Semua Bab Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya : Bab 21 - Bab 30
54 Bab
Bab 21. Perhatian
Jarum jam terus berputar dengan detik yang kian berlalu, mengejar dari waktu ke waktu. Sudah sebulan Nayyara belajar memperdalam ilmu agamanya, dan sekarang gadis berwajah teduh itu sudah bisa membaca Alquran berkat Umi Syafanah yang mengajarinya tanpa lelah dan juga penuh kesabaranJika biasanya Nayyara akan ikut andil membantu dalam hal mengembangkan usahanya. Kini, ia hanya perlu mengawasi dengan sesekali berkunjung, sepenuhnya ia serahkan pada Salwa dan juga Zahira untuk mengajari pekerja baru yang mereka rekrut. Saat ini, Nayyara sedang menghabiskan waktunya di rumah Alzena atas permintaan Umi Syafanah. Wanita paruh baya itu merasa senang setiap Nayyara berkunjung kerumahnya, ia merasa seperti memiliki anak perempuan lainnya, setelah Alzena"Umi, Nayya bantuin ya" ucap Nayyara menghampiri wanita berusia senja itu yang sedang sibuk menyirami sayur-sayuran hijau yang berada di halaman belakang"Boleh, tapi bukannya tadi lagi belajar fiqih sama Zena? Udah selesai?" tanya umi Syafan
Baca selengkapnya
Bab 22. Tersenyum dalam duka
Arga masih menatap pria didepannya dengan penuh curiga. Sedangkan pria itu dengan santainya memasang wajah datar seperti tidak pernah terjadi apa-apa"Kali ini apa lagi?" tanya Yazdan setelah beberapa saat mengabaikan tatapan mata Arga"Sejak kapan kamu mulai mengkhawatirkan seorang wanita?" ucap Arga masih dengan tatapan yang sama"Sejak dulu, salah satunya kedua wanita yang sangat aku cintai di rumah"jawab Yazdan dengan entengnya"Itu aku tahu, maksud aku, wanita yang baru saja kamu kenal baru-baru ini" "Aku mengkhawatirkan nya, sebab aku lihat dia memang benar-benar terlihat kelelahan. Aku sudah selesai" kata Yazdan sembari berdiri meninggalkan Arga, sebelum kembali melayangkan pertanyaan-pertanyaan lainnyaMalam ini Nayyara pulang sedikit terlambat, sebab keadaan toko hari ini memang sangat ramai. Bahkan lebih dari biasanya, Nayyara menelusuri jalanan yang tampak masih ramai dengan beberapa pengendara yang masih melintas, Nayyara memilih pulang dengan berjalan kaki karena jarak a
Baca selengkapnya
Bab 23. Ingat dikala susah, lupa dikala senang
Nayyara terus berlari membelah jalanan, pandangan matanya sudah mulai memburam. Namun Nayyara tetap berusaha untuk tetap bertahan. Ia tidak ingin tertangkap lagi, sungguh Nayyara sangat tidak inginDari arah yang berlawanan, Nayyara melihat sebuah mobil yang akan melintas melewatinya. Nayyara berlari ke tengah jalan dengan membentangkan kedua tangannya, Nayyara butuh bantuan saat ini, ia sudah sangat-sangat tidak sanggup lagi bahkan sekadar untuk melangkahkan kakinya saja rasanya sudah sangat sulit untuk ia gerakkanBrukkNayyara pingsan bertepatan dengan mobil yang berhenti tiba-tiba di depannya"Astaghfirullah apa itu? Aku seperti melihat seseorang tadi" ucap pria yang sedang mengemudi itu"Aku juga melihatnya, sebaiknya kita turun untuk melihatnya secara langsung" timpal pria yang di sampingnyaKedua pria itu turun dari mobil dan melihat pemandangan yang sangat membuat mereka terkejut"Astaghfirullah" ucap mereka serentak serta mengalihkan sejenak pandangan mereka ketempat lainPri
Baca selengkapnya
Bab 24. Perihal jodoh
