Semua Bab Video Syur yang Ditonton Putriku: Bab 31 - Bab 40
74 Bab
Part 31
"Makanya kalau jalan itu hati-hati, Mbak Pelakor!" ucap Rika tanpa rasa bersalah sama sekali. Awas saja kamu nanti. Akan kugoda suami kamu, supaya kamu juga menjadi janda seperti Ambar. Biar geng arisan ini berubah nama menjadi geng janda."Masih berani juga kamu menampakkan wajah di depan kami, Devi?" Kini Rianti angkat bicara, menatap sengit ke arahku, padahal antara aku dan dia tidak pernah memiliki masalah apa pun. Lebih tepatnya belum dimulai, karena sebentar lagi aku juga akan menggoda suaminya."Pelakor mana punya malu Mbak Rianti," celetuk salah seorang dari mereka ikut menimpali.Aku menatap satu per satu wajah mereka, ingin melihat tawa terakhir wanita-wanita sombong itu sebelum nantinya mereka akan menangis meraung-raung ketika ditinggal oleh suaminya."Huhhhhh!!" Aku mengepal tangan dengan erat ketika mereka dengan kompak meneriakiku saat melangkah menjauh. Rasa dendam kian membara dalam dada, dan aku berjanji kepada diri sen
Baca selengkapnya
Part 32
Mulut Andika terlihat komat-kamit sambil menatap cangkir yang ada di tangannya, dan tidak lama kemudian dia melemparnya ke lantai sambil mengucap istighfar berkali-kali.Air teh yang aku suguhkan tadi mendadak berubah menjadi cairan berwarna merah dan berbau busuk, membuat laki-laki tampan yang sedang aku incar itu langsung membekap mulut menahan mual."Apa yang kamu lakukan terhadap saya? Kamu ini pegawai baru di sini, akan tetapi sudah berani memberikan minuman seperti itu kepada saya!" sengit Andika seraya menunjuk wajahku."Itu juga yang dia lakukan kepada Haris, sampai-sampai laki-laki itu lupa kepada keluarganya. Dia itu pemujaan iblis. Dia bersekutu dengan setan untuk mendapatkan apa yang diinginkan!" timpal Roy tidak kalah sengit.Aku segera beringsut menjauh, berlari meninggalkan ruangan Andika karena takut kedua pria itu menangkapku dan berbuat hal yang tidak diinginkan.Sialan. Kenapa musti ketahuan sih? Belum juga mulai perang
Baca selengkapnya
Part 33
"Devi, Dev! Keluar kamu. Kalau tidak, aku akan menghancurkan mobil baru kamu!" Aku terkesiap dan langsung membuka mata ketika mendengar suara nyaring Mas Bayu menggebrak-gebrak jendela kamar utama.Tubuh terasa gemetar karena sedang asik tidur tetapi malah dikejutkan oleh suara pria tidak tahu diri itu."Devi, aku tahu kamu ada di dalam. Buka pintunya, atau aku hancurkan mobil baru kamu!" ancamnya lagi.Aku mendengkus kesal sambil menyibak selimut yang menutupi tubuh, lalu turun dari tempat peraduan dan keluar dari kamar menemui Mas Bayu yang sudah terlihat begitu marah.Plak!!Tanpa basa-basi sebuah tamparan mendarat di pipi kiri. Mas Bayu langsung mendorongku masuk, mencengkram erat rahang ini seperti biasa dengan sorot amarah menyala-nyala di mata.Entah, sebenarnya terbuat dari apa hati lelaki ini, sehingga dia bisa begitu kejam kepada perempuan yang selalu memberi dia makan juga kemewahan. Sikapnya tidak pernah lembut sama s
Baca selengkapnya
Part 34
