Semua Bab Taruhan Dengan Ceo Muda: Bab 31 - Bab 40
49 Bab
Bab 31
Verlyn menoleh ke arah sumber suara dan melihat Kayn sudah berada di belakangnya dan tersenyum."Selamat pagi, Verlyn!" ucap Kayn sembari mengelus pelan kepala Verlyn."Ah–ya.. Selamat pagi juga, Kayn.." balas Verlyn malu.Kayn duduk di kursi sebelah Verlyn dan mulai menyantap sarapan paginya.'Apa dia terbentur sesuatu, semalam? Oh–ya, kami sudah bersepakat untuk terlihat berhubungan baik di depan orang tua kami..' batin Verlyn."Apa yang sedang kau pikirkan, Verlyn?" tanya Kayn pelan."Eh!" Verlyn menggeleng cepat. "Tidak ada, kok."Villian tersenyum melihat sikap Verlyn dan Kayn di depannya lalu beranjak dari kursinya."Ibu akan pergi ke kamar, kalian berbincanglah dengan santai," ujar Villian lembut.Verlyn dan Kayn mengangguk dan Villian melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan."Fyuh.. Baiklah, katakan sejujurnya jika kau tidak mau mengantarku, Kayn. Aku tahu kau jawab seperti itu karena Ibu yang memintamu, kan?" tanya Verlyn sembari menatap ke arah Kayn.Kayn me
Baca selengkapnya
Bab 32
'Kenapa dia lama sekali?' batin Kayn yang sedang berdiri di dekat pintu masuk kamar mandi wanita.Kayn memutuskan untuk memainkan ponselnya sembari menunggu Verlyn keluar dari kamar mandi dan beberapa perempuan di sekitarnya mulai membicarakannya."Pria itu, meskipun sudah menggunakan kacamata hitam dan topi, ketampanannya masih bisa terlihat, ya!""Kenapa kau tidak meminta nomor atau media sosialnya, saja?""Dia tipe aku banget!""Apa dia akan memberikanku nomornya?""Dia sepertinya belum memiliki pasangan, kan?"'Aku benar-benar merasa tidak nyaman!' batin Kayn kesal."Permisi.." ujar seorang wanita berambut kuning panjang dengan bola mata berwarna jingga menghampiri Kayn.Kayn tetap terdiam dan hanya menoleh ke arah wanita itu."Bolehkah kau memberikan nomormu, kepadaku? Mungkin kita bisa dek–""Maaf, aku sudah memiliki kekasih," potong Kayn dingin."Eh! T–tapi kita bisa menjadi teman saja, kan?" ujar wanita itu lagi sedikit gugup.Sebelum Kayn membalas perkataan wanita di depannya
Baca selengkapnya
Bab 33
"Akhirnya–selesai!" ujar Verlyn sembari meregangan tangannya setelah melangkah keluar dari toko perhiasan untuk membeli kalung.Verlyn melihat jam di layar ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 01.34 PM.'Tidak terasa sudah jam segini, saja..' batin Verlyn lalu menoleh ke arah Kayn yang banyak membawa paperbag milik Verlyn dan tersenyum."Kayn, hari ini lumayan–melelahkan, kan? Aku juga merasa sangat lelah sekarang, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum–pulang?" ajak Verlyn."Kau–lelah? Padahal aku yang membawakan banyak paperbag ini!" ujar Kayn kesal.Verlyn terkekeh dan menghampiri Verlyn. "Maafkan, aku! Kemarikan paperbag yang itu, biar aku yang membawanya," ujar Verlyn sembari meraih paperbag di genggaman tangan Kiri Kayn.Kayn menjauhi tangannya dari Verlyn. "Tidak perlu, kau harus banyak istirahat karena kau sedang datang bulan," balas Kayn pelan."E–eh? Kau mengetahui itu dari mana?" tanya Verlyn sedikit terkejut.Kayn menghela napas. "Siapa lagi kalau bukan dari Ibu,"
Baca selengkapnya
Bab 34
