Semua Bab SEBATAS ISTRI FIGURAN: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
21. Ketakutan Rian
."Mbak, bukan yang itu maksud aku! Aku hanya tak ingin mbak semakin menderita. Sudah cukup penyesalanku karena mbak menderita demi aku, sekarang aku gak mau lagi, Mbak! Aku gak ingin diriku semakin menyesal karena aku melihat mbak kesusahan menjalani peran sebagai singgle parent. Aku ingin mbak menemukan kebahagiaan mbak yang lain,""Bayi ini, bayi ini kebahagiaan mbak, Re. Selain kamu, bayi ini yang menjadi penyemangat mbak. Jangan ungkit masa lalu. Jangan pernah ada penyesalan, karena mbak melakukan itu sesuai dengan keinginan mbak, itu murni kemauan mbak sendiri, Re. Tolong jangan tolak kehadiran keponakanmu ini, Re!" perlahan tubuhnya merosot hingga Hilmi terduduk di lantai.Terdengar suara tangis di balik pintu. Rian merasa serba salah. Ia meraup wajahnya dengan kasar. Ia tak ingin mbaknya terbebani dengan mengurus bayi seorang diri, tapi ia juga tak ingin Hilmi sedih karena pendapatnya itu."Mbak menyayanginya, Re, sungguh! Mbak tak ingin kehilangan untuk yang ketiga kali. Suda
Baca selengkapnya
22. Prahara di Pasar
Pada akhirnya ummi Zakia menemani Hilmi berbelanja sampai selesai. Sedangkan Zidan sudah bermuka masam sejak ummi Zakia memutuskan untuk menemani Hilmi belanja dan enggan pulang. Entah kenapa Zidan merasa kurang menyukai Hilmi. Hanya melihat penampilan Hilmi yang tak menggunakan hijab, Zidan merasa keluargany tak pantas berakrab ria dengan Hilmi."Eh, Ummi Zakia. Mau belanja apa?" tanya pedagang sayuran yang mengenal ummi Zakia."Ini lagi nemenin mbak Hilmi," jawab Ummi Zakia sambil menunjuk Hilmi yang ada di sampingnya."Walah, ini Eneng yang sering belanja sayur ke saya, ya? Ini siapanya, Ummi? Apa calonnya mas Zidan?" ternyata ibu itu juga lumayan mengenali Hilmi yang memang kalau belanja sayur selalu kepada ibu tersebut."Ya, nggak mungkinlah, Dah. Mana mungkin calon mantunya ummi nggak berhijab gitu. Iya kan, Mi?" sela pedangan lainnya yang berada disebelah Bu Hamidah."Bener tuh, Mas Ridwan saja istrinya anak Kiai. Masak iya Mas Zidan calon istrinya kayak gitu!" pedagang sebelah
Baca selengkapnya
23. Jatuh Pingsan
'Puk' sebuah pukulan mendarat di bahu Zidan setelah selesai berbicara. Ia menatap sang ummi hendak protes, "apaan sih, Mi, kok Zidan di pukul?""Kamu tuh ngomong kok sembarangan! Hilmi itu sudah punya suami, sudah bercerai juga, tapi waktu cerai mungkin belum ketahuan kalau hamil. Ibu itu mertuanya mungkin,""Di cerai karena ketahuan selingkuh pastinya itu. Dan anak itu pasti anak selingkuhannya, tapi minta tanggung jawabnya ke suami. Dasar wanita sekarang!""Duuhhh, sakit, Ummi!" pukulan kembali mendarat di bahu Zidan, tapi kali lebih keras dari yang pertama.Ummi Zakia sungguh tak habis pikir dengan pikiran negatif yang ada di otak anaknya. Bagaimana bisa Zidan berpikir sebegitu negatifnya terhadap wanita yang bahkan baru hari bertemu dengannya."Kamu kok makin buruk sih omongannya! Ummi dan Abah gak pernah ngajarin kamu untuk negatif thinking pada orang lain, apalagi pada wanita yang seharusnya di muliakan. Selama sebulanan ini ummi mengenal mbak Hilmi, tak sekalipun ummi menemukan
