Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Mimpi itu datang lagi, selalu mengganggu tanpa henti sampai tidurnya tak pernah nyenyak beberapa tahun ini.Siapa dia yang hanya bisa mengelus dada, mengeluh pun dia salah apalagi berputus asa? Tak ada gunanya. Begini lebih baik, dihantui mimpi-mimpi itu sekali lagi bukanlah hal yang pertama, yang dia mimpikan bukanlah hal baru yang datang mengganggu tidurnya. Itu justru bunga tidur yang membuatnya sadar akan siapa dirinya. Dari mana asalnya dan bagaimana itu terjadi.Dia harus tahu agar mengerti tidak akan mengulang kesalahan yang sama seperti kedua orang tuanya.Karena cinta? Cih, basi! Itu hanya omong kosong yang justru membuat perutnya semakin lapar di tengah malam begini.Dia terbangun untuk ke sekian kalinya setelah puas berselancar dalam dunia mimpi yang selalu datang, mimpi itu tidak akan membuatnya mati. Ya, dia harus kembali mengingat mimpi bertahun-tahun lalu yang hampir membuatnya serasa mau mati.Anak sekecil itu tidak tahu apa-apa, tapi d
Amor selalu bangun pukul lima pagi untuk mencoba membantu Bude Ani mengantar dagangannya ke pasar dan berjualan tempe di langganan biasa. Mereka mengejar jam pagi untuk mendapatkan sedikit rezeki agar tidak ketinggalan pelanggan. Langgan tetap yang menjadi pedagang di pasar, biasanya akan lebih pagi. Memang Bude Ani membuat tempe dan menjualkannya di pasar. Lalu berbelanja untuk kebutuhan kedainya juga dia lakukan sebelum berangkat ke pasar. Kemudian setelah itu, ia jualan sampai pukul sepuluh pagi.Usai berdagang, biasanya Bude Ani mengantarkan pesanan Bu Yanti. Bude Ani dan Bu Yanti adalah teman. Mereka pernah tinggal di panti yang sama.Setelahnya dia akan belanja dan mengantar bahan makanan ke panti. Dulu, sebelum dia berani untuk tinggal sendiri, kira-kira 4 tahun lalu, dia tinggal di panti. Bu Yanti pemilik panti itu menawarkan ikut bersamanya saat masih berumur 11 tahun. Saat itu, ia seorang diri di jalanan. Tengah mengais rezeki demi s
Hari ini kegiatan sekolah masih tentang Ospek yang mengenalkan sekolah dan kegiatan-kegiatannya. Untungnya dia tidak terlambat dan berterima kasih kepada senior yang tadi pagi menegurnya dari lamunan yang membuatnya hampir saja lupa kalau dia sudah berada di sekolah. Yang sayangnya dia tidak tahu siapa nama kakak seniornya itu.Tapi cukuplah dia berterima kasih dalam hati saja. Karena mungkin saja seniornya itu juga belum tentu mau menerima ucapan terima kasihnya. "Eh," kejutnya dengan tidak sengaja,"Kamu tidak apa-apa?" Salah satu senior bertanya,"Tidak kak" lalu pergi,"Eh, tunggu dulu" tahannya, tanpa sengaja memegang lengan Amor yang langsung ditepis begitu saja membuat Si Empunya terkaget, "maaf" kemudian berlalu."Eh, i..ya. maaf juga" ujarnya terbata."Siapa?" Temannya bertanya."Gak tau. Anak baru kali." Mengedikkan bahu tanda tak tahu.Rega yang dari tadi te
Sementara itu, di rumah mewah nan megah terdapat orang-orang yang biasa dengan suasana yang tak pernah biasa. Dulu rumah itu masih tenteram, saat si tuan rumah utama masih ada. Namun, lama-kelamaan banyak yang berubah apalagi Sang Nyonya Besar sudah tiada.Semua berubah, setelah kepergian tuannya pun rumah itu lebih parah. Seperti tak ada kedamaian di dalamnya."Tuan memanggil saya?" tanya Asisten Rumah Tangga itu, menunduk takut-takut."Ya," jawabnya singkat tanpa menoleh ke arahnya."Ada apa , Tuan?""Bagaimana? Apa dia bersekolah di tempat yang sama dengan Riana dan Vicko?""Ya, Tuan. Nona mendapatkan beasiswa dan ibu panti yang menjadi pengasuhnya saat itu membantu membiayai," ujarnya menjelaskan."Baguslah. Setidaknya dia hidup yang layak. Jangan biarkan dia mengacaukan kehidupan kedua anakku yang lain,” imbuhnya.Si asisten pasti berpikir bahwa si tuan sangat kejam tapi sebenarnya dia tahu bahwa tuanny