"Harap tenang, semuanya! Berikan kesempatan kepada mahasiswa baru ini untuk memperkenalkan dirinya kepada kalian," ujar seorang pria tua dengan rambut putih yang sudah beruban dan menggunakan kacamata. Ruang kelas sunyi dan pria tua itu menganggukkan kepala kepada Verlyn. "Silahkan perkenalkan dirimu, Verlyn," ujar pria itu. "Baik, terima kasih, Pak Gion," balas Verlyn lalu menghela napas panjang sebelum memperkenalkan diri dan tersenyum. "Perkenalkan, nama saya Verlyn Carlveria! Aku berharap bisa berteman dengan Kakak-kakak semuanya, disini!" ujar Verlyn senang Suasana kelas yang awalnya sunyi, tiba-tiba menjadi ribut kembali setelah Verlyn memperkenalkan dirinya. "Kakak?" "Apa maksudnya dia memanggil kita dengan panggilan, itu?" "Kita semua disini rata-rata berumur delapan belas dan sembilan belas, kan?" "Dia seperti masih remaja SMA.." Pria tua di sebelah Verlyn itu menghela napas dan menepuk tangannya sekali, membuat ruang kelas perlahan menjadi kembali sunyi. "Harap t
Baca selengkapnya
Bab 35
'Apa sudah tidak ada kursi lain yang tersisa, untukku?' batin Verlyn setelah tidak menemukan kursi di taman untuk dirinya membaca buku."Aku akan ke kelas saja, sekarang.. Dilasya juga entah pergi, kemana.." gumam Verlyn pelan lalu membalikkan badannya.Di belakangnya sudah ada beberapa orang mahasiswa yang terdiri dari empat orang perempuan dan dua orang laki-laki."Halo, Adik! Namamu Verlyn, kan? Ikut Kakak yuk, sebentar," ujar wanita berambut coklat muda pendek dengan bola mata berwarna kuning tua."Ada apa memangnya, Kak?" tanya Verlyn sopan."Kami hanya ingin belajar bersama saja, kok! Verlyn kan selalu mendapatkan peringkat pertama, disini!" ujar laki-laki berambut jingga dengan bola mata berwarna sama dengan rambutnya."T–tapi, aku–""Sudah, ayo ikut saja!" potong perempuan berambut hijau dengan bola mata berwarna hitam sembari menggenggam tangan Verlyn."Kita mau kemana, Kak? Aku mau kembali ke kelasku, sekarang," ujar Verlyn.Wanita berambut coklat muda itu menoleh dan tersen
Baca selengkapnya
Bab 36
"Verlyn," panggil Kaze sebelum Verlyn melangkah keluar dari rumah. Verlyn menoleh ke arah Kaze. "Ada apa, Ayah?" tanya Verlyn. Kaze beranjak dari sofa dan menghampiri Verlyn. "Ayah tidak tahu apa kau merasa kesulitan di kuliah semester lima di umurmu yang bentar lagi mau menginjak usia delapan belas tahun, ini," ujar Kaze. "Tenang saja, Ayah. Ini juga kemauanku sendiri yang menerima lompat kelas dan kuliah tiga tahun lebih awal dari kebanyakan orang," balas Verlyn. Kaze menghela napas dan mengangguk. "Ayah tahu, tapi jika kau merasa kesulitan, langsung telepon Ayah. Karena Ayah belum memberikanmu apa-apa, setelah kau mulai masuk, kuliah.." "Apa–saja?" tanya Verlyn sembari menatap Kaze serius. Kaze tersenyum dan mengelus pelan kepala Verlyn. "Ayah serius, Verlyn. Apa saja, akan Ayah kabulkan selagi itu berada di dalam kekuasaan, Ayah.." * "Ini–kedua–kalinya.." gumam Verlyn pelan setelah dia kembali di lempar oleh air kotor, telur busuk dan di pukul oleh tongkat baseball
Baca selengkapnya
Bab 37
"Kak Derran!" panggil Verlyn dari kejauhan.Derran menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Verlyn, begitu juga dengan teman-teman Derran di sekitarnya.Setelah sampai di depan Derran, Verlyn mengatur napasnya terlebih dahulu dan menatap serius ke arah Derran."Kak Derran, kita–perlu–bicara–sebentar!" ujar Verlyn sembari ngos-ngosan."Kau kenapa, Verlyn?" tanya Derran.Salah satu teman di sebelahnya menyenggol pelan bahu Derran dan tersenyum."Kau dekat dengannya, Derran?""Wah, kau melupakan Tiffana demi anak ini?""Seleramu sedikit berbeda dari biasanya, Derran..""Aku sangat ingin tahu apa hubungan kalian, sekarang!""Berhentilah, teman-teman!" ujar Derran sedikit berteriak.Derran menghela napas panjang dan kembali menatap Verlyn di depannya. "Apa yang mau kau bicarakan, Verlyn?" tanya Derran."Aku ingin berbincang denganmu saja sebentar, disini," jawab Verlyn pelan.Derran mengangguk pelan. "Baiklah, tunggu sebentar," ujar Derran lalu menoleh ke arah teman-teman yang berada di
