Semua Bab Pesona Ibu Susu Anakku: Bab 31 - Bab 40
111 Bab
31. Selingkuh dengan Jenny
Merasa kesal karena panggilannya terus menerus tak mendapat jawaban, bahkan sudah lima kali dilakukan—akhirnya Bima memutuskan untuk pergi ke rumah Lily. Dia yakin, pasti Soraya pergi membawa anak mereka ke sana. Namun, sebelum sampai tujuan, Bima menelepon Budi terlebih dahulu. Untuk meminta bantuan padanya perihal Jenny. "Halo, Pak, selamat malam." "Malam, Bud. Tolong kamu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan Jenny." "Melaporkan Jenny?!" Budi terdengar seperti kaget. "Lho ... kenapa Jenny dilaporkan ke polisi segala, Pak? Apa salahnya?" "Jenny nggak salah apa-apa, Bud. Yang aku inginkan kamu melaporkan dia karena hilang. Si Jenny hilang, Bud, dia nggak pulang ke rumah," jelas Bima begitu cemas. "Kok bisa, si Jenny hilang? Awalnya gimana, Pak?" Budi terdengar ikutan cemas. "Aku nggak tau awalnya gimana, tapi yang jelas hari ini Jenny izin pulang lebih awal di sekolahnya. S
Baca selengkapnya
32. Sama-sama Istriku
"Aku sama sekali nggak berselingkuh dengan Jenny, Bun!" Bima membantah ucapan sang Bunda."Sudah jelas kamu tadi bilang mencintai Jenny, Bim!" sentak Erwin. "Ditambah Raya juga mengatakan kalau kamu sempat pergi keluar bersamanya.""Memang kamu pernah melihatku pergi bersama Jenny secara langsung, Ray?" Bima menatap nanar istrinya yang sejak tadi membungkam. Geram sekali rasanya dia di interogasi begini, padahal sejak tadi Bima begitu sangat mencemaskan Jenny."Melihat langsung sih nggak pernah, tapi aku pernah mendengar langsung ada suara Jenny saat aku menelepon Mas Bima," sahut Soraya yang baru bersuara."Oohh ... jadi masalah kemarin-kemarin kamu masih ingin membahasnya, ya? Oke ... aku jujur, aku memang saat itu bersama Jenny. Dan sekarang beritahu di mana Jenny, Ray! Kamu pasti tau dengan hilangnya Jenny!""Jenny sudah aku pecat, Mas! Jadi Mas nggak perlu mencari Jenny lagi."Bima sontak membelalakkan mata. "Apa kamu bilang
Baca selengkapnya
33. Kangen Nona Kaila
"Jenny itu istriku!!" tegasnya. Padahal Bima sudah ada niat ingin mengatakan nanti, setelah dia berhasil menemukan Jenny. Tapi karena terbawa suasana dan emosi, jadilah Bima mengatakan jujur sekarang. "Dan maaf ... aku nggak bisa menghadiri acara pernikahan Mama!" Bima langsung mematikan telepon. Malas lama-lama bicara, yang ada jadi bertengkar.*"Apa tadi, Ma?? Mas Bima bilang Jenny istrinya??" Diseberang sana, Soraya tampak terkejut mendengar apa yang Bima katakan. Jantungnya juga menjadi berdegup kencang."Pasti si Bima hanya ngasal bicara itu, Ray." Lily sendiri terlihat tak percaya, lagian tak ada bukti juga menurutnya. Apalagi Bima mengatakannya dengan keadaan emosi."Kalau misalkan beneran ternyata diam-diam dia sudah menikah gimana, Ma?" Soraya merasa takut jika itu benar. Takut juga kalau suaminya itu lebih memilih Jenny ketimbang dirinya.Lily menggeleng. "Enggak mungkin sih, Ray. Lagian nggak ada buktinya juga, kan?"
