Tiga hari berlalu. Tepat hari ini adalah hari di mana para putri kerajaan dan gadis-gadis bangsawan dari seluruh suku di Dunia Musik, berkumpul dan memperkenalkan dirinya kepada pangeran Suku Harmoni. Tentu saja, Higiri malas menghadirinya.
"Tuan Muda, anda harus turun sekarang” ucap Ardee yang ternyata sudah cemas dari tadi, karena Higiri hanya diam saja dari atas balkon ruang pertemuan istananya yang sangat luas itu. "Aku tidak berminat, aku akan memandang mereka dari sini saja, dari jauh. Biarkan saja mereka menghadap orang tuaku” sahut Higiri. Raja dan Ratu sudah duduk bersama di atas singgasana-nya. Banyak kendaraan dari berbagai kerajaan Suku lainnya sudah tiba dan menurunkan putri-putrinya. Namun Higiri sama sekali tidak ingin melihat mereka. Sang raja sudah memberi kode keras kepada Ardee, agar Higiri mau turun dan menyapa para gadis itu. "Tuan Muda, Yang Mulia Raja sudah memanggil”, teriak Ardee. Higiri, bukannya turun ke bawah untuk menemui para gadis itu, dia malah berjalan cepat menuju kamarnya, lalu mengunci kamarnya dari dalam. Higiri masih menatap jendela kamarnya. Kamar dengan dinding warna biru, dengan ranjang besar dan sebuah lemari dan jendela besar yang posisinya agak jauh dari ranjangnya. Higiri tiba-tiba mengingat kembali kejadian sepuluh tahun lalu: --- Seorang gadis berusia sekitar enam tahun yang sedang membawa keranjang bunga, melewati kebun bunga matahari sambil menggenggam erat keranjang berukuran sedang, yang berwarna coklat. Gadis itu memiliki bola mata berwarna biru langit, dengan rambut panjang berwarna biru tua. Sangat manis. Higiri bertemu gadis tersebut ketika ia sedang berkunjung ke dunia manusia bersama orang tuanya waktu itu. Ketika bertemu gadis cilik itu, Higiri masih berusia 10 tahun. Gadis tersebut mengambil hati Higiri dengan kecantikannya dari jauh. Tersenyum bebas walaupun ia hanya berjalan sendirian. Higiri kecil, malu-malu menghampiri gadis tersebut dan mulai berusaha mendekatinya, "Hai, halo..." Gadis tersebut nampak kaget mengetahui Higiri hendak berbicara kepadanya, "Oh, halo! Apa yang bisa kubantu?" "Oh, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran apa yang mau kau lakukan dengan keranjang kecil itu? Bukankah bunga matahari sangat besar? Keranjang itu mana muat?" Gadis itu tersenyum, "Aku mengambil kelopak dari bunga matahari. Itu saja. Ibuku membutuhkannya, untuk dijadikan pewangi." Jantung Higiri berdebar kencang sampai wajahnya memerah. "Wajahmu memerah, apa kau baik saja?" tanya gadis tersebut. Higiri nampak tersipu malu sambil bertanya, "Aku Higiri. Apa aku boleh tahu namamu?" Gadis itu tersenyum lebar dan menjawab, "Namaku Kenta. Senang bisa berkenalan dengan dirimu!” -- Seketika Higiri tersadar dari ingatannya, karena Ardee berteriak kencang sekali sambil mengetuk agak keras pintu kamarnya, "Tuan Muda!!!! Yang Mulia Raja memanggil Anda!!" Higiri lalu memalingkan wajahnya ke arah pintu, "Aku ada ide! Baiklah! Aku akan langsung meminta ijin orangtuaku!" Higiri bergegas berlari keluar kamarnya. Ardee langsung mengejar mengikuti tuannya itu sambil berteriak, “Tuan Muda!! Yang Mulia Pangeran! Tunggu aku!!”Sesampainya di ruang pertemuan, teriakan para putri semakin menggema ketika mereka melihat Higiri muncul dari balik pintu, lalu berjalan ke atas singgasana kedua orangtuanya, dan mulai berbisik sesuatu kepada ibunya. Ibunya langsung memasang ekspresi kaget dan heran, namun, ia tetap meneruskan bisikan tersebut kepada sang raja.Sang raja yang mendengar bisikan itu, juga memasang wajah kagetnya, dan mulai berpikir, sebentar, kemudian ia berdehem, lalu berdiri dari singgasananya, "Kita sudahi dulu sesi perkenalan ini. Ada pekerjaan lain