Baca selengkapnya
Bab 38
"Sudah merasa lebih baik, Verlyn?" tanya Kayn.Verlyn mengangguk pelan dan melihat hoodie Kayn yang basah karena air mata dan ingusnya saat dia menangis tadi.Verlyn menunduk malu. "Maaf untuk hoodiemu, itu. Aku akan menggantinya," ujar Verlyn pelan."Tidak apa-apa, ini tinggal di cuci kok," balas Kayn santai."Emm.. Baiklah, ngomong-ngomong.." Verlyn menoleh ke arah Kayn."Sekarang jam berapa, Kayn?" tanya Verlyn.Kayn melihat jam di pergelangan tangan kirinya yang berwarna hitam dan waktu menunjukkan pukul 06.07 PM."Jam enam sore," jawab Kayn.Verlyn terdiam sejenak dan kembali menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, Kayn," ujar Verlyn sembari mengepalkan tangannya."Untuk apa? Kau tidak membuat salah sama sekali," balas Kayn."Aku tidak melihat waktu dan malah terus menceritakan masa kuliahku.. Kau juga pasti menjadi tidak suka padaku setelah mendengar ceritaku, kan?" tanya Verlyn sembari tersenyum kecil."Tidak–tuh." Kayn mendekat ke arah Verlyn dan mengelus lembut kepalanya."Merek
Baca selengkapnya
Bab 39
"Aku masih tidak bisa percaya, terjebak di tempat–kencan–romantis seperti ini bersama dengan, Kayn!" ujar Verlyn sembari melihat-lihat pemandangan kota. Kayn memutar bola matanya dan menoleh ke arah Verlyn. "Sudah kubilang, aku mengajakmu kesini bukan–untuk–berkencan!" balas Kayn kesal. "Aku akan tetap menganggap ini kencan–pertama–kita!" ujar Verlyn senang. Kayn tidak membalas perkataan Verlyn dan hendak menelepon Villian untuk memberitahu situasi apa yang sedang mereka berdua hadapi saat ini. Verlyn menoleh ke arah Kayn. "Kau sedang apa, Kayn?" tanya Verlyn. "Aku akan menelepon Ibu dulu untuk memberitahu apa yang sedang menimpa–kita–sekarang," jawab Kayn. "Ah.. Baiklah, aku akan menunggu disini sembari melihat-lihat lagi.." ujar Verlyn. Kayn menekan kontak Villian dan meneleponnya. Panggilan di terima oleh Villian. "Kayn, kau sedang berada–dimana–sekarang?! Verlyn bersamamu, kan?!" Kayn sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya karena sedikit terkejut setelah mendengar ter
Baca selengkapnya
Bab 40
"Saya tahu bahwa hanya ada sedikit kesalahpahaman disini," ujar seorang pria tinggi berseragam polisi di sebelah Tiffana."T–tapi pak, bukankah kotak yang di bawa oleh dia terlihat–sangat–mencurigakan?" ujar Tiffana sembari menunjuk ke arah Verlyn.Verlyn melihat kotak yang ada di genggamannya sekarang. "Ah.. Aku–"Tiffana langsung merebut kotak yang Verlyn genggam dan memberikannya kepada polisi di sebelahnya."Bapak silahkan buka sendiri, jika bukan obat terlarang, lalu apa yang ada di dalam kotak itu sampai dia membungkusnya dengan–sangat–tebal!" ujar Tiffana.Verlyn menoleh ke arah Dilasya yang berada di belakang Tiffana dan tidak berani menatap ke arah Verlyn. 'Ini, mencurigakan..' batin Verlyn."Tenanglah, Tiffana. Tidak baik menuduh teman sekelasmu seperti, itu," ujar Pak Gion."Saya tidak bisa membiarkan universitas milik Ayah saya ini dibuat kacau oleh orang lain, Pak. Saya akan tenang jika sudah tahu apa isi dari kotak, itu!" balas Tiffana lalu melirik sinis ke arah Verlyn.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status