Baca selengkapnya
34. Selingkuhan istriku
Seperti biasa di malam hari Bima mengendarai mobilnya, berkeliling Jakarta dengan perasaan frustrasi dan bingung. Dia mencari Jenny, yang sampai saat ini belum ada informasi tentang keberadaannya. Di tengah pencariannya, ponselnya tiba-tiba berdering, memecah keheningan. Panggilan itu datang dari Aldi, salah satu anak buahnya. "Pak Bima, ini Aldi. Saya... saya punya berita tentang Bu Soraya," ucap Aldi dari seberang sana. "Ada apa? Apa yang terjadi?""Bu Soraya ... dia terlihat masuk ke sebuah hotel dengan seorang pria. Saya dan Ali mengikuti mereka dan ... mereka masuk ke salah satu kamar hotel bersama-sama." Berita itu seperti pukulan telak bagi Bima. Dia merasa seolah-olah udara di paru-parunya hilang.Segera, Bima pun meminggirkan posisi mobilnya lalu mematikan mesin mobil. Kalau dilanjutkan untuk mengemudi, dia takut akan terjadi kecelakaan. "A-apa? kamu yakin, Aldi? Apa kamu yakin itu Soraya?" tanya Bima
Baca selengkapnya
35. Sudah cukup
"Pak! Sudah cukup, Pak!" Ali segera meraih lengan Bima untuk menghentikannya menyerang Billy lebih lanjut. Billy tergeletak tak sadarkan diri setelah dipukuli habis-habisan oleh Bima. Wajahnya memar dan bengkak. "Ikat dia, Ali, Di," ujar Bima sambil mencoba mengatur napasnya dan meredakan ketegangan di wajahnya. "Kemudian bawa dia pergi dengan kalian dan pastikan dia mengakui apa yang telah dia lakukan bersama Raya, sebelum kita bertiga sampai disini." "Baik, Pak," jawab Ali dan Aldi serempak sambil menganggukkan kepala. Setelah itu, Bima membersihkan wajahnya dengan air dan meninggalkan tempat kejadian. Bima merasa perlu untuk segera pulang dan besoknya dia berencana akan menghadap pengadilan. Niat awalnya untuk mencari Jenny sepertinya tidak akan terlaksana malam ini.***"Mama... ini gawat!!" Soraya berteriak begitu dia tiba di rumah Mamanya.Niatnya lebih memilih datang ke sini karena dia ingi
Baca selengkapnya
36. Adiknya Soraya
"Kita harus ke sana besok, Yang. Kita harus segera menemukan adiknya Raya," kata Lily dengan suara penuh tekad. "Iya, Yang." Lukman mengangguk setuju. "Besok pagi kita langsung pergi ke sana, aku juga sudah mendapatkan alamatnya." Namun, Lily tampak ragu. "Tapi, Yang ... aku minta, kamu jangan kasih tau Raya, ya, soal ini. Takutnya Raya nggak setuju," pintanya. "Kenapa musti dirahasiakan? Bukannya kata kamu ... Raya itu tau, kalau dia selama ini punya adik?" Lukman terlihat bingung. "Iya, dia memang tau, Yang. Tapi Raya nggak pernah suka sama adiknya, itulah alasan mengapa aku menitipkan adiknya Raya ke panti asuhan dari semenjak dia lahir." Lily menghela napas, seolah berat untuk menceritakannya. 18 tahun yang lalu, Lily melahirkan seorang bayi perempuan, adik dari Soraya.Namun, bayi itu adalah hasil hubungan gelapnya dengan sopir pribadi almarhum suaminya. Saat suaminya mengetahui perselingkuhan tersebut dan meragukan bay
Baca selengkapnya
37. Orang yang dulu telah memperkosaku
"Ada apa, Jen? Siapa yang datang?" tanya Sri yang menyusul keluar mendekati Jenny."Om Lukman!!" Jenny tiba-tiba menyeru dengan keterkejutannya, mana kala dia melihat Lukman baru saja turun dari mobil dan melangkah mendekati Lily. "Ngapain Om ada di sini? Apa Om mengejarku sampai ke sini?" tambahnya berteriak dengan guncangan kemarahan.Rupanya, Lukman suami baru Lily adalah Lukman yang sama, yang telah merenggut kesucian Jenny.Pria itu juga terlihat terkejut saat bertemu dengan Jenny. Tapi ada sedikit berbunga-bunga di dalam dada."Jenny, apa-apaan kamu! Nggak usah sok akrab dengan suamiku, ya! Dan bicaralah dengan sopan!!" Lily berteriak dengan mata melotot. Mendengar nada suara Jenny yang cukup melengking, seketika membuat darahnya mendidih.Jenny langsung menarik tangan Sri, membawanya masuk ke dalam rumah panti dan membanting pintu itu dengan kasar.Brakkk!!Tentulah hal tersebut mengundang tanda tanya besar dibenak Lily, yang sepertinya harus ditanyakan kepada suami barunya."Ta
