Alvira mencoba membantu Alea untuk menghubungi pemesan cake ibunya. Tapi hasilnya juga tetap sama nomor yang dituju tidak aktif
“Mungkin belum rezeki kita,” ucap Alea.
“Iya Bu, sabar ya,” sambung Alvira.
Anak dan ibu itu saling berpelukan,”Kamu bawa aja dinas ya, di rumah nanti nggak ada yang makan! Atau kamu kirim aja ke rumah Daffin, gimana?” tanya Alea.
“Ya deh Bu, nanti aku antar, aku mandi dulu ya,” sahut Alvira sambil berjalan meninggalkan Alea yang masih duduk di meja makan.
Alea memandangi paperbag yang berisi cakenya tersebut, selama ia berjualan baru kali ini ia ditipu seperti ini. Sedih! Sudah pasti, tapi Alea mencoba untuk tetap tegar di depan anak-anaknya. Hanya dari berjualan cake tersebut Alea mencukupi kebutuhan hidup dirinya bersama anak-anaknya.
Kartu yang diberikan Alvira dari sang ayah tidak digunakan oleh Alea, Alea masih berusaha untuk mencari uang dengan hasil keringatnya
Setelah sambungan telepon dari mami berakhir, kini ia mengetik sesuatu di ponselnya dan dikirim ke Alvira.Kemudian ia melakukan panggilan kepada Miss Salsa. Tidak terlalu lama Daffin menunggu karena panggilan itu langsung terhubung.“Ada apa ganteng?” Suara dari sebrang sana terdengar langsung di telinga Daffin.“Gua butuh gaun untuk Alvira, buat makan malam keluarga,” sahut Daffin.“Alvira?” Miss Salsa menyebutkan kembali, sambil mengingat orang yang dimaksud Daffin.“Iya, yang waktu gua bawa ke butik, calon istri gua.”Miss Salsa mengangguk, walaupun Daffin tidak dapat melihatnya.“Siapkan dan tolong langsung diantar saja,” pinta Daffin lagi.“Siap ganteng,” sahut Miss Salsa dengan suara kecilnya.“Alamatnya nanti gua kirim,” lanjut Daffin dan langsung mematikan sambungan teleponnya.Kebiasaan Daffin yang suka seenaknya saja jik
Jam istirahat tiba Alvira keluar dari ruang UGD menuju kantin rumah sakit, Alvira ingin mengisi perutnya yang sudah sejak tadi tidak bisa kompromi.Karena saat ini Vita dapat sift pagi membuat Alvira duduk sendiri di kantin rumah sakit. Padahal tadi dirinya diajak dengan para senior untuk makan di kafe sebrang rumah sakit, karena mereka sudah bosan makanan kantin. Namun, Alvira menolak ia memilih untuk makan sendiri di kantin.Saat Alvira menikmati makanannya. Tiba-tiba di depannya berdiri laki-laki yang sudah beberapa minggu ini tidak menampakkan dirinya.“Boleh gabung?” tanyanya saat Alvira menatap wajahnya.Alvira tidak langsung menjawab, ia diam terpaku melihat kehadiran Kevin. Mengingat pertemuan terakhir mereka, Alvira mencium mesra bibir Kevin lebih dulu membuat Alvira saat ini dirundung malu.“Boleh, tidak?” tanya Kevin lagi.“Apa kamu bilang, maaf!” balas Alvira yang sedikit gugup.Jantungn
Alvira sudah melihat Daffin dari jauh, ia pun jalan mendekat ke arah Daffin bersama Kevin. Sesekali Alvira tersenyum menanggapi cerita Kevin.“Maaf aku di jemput nih,” ujar Alvira kepada Kevin.“Ya udah nggak papa lain kali aja,” jawab Kevin.Tadi Alvira menyempatkan diri untuk membesuk nyokapnya Kevin sebentar. Tapi saat Alvira ingin pulang Kevin mengajak Alvira untuk sarapan. Alvira sudah menolak berkali-kali tapi Kevin tetap kekeh ingin mengajaknya bukan sebagai kekasih melainkan sahabat, alasan Kevin terhadap Alvira.Dengan sangat terpaksa Alvira mengangguk. Namun, ternyata Daffin sudah menunggunya dan terpaksa juga Kevin membiarkan Alvira pulang.“Ayo,”ajak Daffin saat Alvira sudah sampai di tempatnya.Daffin berdiri dan berlalu pergi tanpa melihat Kevin yang berada di samping Alvira.“Maaf ya aku duluan,” pamit Alvira yang langsung menyusul Daffin di depan.“Dasar, kit