yang harus aku selesaikan. Terima kasih sudah berkunjung dan semoga kalian para putri cantik yang sudah datang dan meluangkan waktu untuk memperkenalkan diri kalian. Aku sebagai raja dan istriku sebagai ratu di Suku Harmoni ini sangat menghargai seluruh usaha dan tenaga serta waktu yang kalian luangkan untuk bertemu putraku satu-satunya, sekali lagi aku sampaikan permohonan maaf karena ada laporan mendadak dan harus segera kuselesaikan sekarang, terima kasih!" Sang raja, ratu, dan Higiri sendiri memberi hormat kepada para putri dan para gadis yang sudah hadir di sana, lalu berbalik menuju ruang kerja. Para putri menunduk memberi hormat, walaupun ekspresi mereka banyak yang menunjukan kekecewaan, namun pesta tetap berlanjut, hidangan tetap disediakan. Sesampainya di ruang kerja, Higiri langsung berlutut. Sang raja menatap anaknya dengan serius. "Sudah, hanya ada kita bertiga saja di sini. Apa yang mau kamu katakan?" tanya Raja. "Ayah, ijinkan aku kembali ke dunia manusia." "Untuk apa? Pendidikanmu di sana hanya tiga bulan saja dan kamu terlalu pintar untuk mahluk dunia manusia, gurumu yang di sana sering melapor padaku bahwa kamu terlalu suka memamerkan kepintaranmu di kelas. Tidak cocok kau ini di dunia manusia, mengapa ingin kembali?" "Berikan aku ijin, dua bulan untuk menetap di dunia manusia. Setelah dua bulan dan jika aku tidak menemukan gadis tersebut, aku akan menikah dengan calon pilihan kalian. Namun jika kutemukan gadis tersebut, aku akan segera dan langsung menikahinya." Sang raja berdiri dengan wajah marah, "Gadis dunia manusia?? Bahkan mahluk di sana saja tidak bisa hidup tanpa oksigen! Dunia musik tidak memerlukan oksigen! Kau tidak akan bisa membawanya kesini! Dunia mereka berbeda dengan kita! Disini kita mengenal kekuatan magis, kau sendiri punya kekuatan itu namun tidak pernah kau pakai, padahal nada-nada dan alunan musik selalu siap memberikanmu kekuatan mereka! Namun manusia dunia manusia? Mereka bisa apa? Mereka sendiri mahluk mortal, tidak seperti kita yang bisa hidup sangat lama!" "Ayah, aku akan membawanya dengan segala cara. Ijinkan aku kembali ke dunia manusia sebagai murid di sebuah sekolah di dekat daerah tempat kita tinggal waktu itu. Aku akan mencarinya sendiri”"Tidak bisa, daerah itu terpencil dan sudah didirikan banyak bangunan lain, akupun tidak ingat tepatnya kita tinggal di mana waktu itu!" "Jika demikian, tempatkan aku di sebuah kota di dekat wilayah tempat kita tinggal waktu itu saja. Seharusnya dia masih sekolah." Sang raja hanya bisa mendesah panjang sambil membalas, "Kamu merasa yakin sekali, aku sudah memberikan peringatan untukmu. Namun baiklah. Ketentuannya, dua bulan. Jika kamu berhasil menemukannya dan bisa membawanya kesini, akan langsung kunikahkan kalian. Jika kau tidak bisa menemukannya atau kau tidak bisa membawanya ke sini, menikahlah dengan putri yang akan kucalonkan untukmu!" Higiri mengangkat kepalanya. "Baiklah, aku minta persiapanku seminggu ini, aku akan menyewa sebuah tempat tinggal di sana." Sang raja menyetujui. Setelah itu Higiri keluar dari ruang kerja ayahnya.Ibunya menghampiri namun dengan ekspresi wajah yang sangat khawatir, sambil menepuk bahu Higiri, ia berkata, "Nak, apakah kamu yakin? Dia itu manusia, sepuluh tahun lalu itu lama sekali, bisa saja dia sudah melupakannya!""Oh, aku akan membuatnya mengingat diriku!" seru Higiri lalu berjalan menuju kamarnya. Ibundanya hanya bisa menggelengkan kepala sambil menarik nafas panjang dan mulai bergumam, "Anak itu, hanya karena dia anak satu-satunya, tingkahnya begitu..." gumam sang ratu sambil mengelus dadanya.revisi pertama, mohon di acc. sudah diperjelas alur ceritanya dan sedikit koreksi.
