All Chapters of Mengejar Cinta Om Alan: Chapter 11 - Chapter 20
87 Chapters
Chapter 11 - Kau Bersedih?
Pukul satu dini hari Alan sudah berada di depan rumah sewa Kimberly. Kost-kost an yang tak ubahnya seperti rumah susun itu memiliki lima lantai. Kimberly tinggal di lantai 3. Setiap kamar memiliki balkon kecil yang menghadap ke jalan.Sudah sejak 30 menit yang lalu Alan berdiri di depan pintu gerbang rumah sewa itu. Pintu gerbangnya tak terlalu tinggi, jadi setiap orang yang tengah bersantai di atas balkon bisa melihat siapa saja yang melintas di depan pintu gerbang rumah sewa itu.Naina masih terjaga meski waktu hampir pagi. Matanya tak mau terpejam mengingat apa yang Kimberly ceritakan siang tadi di Cafe."Gadis seperti Kimberly saja tak dianggap oleh ibunya Borne, apalagi.... aaah... bicara apa aku ini."Naina mengusir pikiran jauhnya. Menggapai seorang Borne adalah sebuah mimpi yang terlalu tinggi. Meski ia tak dapat menampik, semenjak Borne menawarkan diri untuk melindunginya saat sekolah dulu, gadis itu merasa ada perasaan istimewa di hatinya terhadap Borne, namun Naina cukup ta
Read more
Chapter 12 - Dia mencintaimu, Kim!
"Om? Om? Om Alan..""Hh?"Alan tersentak saat sadar kegiatannya mengamati bibir ranum sang keponakan membuat dirinya tampak bodoh. Beberapa detik yang lalu Kimberly memanggil manggil namanya, saat Alan masih terfokus pada bibir kecil nan ranum itu. Seruan Kimberly saat menyebut namanya membuat Alan gemas dan tak ingin cepat-cepat menyahut. Gerakan bibir gadis itu saat bicara dengannya adalah salah satu daya pikat yang membuat hati pria itu berdesir entah sejak kapan, ia pun tak tahu. "Kau kenapa? Kagum dengan kecantikanku, hm?"Kimberly mulai menampakkan tingkah randomnya, berlagak sok cantik di depan Alan yang membuat pria itu tak kuasa mengulum senyum tipis yang hendak ia tahan."Dasar gadis yang terlalu percaya diri!"Lagi, Alan kembali mentoyor kening keponakannya dan langsung membuang wajahnya ke lain arah. Pria itu hanya tak mau Kimberly melihat wajah salah tingkahnya."Iiish.. dasar tak sopan!" gerutu Kimberly.Lampu di taman itu cukup terang untuk melihat wajah masing-masing.
Read more
Chapter 13 - Menjauhlah Dari Puteriku
Matahari sudah berada di ufuk timur, Alan kini masih memegang kepalanya yang terasa pening akibat tak tidur semalaman. Alih-alih kembali ke mansionnya, Alan justeru meminta sopir mengantarnya ke gedung Satou Group, cabang perusahaannya yang baru berjalan dua tahun belakangan. Pria itu masih terduduk di kursi kebesarannya tanpa berniat memeriksa berkas-berkas yang tergeletak di meja. Sejak sampai di kantornya, Alan masih terus terngiang ungkapan cinta dari mulut Kimberly."Dasar gadis bodoh! Mudah sekali mengatakan cinta pada laki-laki. Awas saja kalau kau juga mudah mengatakan cinta pada pria lain, Kim! Akan kupatahkan lehermu!"Alan terus saja bergumam untuk sekedar meluapkan rasa gelisah di hatinya. Rasa itu menjadi tak keruan saat ia mengingat Kimberly berbicara. Senyum gadis polos itu terus melekat di pelupuk mata Alan."Aaaaaaaakh... Kimberly, sebenarnya apa yang kurasakan terhadap anak itu! Aku tidak mungkin... aaaaaakh.... shit!"Alan terus saja merutuki kebingungannya terhadap
Read more
Chapter 14 - Kau berubah, Alan
"Hoaaaaam..."Entah sudah keberapa kalinya mulut Kimberly menguap. Begitupun dengan Naina, mereka berdua menguap bersamaan seperti ayam yang tengah berkokok, saling berlomba dan bersahutan."Kalian berdua kuperhatikan sudah puluhan kali menguap sejak pagi tadi. Apa semalam kalian mendapat tugas jaga keamanan?" sarkas Feby, karyawan senior di Town Cafe.Kimberly dan Naina tak menjawab, dua gadis itu hanya saling menatap dan tersenyum tipis. Semalam, atau tepatnya dini hari tadi mereka memang memutuskan untuk tak melanjutkan tidurnya. Kimberly yang kembali pukul tiga langsung ditodong pertanyaan beruntun oleh Naina. Gadis itu sengaja menunggu sahabatnya pulang karena rasa penasaran yang membuatnya tak bisa memejamkan mata."Jangan sampai salah bawa pesanan lagi. Untung saja pelanggan tadi bukan pelanggan yang cerewet. Kalau kau salah bawa pesanan lagi aku akan mengadukanmu pada pak Manager."Feby memperingatkan Kimberly yang tadi memang keliru membawa pesanan. Harusnya pesanan untuk mej
Read more
Chapter 15 - Kau Mencintainya, Kan?
