Apa yang dilakukan oleh wanita cantik itu. Alysa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dibukanya aplikasi galeri yang ia gunakan untuk menyimpan semua foto kenang-kenangan saat pernikahannya dengan Gio. Bahan Alisa men-scroll foto pernikahan di gallery itu. "Nah ini dia, bukankah foto ini sama dengan wanita itu foto ini kan istri kedua dari Gio yaitu mbak Rossi. Apa dia pindah ke kota ini? Bukannya dulu dia tinggal di Jogja?!" Alysa menajamkan penglihatannya menatap lurus ke arah wanita yang ia curigai sebagai
Sungging senyum dokter muda berprestasi itu terlihat jelas, mobil yang mengikutinya terguling karena menabrak truk yang tiba-tiba datang melintas. "Rasakan! Sebaiknya aku segera kembali ke rumah sakit, anak buah Gio sudah habis semua!" gumam dokter Adrianto merasa senang. Tidak ada yang tahu jika dokter muda ini juga seorang mafia. Sesampainya di rumah sakit, dokter itu meminta pada salah satu susternya untuk mengunci kamar rawat Alyssa agar tidak ada satupun yang masuk. Setelah semua aman, dokter berhidung mancung dan mata setengah sipit itu menghubungi Alyssa. "Alyssa, semua sudah aman. Kau bisa menghabiskan waktu mu bersama Nuri seharian ini," ucap dokter Adrianto. "Terima kasih, Antok. Aku berhutang budi padamu. Hari ini akan aku habiskan untuk membuat bisnis baru dengan Nuri," Jawab Alyysa terdengar sangat girang. Harapannya untuk segera pergi meninggalkan Gio mulai terbuka lebar. Hari pun berganti, jatah waktu yang diberikan oleh Gio untuk Alyssa sud
Gio tidak tahu harus bagaimana, antara menerima Alyssa dan melepas Alyssa adalah sama -sama keputusan yang sulit. Sementara itu Alyssa bersorak dalam hatinya. Ternyata membalas dengan caranya seperti ini lebih mengasyikkan. "Mampus kau, Mas! Aku akan membuat dirimu lama-lama menjadi gila! Aku akan membuatmu terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi," gumam Alyssa bahagia dengan apa yang ia rencanakan. Sudah waktunya dia untuk membalas dendam pada Gio yang sudah menipu dirinya mentah -mentah. Mengaku lajang, akan tetapi sudah beristri tiga. Alyssa berjalan keluar dari kamar rawat inapnya menuju ke loby rumah sakit dengan Gio yang berjalan di belakangnya. Seperti seorang majikan yang berjalan di depan sedangkan pelayannya berjalan di belakang. Keadaan Alyssa kini berada di atas angin, hal yang menjadi kelemahan Gio akan dia jadikan senjata. Di dalam mobil, dua orang duduk berdampingan namun saling diam. "Mas, kenapa kamu diam? Apa mas tidak rindu
Pagi hari di rumah baru Alyssa ... "Saya terima nikahnya Alyssa Maharani binti Husni dengan mas kawin tersebut tunai!" "Bagaimana saksi sah?" "Sah!" "Alhamdulillah ...." Ijab Qabul pun terucap dari mulut Georgio yang akrab di panggil dengan Gio. Alyssa pun mencium tangan suaminya dan Gio dengan lembut mengecup kening istrinya. Tak berapa lama, datanglah serombongan wanita dengan gaun yang indah dan mahal. Masing-masing membawa nampan yang berisi seserahan. Rombongan wanita yang terdiri dari tiga wanita dewasa dan enam anak-anak itu maju untuk menyerahkan seserahan yang dibawanya. Alyssa menyambut dan menerima seserahan tersebut dengan senyum yang merekah, matanya berbinar tatkala nampak di atas nampan itu sejumlah perhiasan, baju yang mahal, sepatu dan tas branded, skincare dan yang ada di kotak berbungkus kertas emas berisi kartu ATM dan Kartu kredit Un limited. Semua mata menatap apa yang dibawa para wanita itu, termasuk kedua orang tua Allysa