Di dalam kamarnya, Higiri melakukan semua persiapan dan membereskan baju-bajunya. Ia lalu teringat ada sesuatu yang harus ia lakukan, seketika itu juga ia pergi menuju lapangan luas di belakang istana. Ia lalu berdiri tegak sambil menadahkan tangannya. Seketika, langit di sana mendadak penuh bintang, padahal masih menjelang sore. Sepertinya para bintang berkumpul karena panggilan sang pangeran. Higiri lalu membuka telapak tangannya, sebuah tongkat berwarna merah muncul begitu saja. Ia lalu mengangkat tongkat tersebut ke depan, sambil mengalunkan nada-nada indah dari bibirnya, yang perlahan, membuat tongkat tersebut bersinar tiba-tiba. Ia lalu berhenti mengalunkan nada-nada indah tadi begitu melihat tongkat tersebut bersinar."Wahai nada-nada indah yang kualunkan, ijinkan aku meminjam kekuatan kalian. Seorang gadis menunggu untuk ditemukan, dan jika ia adalah cinta sejatiku, berikanlah kekuatan kalian untuknya, agar dia bisa bersanding denganku!" Ia mulai mengalunkan beberapa nada ind
"Hello," ucap Higiri kepada teman sebelahnya. Meja mereka tidak terlalu berdekatan karena satu anak satu meja sendiri. Namun di sebelah kanan Higiri hanya bangku dan kursi kosong, dan di sebelah kirinya adalah Kaito. Ia berambut hitam dengan bola mata berwarna coklat. Tingginya sama seperti Higiri, sekitar seratus delapan puluh sentimeter. Kaito hanya melirik Higiri dan tidak membalas sapaannya, tatapan mata Kaito sangat ketus. Higiri merasa mulai tidak nyaman dan ya, apa boleh buat, mungkin Kaito memang seperti itu sifatnya. Mereka mengikuti kelas pagi itu. Setelah bel istirahat berbunyi, tentu semua murid boleh keluar. Higiri memutuskan untuk berkeliling sekolahnya sendiri, namun yang mengganggunya, adalah para gadis yang terus melirik dan tersenyum kepadanya. Bahkan ada yang sengaja bertabrakan dengannya sambil berbisik, "Kau tampan sekali!!"Ada juga yang melambaikan tangannya, namun Higiri sama sekali tidak menggubris mereka. Higiri hanya menggelengkan kepalanya sambil membua
PART 5: Sebuah Petunjuk Teng... Teng... Bel masuk sekolah. Hari berjalan seperti biasa. Namun ketika bel pulang berbunyi, Higiri langsung mengambil langkah seribu, dan mencari toko yang menjual benda bernama telepon genggam pintar itu. Pikirannya, si gadis yang ia cintai, mungkin juga punya nomor telpon. Ia masuk ke sebuah toko telepon genggam. "Aku ingin yang paling bagus dan mahal!" serunya. Penjaga toko kaget sesaat, namun setelahnya, ia memberikan beberapa pilihan. Higiri lalu bertanya tentang nomor telepon. Ia juga membeli nomornya sendiri. Penjaga toko membantu mengatur ponselnya dan Higiri bisa langsung menggunakannya. Ketika hendak keluar toko, tiba-tiba saja Ichigo muncul, "Oh, si tampan di sini. Baru saja membeli ponsel ya?"Langsung saja ponsel baru Higiri direbut Ichigo. "Hei, hei! Kembalikan!" seru Higiri, namun Ichigo menolaknya."Tunggu, kita saling tukar nomor saja, ini simpan nomorku, dan aku akan menyimpan nomormu, tunggu," balas Ichigo sambil mengetik nomor pons
Tiba-tiba saja Higiri berhenti. Jantungnya berdetak kencang sekali. Bola matanya membesar. Apa yang ia lihat sebenarnya sampai ia terkejut? Seorang gadis berambut panjang sepunggung dan berwarna biru tua, dengan bola mata berwarna biru langit, tinggi sekitar seratus enam puluh sentimeter, mengenakan jaket berwarna oranye dan kaos abu-abu, membawa tas ransel coklat di punggungnya, sambil menuntun sebuah sepeda di sampingnya, melewati halte bus itu.Kedua matanya menatap ke arah jalan, dengan tatapan sedih dan kosong. Bola mata biru langitnya seolah menunjukan kesedihan, tidak ada yang lain selain rasa sedih. Ia terus berjalan sambil menuntun sepedanya tanpa ada ekspresi apapun di wajahnya.Melihat gadis tersebut hendak menyeberang jalan, Higiri langsung berlari menyeberang jalan, namun mobil masih lalu lalang, bukan waktu untuk menyeberang. Ichigo menarik tangan Higiri, "Apa yang mau kau lakukan, hei!!"Namun Higiri memfokuskan pandangannya ke arah gadis tersebut, sambil menunggu wa