Bab 24Nayyara berada di gedung putih yang sangat mewah dan juga luas. Dinding-dinding nya di hiasi oleh kaligrafi-kaligrafi yang indah, beberapa orang ramai mengenakan pakaian yang serba putih memandangi dirinya"Apakah aku sudah mati? Apa sekarang aku berada di surga?" pertanyaan demi pertanyaan muncul di benaknya dengan terus mengintai sekeliling nyaSeorang wanita paruh baya mendekati dirinya dengan membawa sesuatu di tangannya. Wajah itu bersih, kedua matanya tampak sangat indah suaranya jernih dan begitu fasih melantunkan ayat-ayat yang tidak asing di telinga Nayyara. Wanita itu meraih tangan Nayyara dan membawanya ketempat yang di kelilingi wanita-wanita yang serupa dengannya. Wajah itu sedemikian anggun dan mempesona, wajah yang segar serta menebarkan kebahagiaan bagi yang melihatnya. Nayyara duduk di tengah-tengah mereka yang sedang melantunkan ayat-ayat penuh dengan kerinduan itu, ayat-ayat suci Al-Qur'an menggema di seluruh penjuru ruangan itu, bahkan Nayyara sendiri tidak
Baca selengkapnya
Bab 25. Mengambil hati
Senyum lebar langsung terukir di wajah gadis berkerudung putih itu. Hatinya begitu senang mendengar keputusan sahabatnya untuk selangkah lebih baik dan lebih memperbaiki diri, ia selalu senang bisa berbagi ilmu dan apapun itu untuk sahabat yang begitu di sayangi nya"Kita sama-sama belajar ya Nay, InsyaAllah segala niat baik, akan di permudah Allah," ucap Alzena haru"Jangan bosan-bosan mengajari aku ya Al, dan tetap mau menjadi sahabat terbaik aku" Nayyara berujar pelan sembari menggenggam tangan sahabatnya itu"InsyaAllah, sahabat sampai Jannah-Nya."Hidayah itu bisa datangnya dari mana saja. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata."Tiga pintu masuknya hidayah, dari apa yang didengar dengan telinganya, yang di lihatnya dari matanya dan yang di pahami nya dengan hatinya."Dengan hati yang berdebar dan juga gugup yang bersamaan, Nayyara berusaha untuk menormalkan semua sembari menarik napas berkali-kali. Perempuan itu sedang menatap dirinya di sebuah kaca yang berukuran besar di depannya, p
Baca selengkapnya
Bab 26. Sosok seorang Yazdan
Nayyara menghembuskan nafasnya pelan, ia selalu tidak suka sifat Zio yang selalu memaksakan kehendaknya. Bukannya tidak tahu terimakasih, hanya saja terkadang Nayyara merasa risih jika penolakannya selalu di abaikan Di sisi lain, seorang pria sedang memperhatikan wajah Nayyara yang tampak tidak semangat mengikuti langkah kaki pria yang berada di depannya. Ia mengenali pria itu, pandangan matanya menelusuri setiap gerak-gerik Nayyara yang terlihat memaksakan senyumnya"Udah cukup Zio, aku bisa sendiri, justru aku merasa sangat tidak nyaman jika di perhatikan banyak orang begini. Please, biarkan aku bekerja sendiri," ucap Nayyara mengambil alih pekerjaannya"Nay, aku ingin membantu kamu, biar pekerjaannya cepat terselesaikan" tolak Zio masih dengan sifat pemaksanyaLagi-lagi pria itu mengabaikan penolakan Nayyara, padahal ia sudah berulangkali mengatakan bahwa ia lebih nyaman bila bekerja sendiri. Lagi pula itu sudah menjadi tanggung jawabnya, namun pria seperti tidak memperdulikan itu
Baca selengkapnya
Bab 27. Anak yang salah
Pagi itu kembali terdengar suara gaduh di rumah yang tampak mewah itu, pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi antara ibu dan juga anak gadisnya itu. Siapa lagi kalau bukan Fania dan juga Rania, mereka berpikir dengan kepergian Nayyara akan membuat kehidupan mereka akan lebih bahagia. Namun, yang terlihat keluarga itu justru semakin jauh dari kata harmonis."Apa-apaan kamu Rania? Mana bisa pernikahan di percepat sesuai keinginan kamu sendiri? Kamu tahu sendiri kalau saat ini Faris masih berada di luar negeri dan apa kamu lupa? Saat itu kamu sendiri yang tidak ingin pernikahan di lakukan dengan terburu-buru, lalu apa sekarang? Kamu pikir bisa semudah itu untuk mengatur segala halnya?" Ucap Fania sudah merasa jengah dengan Rania yang akhir-akhir ini selalu menguji kesabarannya"Pokoknya aku tidak mau tau. Bunda dan juga ayah harus bisa membujuk kak Faris untuk mengikuti kemauan aku, aku ingin menikah di akhir bulan ini, titik!" Bentak Rania dengan menatap tajam ke arah Fania, lagi