"Kenapa wajah kamu tiba-tiba pucat seperti itu, Dev. Memangnya ada yang salah? Apa kamu alergi pisang?" tanya Andika sambil terus menatap wajahku."E--enggak, Pak. Memangnya Mbak Rianti bikin bolu ini pake pisang apa?" Aku balik bertanya."Saya mana tahu, Dev. Tadi dia cuma nyuruh saya bawa bolu ini ke kantor, tapi pas di jalan tiba-tiba inget sama kamu. Nggak tahu rasanya pengen melipir ke sini saja gitu. Makanya saya langsung menghubungi Prima, menanyakan alamat rumah kamu dan menyuruh dia melihatnya di CV yang kamu berikan saat melamar pekerjaan kemarin."Aku tersenyum senang mendengarnya. Ternyata walaupun dia belum sempat meminum air yang aku suguhkan, tetapi dia sudah terpesona dengan kecantikan yang terpancar dari wajahku. Ini adalah awal yang baik, dan sepertinya sebentar lagi Andika akan jatuh ke dalam pelukan."Kalau begitu saya buatkan teh dulu, Pak. Tunggu sebentar ya?" Aku beranjak bangun, akan tetapi Andika mencegah dan malah pamit pulang."Next time saja. Saya lagi ada
Baca selengkapnya
Part 35
Sudah lebih dari satu pekan aku terus merasa kepanasan seperti ada yang terbakar. Sudah meminta bantuan kepada Meta, tetapi dia tidak bisa membantu mencari solusi. Ke rumah Mbah Suro pun orangnya entah kemana rimbanya. Tumben sekali dia tidak ada di tempat praktik, sebab biasanya laki-laki tua itu tidak pernah pergi kemana-mana.Duh, mana sekarang wajahku juga mulai ditumbuhi jerawat pula. Harus didempul habis-habisan kalau begini jadinya."Devi, kamu lagi ngapain di sini?" Aku langsung menoleh ketika mendengar suara berat seorang laki-laki.Prima melekuk senyum seperti saat pertama bertemu, membuat hati ini berdebar tidak karuan, apalagi ketika tanpa sengaja pandangan kami saling bertaut. Ini kali pertamanya aku merasakan perasaan seperti ini, dan sepertinya aku mulai jatuh cinta kepada pria di hadapanku."Lho, kok ditanya malah bengong? Kamu baik-baik saja kan?" Dia kembali bertanya."Oh, aku hanya kaget saja bisa bertemu dengan Mas di
Baca selengkapnya
Part 36
Menyalakan shower, mengguyur cairan tersebut lalu menyabuninya hingga terasa kesat, akan tetapi aromanya tidak juga pergi meski sudah hampir satu botol sabun cair aku habiskan.Astaga... Sebenarnya ada apa? Apa mungkin aku tertular penyakit kelamin, atau, karena aku melakukan hubungan dengan Prima atas dasar cinta?Meta pernah memperingatkan kalau aku harus menghindari itu, akan tetapi aku benar-benar khilaf dan terbuai oleh suasana, hingga tanpa kusadari sampai melakukan sejauh itu dengan Prima, laki-laki yang mulai mengisi kekosongan hati.Duh, bagaimana ini?Aku harus kembali ke rumah Mbah Suro dan meminta dia mengobati serta menghentikan ini. Aku tidak mungkin terus menerus menahan bau dari tubuh, juga mengeluarkan cairan aneh nan menjijikkan. Bagaimana nanti jika tiba-tiba Andika datang dan ingin mencumbu? Bagaimana juga jika Prima mengajak berkencan sedang keadaan diri sedang seperti ini.Arghh...!!Tuhan memang t
Baca selengkapnya
Part 37
Sudah hampir satu bulan aku menderita penyakit aneh seperti ini. Uang di dalam rekening juga sudah mulai menipis, sedangkan Prima, laki-laki yang katanya begitu mencintai aku mendadak menghilang tanpa jejak, dan nomer ponselnya tidak dapat lagi dihubungi.Hanya Mas Bayu yang masih rajin berkunjung, dan itu pun hanya kala membutuhkan uang saja.Aku bagai manusia terbuang. Merana sendiri juga terasing dalam sepi. Ingin rasanya mengakhiri hidup, akan tetapi berkali-kali melakukannya tetapi nyawa ini tidak jua mau lepas dari raga, seolah Tuhan tengah mempermainkan aku dan memberiku hukuman secara berlebihan atas sedikit kesalahan yang aku perbuat.Tuhan terlalu berlebihan kepadaku, dan selalu mendatangkan ribuan cobaan tanpa ada akhirnya.***Sudah tidak tahan dengan rasa nyeri di area inti juga panas di sekujur tubuh, aku memutuskan untuk mendatangi dokter spesialis kelamin untuk memeriksakan keadaan.Tetapi bukannya kabar
