Semua Bab Pesona Istri Bayaran CEO Arogan: Bab 31 - Bab 40
104 Bab
BAB 31 Berat Berpisah
“Apa yang kamu lakukan, Amanda?” Dengan pertanyaan yang sama Ronald bertanya lagi pada wanita bertubuh molek itu. “Aku juga tidak tahu apa yang sedang aku lakukan dan pikirkan sekarang.” Amanda mendekati Ronald dan ikut terpercik air yang menyembur dari shower di atas kepalanya. Tatapannya kosong. Dia sedang bertarung dengan dirinya sendiri. Sekarang dia sudah tidak mungkin untuk mundur lagi. “Jangan katakan kamu tidak sadar dengan yang kamu lakukan sekarang!” Ronald mulai mendekatkan wajahnya perlahan ke leher sampingnya. Dihirupnya aroma tubuh Amanda yang bercampur dengan air shower. “Tentu aku melakukan ini setelah bergumul dengan berbagai macam perasaan yang aku alami.” Serunya. Kedua insan itu melanjutkan hasratnya untuk saling menyecap rasa yang sebelumnya tak pernah mereka bayangkan. ** “Kamu masih kedinginan?” Ronald bersiap-siap untuk berangkat. Amanda tampak masih merasa berat untuk mel
Baca selengkapnya
BAB 32 Sebatas di Bibir
Amanda ingin sekali rasanya ditelan oleh lantai granit yang mengkilap di bawah kakinya sekarang! Malu bukan main. Dia meraba di bagian bawah kemejanya, benar yang dikatakan oleh Simon. Ada beberapa tali yang lepas dan belum dia pasangkan lagi saat tadi bermesraan dengan suaminya. Simon tertawa melihat iparnya yang salah tingkah sekarang. “Percuma saja, Amanda. Daripada kamu semakin menjadi perhatian banyak orang, lebih baik sekarang kamu dan aku segera kembali saja ke mobil.” Usul Simon yang tak bisa berhenti menertawakan wanita yang kebingungan menutup pahanya itu. “Ba-baiklah, Simon.” Niatnya untuk mengantarkan suami dan tergesa-gesa saat berangkat, membuatnya kelupaan memakai celana atau rok bawahan. “Tapi kamu terlihat seksi saat memakainya, aku pikir ukuran yang aku belikan memang pas di kamu!” Simon mengamati Amanda sebisanya dari kursi roda. Jelas saja dia berada di ketinggian yang lebih rendah dari manusia pada umumnya. “Simon, jangan membuatku semakin malu.” Amanda me
Baca selengkapnya
BAB 33 Tanpa Signal
Ronald masih mencoba sekali lagi menekan nomor yang dijadikannya nomor satu di speed dial-nya. Tidak ada respon.Aneh, sejak semalam Amanda tak bisa dihubungi. Setelah dia meninggalkan pesan suara di chat pun dia tak merespon. Aneh, tak pernah sekalipun dia seperti ini."Sarapan dulu, Ronald." Papa menyarankannya untuk segera menyesaikan sajian breakfast yang disediakan oleh panitia. "Keburu dingin..."Masih saja Ronald sibuk dengan handphone yang dipegangnya. Tampak rasa khawatir mendera. Ada apa dengan istri yang baru dia tinggalkan dua hari. Apakah Amanda marah dan sebal karena tidak diajak ke luar negeri? Jika sekarang di Oslo pukul sepuluh pagi berarti di Indonesia sudah jam empat sore. Apa yang membuat istrinya sama sekali tidak memperhatikannya yang jauh di luar negeri?"Amanda tidak merespon dengan panggilan dan chat-ku, Pa. Ada apa ya kira-kira?" gumamnya sembari tangan kanannya memainkan sendok di cangkir
Baca selengkapnya