"Sayang.."Suara Kanaya sontak membuat Alan terkejut dan spontan mengakhiri panggilannya dengan Kimberly. Pria itu menatap tajam ke arah kekasihnya. Entah mengapa Alan berharap agar Kimberly tak mendengar panggilan 'sayang' dari Kanaya untuknya."Apa aku harus menulis pesan agar mengetuk pintu lebih dulu bagi yang ingin masuk kesini?" sarkas Alan.Kanaya tampak kesal namun masih berusaha menyembunyikannya."Maaf, aku tidak tahu kalau kau sedang bicara di telepon. Kau bicara dengan siapa?" tanya Kanaya yang pura-pura tak tahu."Kimberly," jawab pria itu.Kanaya tertegun sejenak. Ia merasa ada sesuatu yang membuatnya kesulitan menelan saliva. Tenggorokannya tercekat saat Alan menyebut nama Kimberly.'Kenapa dia tak bisa berbohong? Aku harap kau berbohong, Alan. Karena kejujuranmu menyakitiku.'"Kim? Bagaimana kabarnya?"Kanaya mengulas senyum yang nampak canggung di mata Alan. Meski sedikit mengernyit, namun pria itu mengindahkannya. Alan memilih untuk tak peduli dengan kecanggungan di
Read more
Chapter 16 - Jangan Pergi
Alan terdiam menatap Kanaya yang raut wajahnya tampak menunggu jawaban dari mulut pria itu. Dada kanaya terlihat kembang kempis, Alan yang tadinya ingin kembali berucap keras mengurungkan niatnya.Pria itu menghampiri Kanaya yang mulai terlihat tak bisa mengendalikan emosinya. Alan dengan sigap menopang tubuh kekasihnya yang hampir tumbang. Kanaya memiliki riwayat gangguan pernapasan, jika emosinya tak stabil napasnya akan terasa tersengal dan itu bisa menyebabkan perempuan itu kesulitan bernapas."Duduklah, Nay!"Alan menggiring tubuh kekasihnya ke sofa. Kanaya sempat menolak dengan gerakan tubuh yang menepis pelan tangan Alan. Namun Alan tetap menggiring tubuh wanita itu ke sofa."Dimana kau taruh obatmu?"Alan meraba stellan baju yang dipakai Kanaya. Biasanya gadis itu selalu membawa ventolin inhaler di sakunya. Sesak napasnya bisa terjadi kapan saja, jadi Kanaya harus selalu membawa alat itu."I-- ini.."Kanaya mengambilnya dari saku celana yang ia pakai.Alan langsung membantu Ka
Read more
Chapter 17 - Apa Rasanya Manis?
DUA TAHUN YANG LALU.."Pa, coba tanyakan pada puterimu, dimana ia mau merayakan ulang tahunnya."Merli terlihat dongkol dengan sikap puterinya yang terlalu santai saat satu bulan lagi ulang tahunnya yang ke 18 akan tiba. Wanita cantik berusia 40-an itu memang menjadi orang paling sibuk setiap hari lahir Kimberly. Ia selalu ingin mengadakan pesta mewah untuk sang puteri, namun bukan sekedar untuk menyenangkan gadis itu. Merli hanya senang berpesta dengan teman-teman sosialitanya. Meski tema dari pesta tersebut adalah pesta ulang tahun Kimberly, namun pasukan yang paling heboh adalah wanita-wanita paruh baya sahabat sang ibu."Kau mau merayakan ulang tahunmu dimana, Kim? Ke luar negeri?" Pertanyaan sang ayah membuat Kim antusias, padahal sejak awal gadis itu tak bersemangat untuk mengadakan pesta apapun terkait ulang tahunnya."Aku boleh merayakannya di luar negeri, Pa?""He em. Terserah. Kau pilih saja negara mana yang ingin kau datangi. Tapi jangan mendadak, karena papa harus--"San
Read more
Chapter 18 - Good Nite..