Baca selengkapnya
38. Hubungan terlarang
Setelah menempuh waktu satu jam setengah berkendara, Bima pun akhirnya sampai di kota Bekasi.Bima menghentikan mobilnya didekat jembatan, karena dia melihat mobil Budi di sana. Selain itu, Budi juga memang sudah meminta titik temu mereka di sana."Sore Pak Bima," sapa Budi sambil membukakan pintu mobil untuk Bima."Sore juga, Bud. Di mana Jenny? Apa kamu sudah bertemu dengannya?" Bima langsung turun dari mobil dan melihat sekeliling, mencari keberadaan Jenny."Saya belum bertemu dengan Jenny, Pak.""Lho... kok belum bertemu??" Bima terlihat heran pada asistennya. "Tadi saat telepon ... kamu bilang Jenny ada di Bekasi, kan? Apa kamu membohongiku, Bud?""Enggak, Pak, saya enggak membohongi Bapak," sangkal Budi dengan gelengan kepala. "Maaf, izinkan saya menjelaskan dulu, Pak, supaya nggak ada kesalahpahaman.""Jadi ... tadi pagi saat saya baru saja sampai di Bekasi, saya langsung bertanya kepada beberapa orang di sekitar sini. Dan ternyata ada yang tahu tentang Jenny, dia mengatakan pe
Baca selengkapnya
39. Kerjasama
""Bu ... apakah di antara kalian ada yang pernah melihat gadis ini di sekitar sini?"Bima bertanya sambil menunjukkan foto Jenny di ponselnya, kepada sekelompok ibu-ibu yang sedang berkumpul di depan sebuah rumah.Setelah mengantar Budi ke bengkel mobil, dia dan Budi langsung berkeliling mencari informasi tentang Jenny.Kelima ibu-ibu itu langsung memerhatikan foto tersebut dengan seksama dan penuh antusiasme. Beberapa dari mereka menggelengkan kepala, sementara yang lain tampaknya tidak yakin."Saya rasa, saya pernah melihatnya," kata salah satu ibu, "tapi itu sudah beberapa hari yang lalu.""Ibu melihatnya? Di mana?""Saya lupa, Pak. Saya juga hanya melihatnya selewatan saja.""Oohh... gitu." Bima merengut lesu. Namun meskipun kecewa, dia mengucapkan terima kasih dan melanjutkan pencariannya.Dia tahu dia tidak boleh menyerah. Jenny perlu ditemukan, dan dia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menemukannya."Bagaimana, Bud?" tanya Bima saat Budi melangkah menghampirinya. Pr
Baca selengkapnya
40. Firasat buruk
"Kamu kenapa, Jen??" tanya Sri, yang baru saja memasuki ruangan, menatap wajah Jenny dengan ekspresi penasaran dan kening yang berkerut. "Aku ingin masak mie, Bu... Rasanya pasti enak makan mie di cuaca dingin seperti ini. Tapi sayang, stok mie kita ternyata sudah habis," jawab Jenny dengan nada sedikit kecewa. "Eh, benarkah, Jen?" Sri tampak terkejut, lalu dia bergegas untuk memeriksa lemari dapur. Niatnya ke dapur kebetulan juga untuk mengajak Jenny memasak mie. "Iya, Bu." "Ya sudah, Ibu akan membelinya dulu ke toko sembako. Kamu mau mie rasa apa? Cek telur juga, mungkin sudah habis, nanti Ibu bisa beli sekalian." "Telur masih ada di kulkas, Bu. Tapi, biar aku saja yang pergi membeli. Kan aku yang mau masak mie." "Ibu juga mau masak mie, Jen. Jadi, biar Ibu saja yang pergi membeli, ya?" "Ih, jangan, Bu!" Jenny menolak dengan tegas. "Biar aku s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status