Semua Bab Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Bab 351 - Bab 360
365 Bab
Sebuah keluarga?
"Papa?" Silvia mengulang perkataan Adam tanpa sadar.Adam merasa dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Dia menatap Melinda, mencari dukungan dalam matanya. Melinda tersenyum lembut, tangannya menyentuh lengan Adam dengan lembut sebagai tanda dukungan."Silvia, Sayang, kamu tahu Adam dan aku sudah bertunangan," ujar Melinda dengan suara lembut, mencoba menjelaskan dengan penuh pengertian."Ya, kita sudah menjadi sebuah keluarga," imbuh Adam.Silvia mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Ya, tapi kadang-kadang aku merindukan Papa," ucapnya dengan suara yang terputus-putus.Adam merasa getaran emosi yang mendalam di hatinya. Dia memeluk Silvia lebih erat, mencoba menyampaikan kehangatan dan kebersamaan yang mereka miliki."Kamu tidak sendirian, Nak. Meskipun mungkin aku tidak bisa melakukan sebaik yang bisa dilakukan Afgan, kita akan selalu memiliki satu sama lain," ucap Adam dengan suara yang penuh kasih, mencoba menenangkan Silvia y
Baca selengkapnya
Muncul sebagai pahlawan
Melinda merasa gelisah saat dia duduk sendirian di ruang tamu, menunggu dengan harapan bahwa Adam akan segera pulang. Waktu terus berlalu, tetapi Adam masih belum juga muncul. Rasa cemasnya semakin membesar.Makanan sudah mulai dingin. Melinda segera memerintahkan agar makanan diantar kepada Silvia di kamarnya. Dia tidak ingin putrinya sakit karena terlambat makanan."Sudah berapa lama dia pergi?" gumam Melinda dalam hatinya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Perutnya sendiri mulai terasa lapar.Silvia juga mulai merasakan kegelisahan. Selesai makan, dia keluar untuk mengecek keadaan."Papa Adam belum pulang juga," gumamnya dengan suara kecil.Dia melihat ibunya yang gelisah dan mencoba menghibur dengan lembut. "Mungkin Papa Adam harus bekerja lembur, Mom. Dia pasti akan pulang segera."Namun, ketenangan itu tidak mampu meredakan kekhawatiran Melinda. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan dan spekulasi tentang keberadaan Adam. Apak
Baca selengkapnya
Keberhasilan Adam
"Melinda?" Adam langsung menyapa dengan merangkul pinggang wanita itu dan memberikan kecupan kecil di keningnya."Bagaimana kamu bisa berada di sini?" tanyanya dengan wajah lugu."Aku mengkhawatirkanmu, Sayang. Aku sudah mendengar semuanya dan bersikeras membantumu."Adam tersenyum puas melihat reaksi Melinda. Dia merasa bangga melihat Melinda bersikap begitu berani dan percaya diri dalam menghadapi situasi yang rumit ini. Dia tahu bahwa Melinda akan menyerah kepadanya, siap untuk menghadapi setiap tantangan yang muncul di depan mereka."A-apa maksudmu? Tapi bukankah ini bertentangan dengan keinginanmu?" tanya Adam. Pria itu bersikap sangat khawatir saat ini."Jangaan, Mel ... ini tidak sesuai dengan kehendakmu," lanjut Adam sambil memijit keningnya."Tidak apa-apa, aku tidak ingin melihat orang yang kucintai terlibat dalam keadaan sulit, aku membutuhkanmu supaya tetap kuat dan menjadi pelindung bagi keluarga kami," ucap Melinda dengan mata
Baca selengkapnya
Hati yang hancur
Melinda dan Silvia masih berada di rumah, menunggu dengan penuh harap kedatangan Adam untuk makan malam bersama.Mereka berdua telah berdandan dengan cantik, memakai gaun yang elegan, dan duduk di ruang tamu.Namun, jam terus berlalu dan Adam tidak kunjung muncul. Ketika Melinda melihat jam di dinding menunjukkan pukul delapan, dia mulai merasa cemas.Sudah terlambat satu jam dari janji mereka dan Adam masih belum juga muncul. Melinda mencoba menghubungi ponsel Adam, namun tidak ada jawaban. Rasa kesal mulai menyelimuti hatinya."Sudah pukul delapan, Silvia. Sepertinya kita harus membatalkan makan malam ini," ucap Melinda dengan suara yang terdengar kecewa.Silvia mengangguk paham, namun wajahnya tampak kecewa. "Tapi, Mama, aku sudah sangat berharap untuk makan malam bersama Papa  Adam," keluh Silvia dengan suara kecil.Melihat ekspresi kecewa Silvia, Melinda merasa semakin kesal. Dia tidak bisa memahami mengapa Adam tidak memberi tahu
Baca selengkapnya
Nomor yang diblokir!