Baca selengkapnya
24. Pendarahan
Semua heboh melihat Hilmi yang tiba-tiba pingsan. Kompor dimatikan, aktifitas semua berhenti karena pingsannya Hilmi. Ada yang benar-benar khawatir hingga heboh, ada yang hanya sebatas melihat dan berlalu lagi. Ada juga yang tak peduli sama sekali, walau hanya sekedar melihat kondisinya saat ini. Hilmi di gotong oleh beberapa ibu-ibu dan di baringkan di atas tikar yang sudah di gelar di lantai ruang tengah.Ummi Zakia mengambil minyak kayu putih yang ada di dalam kamarnya lalu mengoleskan di perut Hilmi serta bagian bawah hidungnya. Ada yang mengipas Hilmi, Ada juga yang memijat kaki Hilmi. Ada pula sebagian yang melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda.Hampir satu jam, Hilmi tak jua sadarkan diri membuat yang ada di sana semakin khawatir, apalagi kondisi Hilmi saat ini sedang hamil muda. Mereka takut terjadi apa-apa pada kandungan wanita yang sudah tak punya suami tersebut."Bagaimana ini, Ummi?" tanya Bu Rahmi yang sedari tadi menemani ummi Zakia yang menunggui kesadaran Hil
Baca selengkapnya
25. Tegang
"Ma, kenapa mama tegang begitu? Siapa yang menelpon?""Fan, ah, nggak nggak. Gak papa!"Hampir saja mama Agni keceplosan mengatakan tentang Hilmi."Ma, mama kenapa sih? Sekarang mama kayak yang cemas gitu, tapi bilangnya gak apa-apa,"Arfan merasa ada yang disembunyikan oleh mama Agni. Dia paham betul bagaimana sifat dan karakter dari wanita yang sudah melahirkan nya itu.Sedangkan mama Agni hatinya diliputi kebimbangan. Dia ingin melihat keadaan Hilmi secara langsung, tapi disisi lain, saat ini mama Agni sedang bersiap untuk menghadiri pesta ulang tahun perusahaan milik Arfan."Ma, ada apa?" tanya Fika yang turut memerhatikan gelagat tak biasa pada mertuanya tersebut."Gak apa-apa. Oh, ya, kalian berangkat duluan saja, mama masih ada urusan.""Satu jam lagi udah mulai loh, Ma. Tolong jujur pada Arfan, siapa yang menelpon mama dan apa yang dia katakan sehingga mama langsung cemas seperti itu.""Nggak, gak ada apa-apa. Tadi, teman mama, Jeng Imah menelpon katanya dia tak bisa menghadir
Baca selengkapnya
26. Cerita Dari Rian
"Kenapa bisa separah itu? Apakah Hilmi terjatuh atau ketabrak atau apa?""Tidak, Bu. Tadi pagi kan Hilmi membantu saya masak untuk acara pengajian mingguan. mbak Hilmi sudah tak mengerjakan yang berat-berat, karena semua ibu-ibu melarang. Tiba-tiba siang tadi mbak Hilmi keringetan parah dan wajahnya pucat sekali, lalu pingsan. Saat pingsan kami berusaha menyadarkan mbak Hilmi dengan mengolesi minyak kayu putih, tapi sejam lebih gak sadarkan diri, membuat kami panik hingga akhirnya memutuskan membawa mbak Hilmi ke rumah sakit. Tiba-tiba di perjalanan ada darah merembes dari jalan lahirnya," jelas Umi Zakia kepada mama Agni yang menghembuskan nafas dengan berat."Tuhan, selamatkan cucuku." gumamnya."Ma, tolong jelaskan semua ini!" pinta Arfan dengan menatap dalam kedua netra mama Agni."Apa yang perlu mama jelaskan Arfan, bukankah sudah jelas kalau anak yang di kandung Hilmi itu cucu mama yang membuat mama berada disini saat ini.""Apakah itu artinya, bayi yang di kandung Hilmi anakku?