BAB 34 Claustrophobia Kambuh
"Ronald?" Mamanya menelpon karena lama tak memberikan jawaban. "Kamu tahu sekarang di sini sudah pukul dua pagi. Apa yang kamu lakukan di sana?""Hanya duduk di lobby. Papa bertemu dengan teman-temannya dari Harvard.""Kenapa kamu tidak ikut? Jangan-jangan mantan kekasih Papamu ikut juga?" Mamanya mulai berpikir yang tidak-tidak.Dia ingat bahwa suaminya adalah tokoh yang cukup populer semasa kuliah master dulu. Banyak mahasiswi dari Asia yang berharap bisa menjadi kekasihnya."Ma, itu sudah zaman dulu. Jangan negative thinking gitu lah, Ma! Lagipula Papa hanya berniat untuk memeperluas relasi bisnis. Bukan untuk hal yang aneh-aneh." Ronald cepat-cepat mengingatkan Mamanya agar tidak berburuk sangka.Setiap kali ada hal yang bagi Mamanya tidak wajar akan selalu dituduh macam-macam."Kamu selalu membela Papamu. Selalu mama yang disalahkan. Ini adalah insting seorang istri, Ronald. Tidak asal tuduh saja. Huh." Dia mendengus dan terdengar semakin dongkol.Menyadari bahwa sekarang di Indo
Baca selengkapnya
BAB 35 Ruang Hatimu
Hueeeeek! Hueeeeek!Beberapa kali setelah Ronald mengeluarkan cairan berbau anyir, akhirnya dia berhenti muntah. Catherine yang orangnya sangat bersihan merasa jijik dengan apa yang dia dapatkan dari lelaki yang dia idamkan.Perilaku muntah semacam ini membuat dia tak lagi bernafsu dengan Ronald.Ditariknya tubuh lelaki itu ke kamar mandi. Bahkan dia tak segan-segan mengguyurnya dengan shower."Kamu harus dibersihkan dulu sekarang." Ronald sudah basah kuyup di bawah guyuran air dingin.Tak bisa dibayangkan lagi bagaimana rasanya tubuh kekar itu di cuaca dingin begini, harus berhadapan dengan aliran air dingin yang berasal dari atas kepalanya."Rasakan ini!" Catherine membuka satu per satu kancing baju Ronald agar tidak mengganggu. Tubuh yang awalnya penuh dengan bau alkohol dan bau anyir muntahan, kini sudah sedikit hilang dan berkurang.Tangan Catherine meraih sabun cair dan menggosokkan tangannya ke bagian pundak, leher serta dada lelaki di depannya agar berbau harum."Sekarang kam
Baca selengkapnya
BAB 36 Headline News
Amanda memang seperti seorang yang berkepribadian layaknya buku yang terbuka. Dia mudah dibaca oleh siapapun.Termasuk oleh Simon. Meski dia lebih belakangan kenal dengan wanita itu, tapi Amanda merasa dialah yang lebih mengenalnya daripada Ronald.“Amanda, sekarang tidurlah. Besok di acara outbond, anak-anak harus ditemani oleh ibu masing-masing.” Kata Simon dan kemudian baru menyadari kesalahan kalimatnya. “Ehm, maksudku ditemani oleh anggota keluarganya yang perempuan.”Lalu Amanda tersenyum dan menutup matanya sebelum Simon pergi. Karena jika dia tak melakukannya, Simon tidak akan pernah meninggalkan tendanya.Keesokan harinya, Mila bangun kesiangan. Mungkin karena pengaruh cuaca yang dingin dan suhu benar-benar turun di bandingkan hari-hari sebelumnya.“Tante, semua temanku sudah mandi?” Mila nampak gugup saat melihat semua sudah siap.“Tidak apa-apa. Sekarang kamu bawa perlengkapan mandi saja.