Sementara di dalam kantornya, Adam sudah selesai bekerja, dengan jarinya yang panjang dan terlihat indah, pria itu melihat foto-foto kebersamaan dia dengan Melinda dan Silvia.Satu persatu foto tersebut dihapus dengan senyuman yang licik di balik wajahnya yang tampan.Tiba-tiba sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.[Mengapa kamu tidak datang? Apakah kamu sedang mempermainkanku?]Adam mengernyitkan alisnya, menatap tajam ke arah ponsel yang masih juga menerima beberapa pesan dari nomor yang sama.Adam menebak bahwa Melinda sedang melakukan 'spam' dengan menggunakan nomor lain.[Adam, mengapa kamu memblokir nomorku?][Adam, apakah yang kita alami selama ini hanya sebuah ilusi?][Balaslah pesanku, Adam. Hubungi aku!]Belum sempat Adam bereaksi, nomor tersebut sudah memanggil kembali. Layar ponsel yang berkedip membuat Adam mengernyitkan alisnya."Wanita gila!" serunya lalu mematikan daya listrik pada ponselnya secara total.Adam mendengkus lalu merebahkan kepalanya ke sandara
Baca selengkapnya
Masalah mulai mengunjungi Melinda
Melinda mulai sadar bahwa Adam sudah menipu dan memanfaatkan dirinya. Segala kenangan indah yang pernah mereka bagikan terasa seperti sebuah sandiwara yang direkayasa. Hatinya terasa hancur, dipenuhi oleh rasa sakit dan amarah yang mendalam.Dengan langkah gemetar, Melinda memasuki rumahnya. Setiap sudut ruangan mengingatkannya pada saat-saat bahagia yang kini terasa palsu. Foto-foto mereka bersama, bunga-bunga yang pernah Adam berikan, semua itu terasa seperti sebuah pertunjukan yang direkam untuk tujuan yang tidak jelas."Berani sekali dia mempermainkanku." Suara Melinda terdengar parau dan bergetar. Dia menahan tangisan karena merasa dirinya harus tetap kuat.Baru saja dia mencoba duduk di sofa, bel pintu berbunyi. Melinda buru-buru bangkit berdiri dan membuka pintu dengan semangat, mengharapkan ada Adam di balik pintu, namun ternyata beberapa pria yang bertampang sangar."Siapa ya?" tanya Melinda dengan heran, tetapi salah seorang pria sudah langsung
Baca selengkapnya
Aku harus membalas dendam
"Maaf, Nyonya Melinda. Kami hendak memberitahukan bahwa bahan  material bangunan yang dipesan atas nama Melinda i-care sudah jatuh tempo. Sejumlah satu Milyar!"Hatinya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia berutang sebanyak itu atas sebuah proyek bangunan?"S-saya tidak pernah memesan apa pun," sahut Melinda dengan suara terputus-putus. Melinda berusaha memeriksa ingatannya, mencari-cari jejak apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini, tetapi tidak ada yang muncul. Rasanya seperti terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar."Maaf, saya tidak yakin tentang hutang ini," ucap Melinda dengan suara gemetar, mencoba menutupi kepanikannya."Seseorang bernama Tuan Adam yang mengurus semuanya," sahut penagih hutang dengan nada tajam. "Dan dia menyatakan bahwa Anda bertanggung jawab atas pembayarannya. Bukankah semua material itu dikirim kepada Melinda i-care?"Melinda menelan salivanya yang terasa pahit, merasa seakan-akan dunianya runtuh sek
Baca selengkapnya