Baca selengkapnya
Part 38
Aku mengambil napas dalam-dalam. Sebenarnya kasihan juga mendengarnya. Tetapi biarlah. Itu jalan yang sudah diambil juga dipilih oleh dia. Coba saja dulu masih bisa menahan godaan, memperkuat iman dan tidak berani bermain api sampai berbuat zina. Mungkin hidupnya tidak akan blangsak seperti ini. Sebab berzina itu selain memutus rezeki juga membuat hidupnya tidak pernah barokah."Ngelamun lagi?" Mas Roy mengetuk-ngetuk meja menggunakan ujung telunjuk."Apa sekarang Devi sudah tidak bersama Mas Haris?" "Dia kabur bawa uang perusahaan dan lagi berusaha mendekati Andika, tetapi sebelum dia beraksi sudah ketahuan.""Iya, tadi Mbak Rianti cerita sama aku.""Bu Rianti dari sini?"Aku menjawab dengan anggukan."Devi itu mainnya pelet, Mbak. Makanya Haris jadi tergila-gila sama dia!""Itu karena dia juga lemah iman. Coba kalau imannya kuat, pasti tidak akan mudah kena gendam
Baca selengkapnya
Part 39
Apa ini, Bang?" tanyaku seraya berjalan menghampiri remaja yang beberapa hari lagi usianya genap delapan belas tahun itu, menatap bekas luka yang sudah mulai sembuh kemudian menatap wajah Azriel menuntut jawaban sebenar-benarnya."Ini juga perbuatan Pak Haris. Dia menikam saya hanya gara-gara menegur pelakornya!" ungkap si sulung membuat diri ini menggeleng tidak percaya.Mas Haris tega berbuat sekejam itu kepada anak kandungnya?Astaghfirullahaladzim...Aku benar-benar tidak menyangka, hanya karena cinta sesaat dia bisa berbuat seperti itu. Azriel itu darah dagingnya. Orang yang seharusnya mati-matian dilindungi, ini malah berusaha dilenyapkan hanya karena membela orang yang baru dikenal. Keterlaluan.Aku tidak bisa memaafkan kesalahan Mas Haris yang satu ini. Keyakinanku untuk mengakhiri pernikahan kami semakin mantap melihat bukti yang terpampang di depan mata."Azriel, tolong maafin Papa. Papa melakukan itu tanpa se
Baca selengkapnya
Part 40
Lamat-lamat terdengar suara sang muazin mengumandangkan shalawat tarkhim di masjid terdekat. Aku segera turun dari tempat tidur, mengayunkan kaki menuju kamar mandi lalu membasuh tubuh dan membangunkan Azriel untuk melaksanakan ibadah wajib dua rakaat di masjid terdekat, supaya dia terbiasa melakukan shalat berjamaah dan tidak bermalas-malasan untuk melakukan ibadah.Belum juga aku mengangkat tangan mengetuk pintu biliknya, Azriel sudah terlebih dahulu keluar mengenakan sarung serta koko lengan pendek berwarna hitam, persis seperti yang dikenakan Mas Haris ketika terakhir berada di rumah ini dan mau melakukan ibadah wajib.Tertegun aku memandang wajahnya yang sama persis seperti sang ayah. Bagai pinang dibelah dua, hampir mirip menyerupai Mas Haris."Kenapa Mama liatin Abang terus? Abang ganteng ya?" selorohnya membuat aku tertawa, akan tetapi entah mengapa sudut netra malah memburaikan air mata."Ganteng, tampan dan soleh. Mama bangga sama Abang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status