Baca selengkapnya
BAB 37 Berita Panas
Acara outbound selesai lebih awal dari yang direncanakan. Di luar perkiraan, turun hujan yang cukup deras di kawasan pegunungan."Siapa sangka hujan turun di musim kemarau begini ya, Mila." Amanda mencoba menghibur keponakannya yang terlihat murung karena tidak bisa menikmati permainan sampai selesai."Kenapa harus dihentikan? Padahal aku pengen main manjat-manjat tadi, Te!" Rengeknya lagi."Kita tunggu saja nanti kalau sudah reda hujannya nanti baru kita main lagi." Amanda mengatakannya hanya untuk menenangkan keponakannya. Dia tahu kalau mendung yang penuh seperti ini tentu saja hujan akan berlangsung lama."Jam berapa redanya?" Tanya Mila sambil tersedu-sedu. Tangisannya belum bisa berhenti karena sebenarnya dia sangat menyukai main hujan-hujanan juga."Ya kita lihat saja. Semoga tidak lama lagi bisa reda ya?" Tantenya menghibur agar keponakannya tidak terus menerus menangis."Sekarang kita main apa ya enaknya?" kata Amanda untuk mengalihkan perhatian Mila."Tante, kenapa kita ngg
Baca selengkapnya
BAB 38 Foto Hot Suamiku
"Kakak, apa baik-baik saja?" Seorang pelayan toko langsung menghampiri Amanda dan membantu mengumpulkan roti-roti yang berjatuhan.Tangannya masih gemetaran tidak bisa bergerak. Tak dinyana rupanya Ronald memang sama saja dengan playboy super rich lainnya."Iya saya agak kepleset tadi." Jawabnya menutup-nutupi alasan yang sebenarnya.Suara pembaca berita melanjutkan deskripsi singkat tentang sosok berinisial C tadi.[...Nona C ini adalah seorang high quality single lady yang menjadi perbincangan hangat karena dia dikabarkan bukan orang sembarangan. Sementara ini belum bisa dikonfirmasi lebih lanjut karena sedang mengikuti konferens.Tidak dipungkiri ketertarikan di antara keduanya terjadi. Siapa yang tidak kenal dengan Ronald Anderson. Pria berusia tiga puluh lima tahun ini adalah seorang entrepreneur yang kiprahnya di dunia bisnis tidak diragukan lagi....]Amanda mencoba menutup rapat telinganya dari suara pembawa acara itu. Tanpa banyak bicara lagi, segera dia mengeluarkan dompet un
Baca selengkapnya
BAB 39 Malam Pembalasan
Rencana Amanda untuk pulang ke rumah ibunya lagi ia batalkan. Dia bukanlah seorang pengecut yang menggunakan upaya lari dari masalah untuk solusinya.Kali ini dia harus berani dan membuat rencana baru.Mama mertuanya yang terlihat amat menyayanginya rupanya hanyalah sebatas kedok. Orang kaya memang sering dikatakan oleh ibunya bermain dua kaki.Tak pernah tahu ke mana hatinya condong."Amanda, setelah kamu siap, nanti tolong kamu awasi Mila ya? Mama sudah tua, jadi kalau di bandara tentu sulit untuk mengkondisikan dia." Ujarnya ramah seperti biasa.Jika kemarin-kemarin ini terdengar sangat manis, sekarang bagi Amanda terdengar seperti racun yang dibungkus dengan madu."Baik Ma, akan saya jaga dan awasi dia. Mama tenang saja ya?" Dia memastikan tidak ada yang berubah dan tidak ada yang perlu dicurigai."Oke, barang-barangmu sudah dibawa ke bawah semua?" Mertuanya menanyakan soal koper dan bawaan lain.Terdengar begitu perhatian dan sangat baik. Jika Amanda tidak menguping pembicaraan d
Baca selengkapnya
BAB 40 Erangan Malam
"Amanda, tak kusangka kamu akan melakukan hal semacam ini. Kamu memang wanita murahan dan rendahan!" Kalimat sumpah serapah dan makian terdengar jelas di telinga Amanda sekarang.Terlebih dia melihat langsung ekspresi Ronald yang tak bisa ditutup-tutupi lagi. Matanya melotot dan nafasnya mulai berjarak semakin pendek.Berhasil. Akhirnya dia merasakan apa yang dirasakan oleh dirinya kemarin."Ronald, dengarkan dulu penjelasanku." Amanda pura-pura ketakutan dan pura-pura takut kehilangan."Tidak perlu. Aku sudah tahu wanita macam apa kamu sekarang! Kamu hanya haus kasih sayang laki-laki. Baru aku tinggal seminggu lebih, kamu sudah berbuat mesum dengan kakakku. Menjijikkan!" Umpatan Ronald sama sekali tidak membuat Amanda marah apalagi naik pitam.Dia menghadapi reaksi itu dengan santai dan tenang meski mata dan wajahnya dia buat sesedih mungkin."Maafkan aku, Ronald. Aku... aku bukan istri yang baik. Sebaiknya memang aku mundur dari pernikahan ini!" Ucapnya sambil menangis sesenggukan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status