Paket misterius
Bel pintu berbunyi, membuyarkan lamunannya yang dalam. Melinda menghela napas dalam-dalam, merenggangkan otot-ototnya yang tegang, lalu beranjak menuju pintu dengan langkah gontai. Dia menghirup udara dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuka pintu."Siapa ya yang datang sekarang?" gumamnya pelan.Dengan ragu, ia membuka pintu dan dihadapkan pada seorang pria pengantar paket yang tersenyum ramah di depannya. Paket besar berwarna cokelat muda tergeletak di depan kakinya."Maaf mengganggu, Ma'am. Ini paket untuk Anda," kata pria itu sambil menyodorkan sebuah formulir pengiriman.Melinda mengangguk, mengambil formulir tersebut, dan menandatangani dengan cepat. Pikirannya masih melayang-layang antara rasa penasaran dan kekhawatiran.Pria pengantar itu kemudian menyerahkan paket tersebut kepadanya dengan senyuman hangat sebelum bergegas pergi. Melinda menutup pintu dan kembali ke dalam rumah dengan paket besar yang terasa begitu misterius di tangannya.Dengan hati-hati, ia memb
Baca selengkapnya
Hari yang ditentukan
Setelah sampai di sana, Melinda langsung berpura-pura bertanya, mencari informasi, namun tidak ada yang mengetahui acara lain selain acara baseball yang memang setiap akhir pekan dilaksanakan di sana."Besok yang bertanding adalah group banteng dengan group singa. Apakah Anda ingin membeli tiket?"  tanya petugas tanpa mencurigai apa pun.Wajah dan reaksinya datar, bahkan dia malas untuk melihat ke arah orang yang menanyakan tiket."Baik, terima kasih, aku sudah punya tiket masuk," sahut Melinda lalu bergerak keluar meninggalkan gedung.Malam harinya, wanita itu tidak bisa tidur. Sama sekali tidak bisa memberi istirahat kepada matanya yang sudah lelah.Sesekali dia mematut dirinya di depan cermin dengan memegang gaun yang indah.Keesokan harinya, Melinda terbangun dengan mata yang terasa berat di bawah kelopaknya. Goresan-goresan hitam di sekitar matanya menandakan betapa dalamnya tidur yang dia alami."Mama?" Silvia masuk ke kama
Baca selengkapnya
Yayasan apa?
Melinda merenggangkan lehernya, mencoba untuk melihat lebih jelas ke arah panggung yang sedang disiapkan di tengah lapangan.Ia merasa detak jantungnya semakin kencang seiring dengan lama menunggu. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu dengan penuh harap.Adam Offel, telah memberinya petunjuk bahwa hari ini akan menjadi salah satu yang tak terlupakan. Dia ingin memberikan kesempatan kedua kepada pria itu.Dengan gaun pengantin yang indah melilit tubuhnya, Melinda merasa seperti sang ratu yang siap menerima mahkota kebahagiaan. Tetapi, di tengah kerumunan, ia tidak melihat bayangan Adam yang diharapkannya. Ketidakpastian mulai merayap di dalam pikirannya.Melinda duduk di kursi yang sudah disediakan khusus untuknya. Menyaksikan pertandingan dengan perasaan tidak menentu.Tiba-tiba, lampu-lampu sorot mulai menyala, dan kerumunan berbisik-bisik dengan kegembiraan yang menggelora. Melinda merasakan kegelisahan memenuhi dadanya ketika seseorang mel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
323334353637
DMCA.com Protection Status