Baca selengkapnya
27. Hati Yang Tak Tenang
Ada rasa tak terima di hati Zidan saat mendengar kalau Hilmi mencari Arfan, lelaki yang menurutnya sudah mencampakkan Hilmi. Namun, dia juga tak berharap kalau dirinya yang di cari oleh wanita yang tengah terbaring lemah di ruang ICU sana."Umi, sebaiknya kita pulang dulu saja, Abah pasti sudah menunggu dari tadi," ajaknya kepada sang ibu."Bagaimana dengan Hilmi, Zidan?""Umi, sudah ada mereka yang menjaga dan menunggui Hilmi. Besok Zidan antarkan umi ke sini lagi," ujarnya sambil menunjuk Rian dan mama Agni yang menunggu di depan ruang ICU."Baiklah, umi mau pamitan dulu sama mereka.""Zidan keluarin mobil dulu dari parkiran,""Iya."Pemuda yang usianya hampir tiga puluh tahun itu pun berlalu meninggalkan ruang tunggu. Meskipun hatinya menolak keras untuk pergi, karena rasa khawatir yang begitu besar akan wanita yang bukan siapa-siapa bagi dirinya, akan wanita yang sempat di bencinya karena sudah dianggap merebut semua perhatian uminya dari dirinya. Moodnya sedang tidak baik-baik sa
Baca selengkapnya
28. Janji Arfan
"Ya, aku ada di sini, untukmu dan calon anak kita." Jawab Arfan dengan senyum yang mengembang di wajahnya.Hilmi terbelalak mendengan penuturan Arfan, "Kamu sudah tahu tentangnya?" Tanyanya dengan ragu."Ya aku tahu. Kamu tenang saja, jangan berpikir yang macam-macam dulu. Kamu harus fokus pada kesembuhan kamu agar anak kita bisa berkembang dengan baik di rahim kamu." Kata Arfan yang mengerti akan ketakutan Hilmi. Dokter datang dan mulai memeriksa kondisi Hilmi. Alhamdulillah, kondisinya sudah lebih baik dari siang tadi dan itu berkat kedatangan Arfan meskipun ketika Arfan datang dan menggenggam tangan Hilmi saat di ruang ICU, wanita itu tetap tak sadarkan diri, tapi Hilmi sudah tak memanggil nama Arfan lagi seolah merasakan kehadiran lelaki yang merupakan ayah kandung dari janin yang ada di perutnya. Selesai memeriksa Hilmi, dokter kembali ke ruangannya, sedangkan Arfan ia sibuk menanyakan Hilmi ingin makan apa dan menanyakan apa yang dirasakan oleh wanita itu.Hilmi senang Arfan ad
Baca selengkapnya
29. Ajakan tinggal bersama mama Agni
Di lain tempat, tepatnya di sebuah rumah mewah yang ada di kawasan perumahan elit tampak seorang perempuan sedang berkutat di dapur ditemani seorang art dan seorang anak laki-laki yang duduk anteng di kursi dekat bar dapur."Selesai!!" serunya senang setelah berhasil memindahkan masakan yang ada di wajan ke dalam kotak tupperware dan meletakkan di atas meja."Hoyeee! Mama, kita jadi 'kan yang au ke kantoy papa?" Rico, dengan suara cadelnya berbicara dengan begitu antusias saat melihat masakan yang di masak sang mama sudah masak. Bocah itu begitu bersemangat karena akan bertemu dengan sang papa. Arfan yang beberapa hari ini begitu sibuk bahkan Taka dan waktu bermain dengan Rico, membuat bocah itu begitu merindukan Arfan."Jadi dong, Sayang. Sekarang Rico mandi dulu biar wangi nanti saat papa cium Rico. Oke?""Oce, Mamaaa!" Seru Rico dengan penuh semangatKini Rico tampak semakin tampan dengan setelannya yang cassual. Celana jeans selutut di padukan dengan Hem kotak-kotak berwana merah
Baca selengkapnya
30. Firasat Seorang Istri
"Ngelamunin apa toh, Le?"Zidan terperanjat saat sebuah tepukan hinggap di bahunya. Dia yang sejak tadi duduk di teras depan rumah. Kopi dan bakwan yang semula masih mengepulkan asap, kini sudah tak lagi. Dingin dan berampas adalah kondisi gorengan serta kopi yang tak disentuh sama sekali oleh Zidan."Eh, Ummi. Ngagetin ajah tahu nggak!""Ah, kamu ini. Padahal Ummi hanya menepuk pelan loh punggung kamu. Kamunya ajah yang melamun hingga tak menyadari kehadiran Ummi. Bahkan kopi dan bakwan rasanya juga tidak kamu sadari kalau sudah pada dingin." ujar Ummi Zakia seraya duduk di kursi yang ada di seberang tempat duduk Zidan."Ih, siapa yang melamun sih, Ummi. Aku hanya melihat burung yang beterbangan itu. Andai aku bisa terbang, tentu aku sudah membawa Ummi ....""Halah kamu ini, ada ajah buat ngelesnya!"Zidan hanya menggaruk dahinya yang tak gatal. Kemudian dia meraih cangkir yang berisi kopi dan meneguknya, Zidan terkejut karena kopinya sudah sangat dingin tak ada hangat-hangatnya sama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status