Alvira menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri, menonton bioskop dengan ganre romantis berharap kisahnya cintanya juga akan romantis. Tapi saat alvira kembali mengingat perjanjian pernikahan harapan itu pupus. Sekitar dua jam ia berada dalam gedung bioskop itu, berbekal popcorn dan minuman hitam bersoda, Alvira begitu menghayati filmnya sehingga ia mengeluarkan air matanya jika adegan dalam film itu sedang bersedih. Setelah selesai alvira keluar gedung dengan mata merah habis menanggisi film yang dibintangi Reza Rahadian dengan Adinia Wirasti, walaupun film itu sudah lama dan berkali-kali dirinya nonton tetap saja Alvira tidak bisa untuk tidak menangis. Alvira memasuki klinik perawatan kecantikan, sekali-kali ia ingin merawat tubuhnya dengan menggunakan uang yang dikirim sang ayah setiap bulannya. Selama ia keluar dari rumah sang ayah, baru kali ini ia kembali melakukan perawatan di salon. Biasanya jangankan melakukan perawatan, uang untuk jajan makannya saja
“Bapak di mana, maaf saya menganggu. Bapak harus ke kantor sekarang, karena ada klien yang datang marah-marah pak,” sahut sang Seketaris.“Memangnya ada apa?”" Ini kan sudah di luar jam kantor!" lanjut Kevin lagi.“Mereka mencari bapak, saya tanya tidak dijawab.”“Saya ke sana sekarang.”Kevin selain mempunyai bisnis agency model ia juga melanjutkan bisnis sang papa. Bisnis properti. Bisnis agencynya hanya bisnis sampingan. Karena dulunya Kevin pernah menjadi model sebuah majalah, tapi itu tidak lama karena sang papa ingin dirinya melanjutkan bisnis yang papanya bangun jadi terpaksa Kevin meninggalkan dunia modelnya.Tapi, semenjak Kevin sudah berhasil menjalankan usaha propertinya, ia mulai mencoba untuk membuka agency model, dan model yang berada di naungannya cukup banyak.“Sorry gua harus ke kantor bokap sekarang,” ucapnya pada Clara sambil membetulkan pakaian yang sudah
Daffin sudah menghubungi Alvira dua kali, karena saat ini Daffin sudah sampai di lokasi, sudah lima belas menit Daffin menunggu tapi Alvira dan keluarganya juga belum datang. “Gimana?” tanya Shela yang sudah mulai gelisah di tempat duduknya. “Sabar mi, mungkin masih di jalan,” sahut Ahmad mencoba untuk menenangkan. Daffin sendiri hanya diam, sambil mengerutu dalam hati akan tindakan Alvira yang terlambat. Sedangkan di rumah, Alvira juga sudah mulai gelisah. Ayah yang diharapkannya untuk datang tapi sampai saat ini juga tidak muncul-muncul bahkan ini sudah lewat tiga puluh menit. “Kita pesan taksi online aja Bu,” ucap Alvira dengan nada lesu. “Iya sayang, kan kasian keluarga Daffin nungguinnya nanti kelamaan,” sahut Alea. Alvira keluar duduk di teras rumah sambil memesan taksi, tapi saat ia ingin memencet tombol pesan sebuah mobil berhenti tepat di depan pagarnya. Alvira tersenyum kala melihat sang ayah keluar dari mobil
Pelayan restoran datang menyajikan makanan pembuka,” ayo makan,” ajak Ahmad.“Kamu tambah sukses aja ya, nggak nyangka yang tadinya hanya bercanda mau besanan eh, akhirnya tercapai juga,” celetuk Arka di sela-sela kunyahannya.“Aku juga nggak tau ternyata Alvira ini anak kamu yang waktu itu ketemu di mall ya,” sahut Ahmad sambil mengingat-ingat lagi pertemuan beberapa tahun yang lalu.Kedua pria paruh baya yang duduk saling berhadapan itu terlibat percakapan yang seru, mengingat masa muda keduanya. Dan keinginan konyol mereka tentang perjodohan anak.“Yang kemarin Alvira kirim cake itu pasti buatan kamu!” seru Shela.“Iya, maaf nggak enak ya?” tanya Alea sedikit lesu.“Kamu gimana sih enak kok,&rdq
Setelah melalui perdebatan yang panjang masalah penentuan tanggal pernikahan Daffin dan Alvira. Kini semua sepakat jika acaranya akan diadakan sepuluh hari mendatang.Daffin dan Alvira hanya bisa menerima keputusan yang telah ditetapkan. Untung saja gaun pernikahan mereka sudah dipesan jauh hari.Semua itu merupakan keinginan dari Shela. Sebenarnya Shela hanya memberikan waktu seminggu saja, tapi Daffin menolak dengan alasan kantor ada sedikit masalah. Awalnya Daffin mau untuk diberikan waktu dua minggu paling cepat tapi lagi-lagi, Shela tidak setuju. Jadi Ahmad ikut bicara diambil lah jalan tengahnya sepuluh hari.Semua pesta diserahkan kepada para orang tua terutama para nyokap. Alvira menolak saat Shela ingin merayakan dengan meriah pernikahan mereka. Daffin juga membujuk agar pestanya digelar dengan sederhana saja. Mereka beralasan jika tidak ingin sang mami kelelahan yang akan berakibat dengan kesehatan maminya.Dengan sangat terpaksa Shela men