Deg Deg ... Detak jantung Alyssa berdetak kencang saat Gio perlahan berjalan menuju ke arahnya. Tubuhnya tegang, keringat dingin menetes dari dahinya. Antara pikiran menerima Gio sebagai suaminya dan rasa kecewa karena dibohongi membuat Alyssa diam. Akal logikanya sudah tidak bisa diajak kerja sama karena tubuhnya berkhianat saat Gio memberikan sentuhan lembut di pipi Alyssa. "Mm-Mas, tunggu dulu ... Aku mau buang air kecil dulu ya," elak Alysa sembari berdiri dan melangkah menuju kamar mandi membuat Gio menghela nafas dan terpaksa tersenyum mengijinkan Alyssa untuk ke kamar mandi. Sebenarnya Alyssa belum siap untuk melayani Gio walau Gio nampak menggoda dan membuat Alysa terpesona untuk sesaat. Tapi di saat yang tepat akal logika Alyssa bekerja dan berfikir mencari alasan untuk menghindari Gio. "Hah-hah ... untung otak ini bisa segera sadar. Bagaimana jika tadi terhanyut dalam rayuan Gio lagi. Kenapa sih setiap melihat matanya Aku seperti tersihir dan nurut aja apa ka
Bab.3 Gio tidak tahu jika Alyssa ternyata sudah pingsan di bawah kungkungannya. Dia terus menerus memompa dengan kasar dan tanpa jeda. Seperti orang kerasukan setan, Gio hanya mementingkan nafsunya sendiri. "Aargh," Gio akhirnya mencapai puncaknya lalu ambruk di atas tubuh Alyssa yang tidak ada respon sama sekali. Gio luruh ke samping tubuh Alyssa lalu tertidur pulas. Ayam jago berkokok dengan keras tanda sebentar lagi fajar menyingsing. Alyssa menggerakkan jari tangannya. Dia merasa seperti berada di alam sadar dan tidak sadar. Alyssa mulai membuka matanya perlahan. Dia mulai mengumpulkan kesadarannya. Tangan kanan Alyssa memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, lalu dia meraba bibirnya yang perih akibat digigit oleh Gio semalam. Alyssa memekik tatkala dia menggerakkan kakinya, tubuh bawahnya sakit dan nyeri terutama di daerah kewanitaannya. Alyssa tidak ingat berapa lama dirinya digagahi oleh Gio. Yang dia tahu saat ini semua tubuhnya sakit, tulangnya terasa
Gio membawa Alyssa ke Rumah Sakit dengan Jimin sebagai supirnya. Gurat khawatir terlihat jelas di raut wajah Gio. Dikecupnya kening Alyssa bertubi - tubi. "Sayang, kamu kenapa?" Gio memeluk tubuh Alyssa erat. Gio memang kejam, akan tetapi akan ada waktunya dia menjadi dirinya sendiri. Gio bahkan tidak mampu mengontrol diri ketika sosok ghaib yang ada pada dirinya mulai berulah, meminta tumbal dan menjadi penguasa tubuh Gio. Tidak berapa lama, mobil Gio memasuki halaman IGD. Gio mengangkat tubuh istrinya lalu berteriak memanggil petugas. "Dok, tolong istri saya," teriak Gio membuat beberapa perawat langsung bergegas mengambil brangkar. Gio menggendong tubuh Alyssa yang mungil tapi padat itu ke arah suster yang menyambutnya dengan mendorong brangkar. "Silakan baringkan di brankar ini, Pak." Seorang perawat meminta Gio membaringakan Alyssa di brankar. Dengan hati-hati Gio pun membaringakan Alyssa. "Anda silakan ke bagian administrasi, biar pasien kami periksa di ruang IGD terlebih
Gadis belia itu menjerit kesakitan saat milik Gio menghujam keras dalam organ kewanitaan si gadis. Gio tersenyum puas, karena gadis ini masih perawan. Di zaman ini, gadis yang masih perawan jarang ditemui. Darah segar memercik dari liang kemaluan si gadis tersebut, dengan ganasnya Gio terus memompa tubuhnya dan menyesap madu milik sang bunga. "Argh ... Gadis kau sungguh sempit, tapi aku suka!" Racau Gio lagi. Entah mengapa tenaga Gio semakin besar di usianya yang sudah hampir kepala lima itu. Tanpa Gio sadari, gadis yang ada di bawah tubuhnya sudah pingsan tidak berdaya. Gio melolong kenikmatan saat dirinya mencapai puncak. Setelah selesai dia menabur benihnya, Gio menelan darah segar yang masih keluar dari kemaluan sang gadis. Itu adalah syarat bagaimana Gio akan menerima kekayaan dan tubuh yang tetap awet muda memesona. "Buang, wanita itu! Jual dia ke luar negri, kalau kalian ingin mencicipinya silakan! Tapi jangan di sini, terserah kalian mau dimana!!"