Baca selengkapnya
Bab 28. Punguk merindukan bulan
Senyum lebar tiada hentinya terukir di wajah pria yang sedang memperhatikan Nayyara dari balik jendela kaca yang menjadi pembatas antara dirinya dengan gadis yang terlihat sangat bahagia itu. Siang itu, toko milik Nayyara mengadakan sebuah Bazaar untuk memperkenalkan berbagai jenis kue baru yang akan mereka tambahkan menjadi salah satu jenis kue yang akan mereka jual."Awas keram itu bibir, kelamaan senyum," celetuk Arga tiba-tiba saja Namun, seakan tidak peduli dengan apa yang di katakan Arga, pria itu masih dengan senyum lebarnya memperhatikan pemandangan yang indah meski tidak lagi berada di tempat wisata.Arga mengikuti arah pandang sahabatnya itu, melihat ke seorang wanita yang beberapa waktu ini selalu menyita perhatian Yazdan. Padahal biasanya pria itu akan tampak dingin dan juga acuh pada setiap wanita yang mendekati atau yang ia kenal sekalipun, tapi berbeda dengan Nayyara, bersikap acuh bukan berarti tidak peduli, hanya saja ada sesuatu yang berbeda setiap kali pria itu men
Baca selengkapnya
Bab 29. Tempat tersendiri
Pagi itu, matahari bersinar terik, cahayanya benar-benar menyinari seluruh bumi dengan cerahnya. Nayyara telah rapi dengan pakaian muslimah nya, hari ini ia akan pergi menemani Alzena dan juga umi Syafanah untuk berkunjung ke panti asuhan yang setiap tiga bulan sekali akan mereka kunjungi di kota BandungAwalnya Nayyara menolak ajakan itu karena tidak enak hati meninggalkan toko yang saat ini sedang ramai-ramainya. Namun karena Salwa dan juga Zahira tidak keberatan dengan kepergian Nayyara selama tiga hari di Bandung itu, membuatnya menerima ajakan Alzena dengan sangat senang hati. Sebab, sebenarnya Nayyara juga ingin sekali berbagi kepada anak-anak yatim yang memiliki kehidupan tidak jauh berbeda dengannya"Ya Allah Al, kamu mau kemana bawa baju sekoper begitu? Mau menetap di sana?" Tanya Nayyara melihat barang bawaan Alzena yang begitu banyaknya"Di Bandung itu dingin loh Nay, jadi harus membawa persediaan baju tebal yang banyak," jawab Alzena memasukkan kopernya ke dalam bagasi mob
Baca selengkapnya
Bab 30. Mengagumi dalam diam
Untuk beberapa saat, hanya ada sunyi yang menemani kebersamaan mereka di waktu senja yang indah itu. Masing-masing degup jantung mereka serasa sedang berlari maraton berpuluh-puluh meter jauhnya, Nayyara menggenggam tangannya berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tidak jauh berbeda dengan laki-laki yang tidak jauh darinya itu, sebisa mungkin ia menahan degup jantungnya yang kian bertalu dengan sangat cepat "Kamu....""Bang Yazdan..."Tadinya mereka saling diam, tiba bersuara di waktu yang bersamaan pula. Semakin menambah kecanggungan antara mereka, padahal biasanya sebelum menyadari perasaannya masing-masing. Kedua orang itu tampak biasa saja, tapi kenapa sekarang jadi berbeda."Kamu saja lebih dulu," ucap Yazdan berusaha mencairkan suasana di antara mereka"Ah, anu, itu, saya lupa mau bertanya apa tadi," kata Nayyara segera memalingkan wajahnya, sungguh rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari sana saking malunyaTanpa sadar, Yazdan terkekeh melihat raut wajah Nayyara yang tampak m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status