Gadis tersebut berjalan lurus, lalu turun ke sebuah stasiun kereta MRT sambil masih menuntun sepedanya. Higiri mengikutinya. Gadis tersebut terlihat memilih rute tertentu, dan membayar tiket kereta MRT-nya dan berjalan menuju tempat pemberhentian kereta, sambil berdiri. Terdengar beberapa pengumuman stasiun, namun tatapan gadis tersebut tetap kosong. Setelah beberapa menit, sebuah kereta MRT berhenti, gadis tersebut terburu-buru masuk. Higiri tetap mengikutinya juga terburu-buru. Beberapa stasiun lewat, gadis tersebut benar-benar hanya menatap ke bawah, dengan pandangan kosong. Higiri, antara penasaran dan kasihan, apa yang terjadi pada dirinya? Apakah benar gadis ini, Kenta? Kereta MRT tersebut lalu berhenti di sebuah stasiun. Gadis tersebut lalu beranjak turun, lalu melewati tangga naik, lalu keluar dari stasiun kereta MRT. Ia berjalan kaki sendirian sambil menuntun sepedanya. Langkahnya mulai lesu. Melewati beberapa toko, lalu menuju jalan setapak, tibalah ia di sebuah rumah yang
Higiri mendengar percakapan tersebut, ternyata benar, itu gadis yang ia cari selama ini! Jackpot! Namanya Kenta, iya, memang benar, namun kondisinya tidak bagus. Sang gadis ketua yang arogan, menatap Kenta dengan sinis, "Kalau begitu, kau akan kumaafkan, ayo masuk ke dalam kelas, dan jangan lupa, bawakan makan siangku nanti. Jangan lupa!" Para gadis tersebut tertawa dan masuk ke dalam sekolah. Kenta ingin menangis, ia menyeka air matanya yang mulai keluar sedikit, namun semua ia tahan. Ia lalu masuk ke dalam sekolah. Higiri yang berada di ujung jalan, kini perlahan menyadari, bahwa ada yang tidak beres dengan kehidupan Kenta. Ia memutuskan untuk menunggu Kenta selesai sekolah. "Ia masih sama, manis, walaupun badannya kecil dan tidak begitu tinggi. Namun aku yakin, ia punya penderitaan besar. Aku, aku sangat ingin menolongnya. Seorang pembantu? Pesuruh? Apa yang terjadi sebenarnya kepada Kenta selama ini?" Higiri menunggu dan menunggu, bahkan sambil terduduk di jalan itu. Penantiann
Kenta menghela nafas panjang lagi, kali ini ia berhenti berjalan, dan menundukan kepalanya, "Gadis ketua bernama Sato Moe. Ia sangat disukai para siswa di sekolah," jawab Kenta sambil memulai berjalan lagi, dan melanjutkan, "Ketika aku masuk ke sana sejak sekolah dasar, Moe belum ada. Ia masuk sekitar sekolah menengah. Karena keluarganya sangat kaya raya, ia bahkan bisa melakukan perawatan fisik, dan aku waktu itu menganggap ia sangat cantik dengan rambut coklat dan bola mata coklatnya." "Lalu?" tanya Higiri lagi, penasaran. "Aku mengaguminya. Moe membuat sebuah grup, sebuah geng, untuk seluruh gadis di sekolah itu, dan gadis-gadis tersebut menjadikannya ketua. Seluruh gadis yang ikut grupnya, sangat memuja Moe, mungkin karena ia sangat cantik dan kaya raya, ia sering membagikan uang. Waktu itu aku juga mengajukan diri masuk ke grupnya. Namun Moe melihatku sebagai ancaman. Ia mengijinkan aku masuk grupnya, namun, suatu hari, Moe berbisik kepadaku bahwa aku terlalu cantik secara fisik
Moe membuang gunting yang ia pegang, lalu maju ke arah Higiri sambil tersenyum, "Kau sangat tampan. Rupanya murid dari sekolah sebelah. Oke, aku bisa berhenti menyiksa Kenta, namun kau harus menjadi pacarku. Kau tidak cocok bersama Kenta, lihat saja, wajah pembantu, hahaha!" seru Moe sambil tertawa lebar, diikuti tawa gadis-gadis anggota gengnya. Higiri langsung menampar Moe, walaupun penuh amarah, tamparan itu tidak sekeras yang dibayangkan, laku Higiri berucap, "Aku adalah pacarnya Kenta, tidak peduli seburuk apa, aku menyukainya, dan sekali lagi, jika kalian berbuat yang macam-macam kepada Kenta, sehelai rambut saja terancam, aku tidak akan segan kepada kalian!” ucap Higiri dengan wajah penuh amarah, lalu membantu Kenta berdiri, dan menggandeng tangannya, berjalan menjauhi para gadis-gadis brengsek itu, sambil berlari kecil menuju halte bus yang biasa mereka lewati. Namun, di tengah jalan, Kenta menarik tangannya, berhenti berjalan, dan tertunduk. Higiri menatapnya, namun kali ini