Alan sudah kembali melajukan mobilnya menuju mansion. Malam yang cukup berangin dan pendingin di bentley milik pria itu rasanya tak cukup menghilangkan aura panas yang menelusup diantara dua manusia yang hanya membisu sejak meninggalkan gerai pizza. Kimberly membuang pandangannya pada kaca mobil, sedang Alan hanya fokus menatap jalan meski debaran jantungnya terasa tak beraturan. Lelaki itu masih mencoba bersikap datar walaupun wajahnya terlihat kaku dan salah tingkah.*SETENGAH JAM YANG LALU.."Kim.."Tanpa sadar Alan berseru lembut menyebut nama Kimberly tepat di depan wajah gadis itu. Matanya hanya terfokus pada bibir mungil yang terbelah di bagian bawah. Bibir ranum nan menggemaskan itu seketika mengaburkan kesadaran dan akal sehat Alan. Sedang Kimberly justeru hanya menampakkan wajah bodoh dengan diam terpaku, tak menghindar sedikit pun dari tatapan lamat manik hitam legam itu.Cup..Seketika iris mata Kimberly membelalak dan mulutnya sedikit menganga. Pria yang sudah lama menja
Read more
Chapter 19 - Mimpikah Aku?
Cahaya mentari pagi menelusup menembus jendela kamar Kimberly yang tak tertutup gorden. Sinarnya cukup menyilaukan mata seorang gadis yang masih duduk termangu di atas ranjangnya. Beberapa menit yang lalu Kim sudah terbangun karena terganggu oleh cahaya yang langsung mengarah ke tempat tidurnya, namun kini gadis itu justeru terduduk seperti orang yang tengah mengingat-ingat sesuatu."Rasanya-- seperti nyata. Tapi.. apa aku hanya bermimpi?"Sejak tadi Kimberly hanya menyentuh bibirnya sendiri. Antara sadar dan tidak, gadis itu remang-remang mengingat saat Alan mengecupnya semalam. Kim merasakannya, namun karena rasa kantuk yang sangat, ia tak mau membuka matanya untuk sekedar mencari tahu bahwa kecupan itu nyata atau hanya dalam mimpi."Aku yakin semalam itu.. berarti.. dia sudah menciumku dua kali," gumam gadis itu dengan wajah sumringah.Bak anak remaja yang mendapat kado terindah di usia 17 tahun, gadis itu tertawa bahagia dengan melompat lompat di atas ranjang. Satu yang Kimberly y
Read more
Chapter 20 - Jangan Pernah Mencium Pria Lain
"Brengsek! Buka pintunya! Ku bilang buka pintunya, Brengsek!"Sudah lebih dari satu pekan Borne terkurung di istananya sendiri. Erika berinisiatif mengurung puteranya agar tak lagi menemui Kimberly."Nyonya, apa tidak sebaiknya tuan muda dikeluarkan dari kamarnya. Sudah beberapa hari dia tak makan apapun."Salma, pelayan sekaligus pengasuh Borne saat kecil merasa cemas melihat keadaan tuan mudanya yang tengah melancarkan mogok makan. Terhitung sudah tiga hari Borne menolak untuk makan makanan yang dibawakan ke kamarnya. Sebelum dikeluarkan dari kamar, pemuda itu akan terus membuat keributan. Teriakan Borne sudah terdengar sejak pagi. Suara yang pada awalnya lantang perlahan-lahan melemah karena tubuhnya yang tak bertenaga."Jangan coba-coba mengeluarkan anak bodoh itu dari kamarnya, Bi. Kita tak boleh kalah dengan gertakannya. Aku yakin sebentar lagi anak itu akan berteriak minta dibawakan makanan ke kamarnya."Erika adalah wanita keras yang tak mau kalah meski dengan puteranya sendir
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status