Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 21 - Bab 30
169 Bab
Bab 21 - Terlupa
Mobil Kaisar melaju kencang membelah jalanan ibukota. Genggaman tangannya pada stir mobil menguat, memperlihatkan urat-urat lengannya yang kokoh. Deru napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah menahan amarah yang siap meledak.“Sial!” Umpat Kaisar kesal. Kaisar menekan klakson kuat-kuat saat sebuah sepeda motor menyalip dari sisi kirinya. Mata lelaki itu semakin menyipit tajam.Kaisar membelokkan mobilnya ke sebuah taman kota yang dilewatinya. Lelaki itu butuh waktu dan tempat untuk sejenak menenangkan dirinya.Setelah memarkirkan mobilnya di jalan samping taman. Lelaki itu membuka kaca jendela mobilnya, lalu menghirup udara taman dalam-dalam. Dari dalam mobil, Kaisar memejamkan matanya, berusaha mengatur emosinya yang begitu memuncak di hatinya. Pertemuan tidak terduganya dengan Aletta membuat dadanya sesak.Pria itu perlahan membuka matanya, menatap kejauhan pohon-pohon yang daunnya menghijau di hadapan.Kepingan masa lalu Kaisar bersama Aletta kembali di ingatannya, dan rasa sa
Baca selengkapnya
Bab 22 - Papa Datang
“Kenapa?” tanya Embun bingung. Dia menghentikan aktivitas makannya. “Saya meninggalkanmu di pusat perbelanjaan tadi.” “Oh, tidak apa-apa. Saya bisa pulang sendiri. Tidak usah dipikirkan. Kamu juga punya urusanmu sendiri, ‘kan?” terang Embun dengan tersenyum. Gadis itu kembali melanjutkan makan malamnya. Kaisar tertegun. Ia tidak menyangka dengan jawaban dan reaksi Embun, padahal jika itu terjadi pada istri orang lain, pasti mereka akan marah pada suami-suaminya. Ha! Kaisar memejamkan matanya. Bisa-bisanya ia membandingkan pernikahan mereka yang berlandaskan kontrak dengan pernikahan orang lain yang berlandaskan cinta. “Tidak masalah, Kaisar. Selama masih ada transportasi umum, saya masih aman kok,” jawab Embun lagi mencoba mencairkan suasana, karena Kaisar tiba-tiba diam dan terpejam. Kaisar tersentak dan membuka matanya mendengar jawaban Embun, kemudian setelah menguasai emosinya, pria itu mengangguk pelan. Terlalu bingung untuk merespon Embun. Keheningan kembali merajai kedu
Baca selengkapnya
Bab 23 - Papa Datang II
Embun langsung menerobos masuk, tetapi terkesiap melihat Kaisar yang duduk di tepian ranjang dengan mata sedikit terpejam. Rambut lelaki itu sangat berantakan, berbanding lurus dengan wajahnya yang mengantuk. Embun menjerit tertahan. Lelaki itu lagi-lagi tidak mengenakan atasan dan membiarkan bagian atas tubuhnya terekspos, terlihat jelas perutnya yang berkotak enam. Refleks Embun menutup matanya.Kesadaran Kaisar langsung penuh begitu mendengar teriakan Embun. Tersadar karena melihat reaksi Embun, Kaisar dengan cepat mengenakan kaos di samping tubuhnya.“Ada apa? Kenapa kamu sampai masuk kamarku?”“Papamu baru saja meneleponku, dan sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Embun pada Kaisar dan setelah mengingat hal itu, Embun baru merasa panik, tanpa sadar berjalan bolak-balik di hadapan Kaisar. “Bagaimana ini?”“Tidak usah cemas, Embun. Semua akan baik-baik saja.” Kaisar menenangkan Embun.Deg!Tiba-tiba tubuh Embun terhenti, dan tubuhnya memanas ketika merasakan kedua tanga
Baca selengkapnya
Bab 24 - Kedatangannya
“Mamamu nanti siang juga akan datang ke sini untuk bertemu dengan kalian.”Kaisar menatap Surya lewat cangkir kopi yang disesapnya saat mendengar bahwa ibunya juga akan menemui dirinya dan Embun. Lalu, Kaisar menatap kopi hitam dalam cangkirnya sejenak.Kali ini kopi buatan Embun terasa pahit, tidak seperti biasanya.Atau informasi tentang kedatangan ibunya yang membuat kopi ini terasa pahit?Kaisar diam berjalan ke arah dapur dan meminta tambahan gula dari Embun, setelahnya Embun menambahkan gula pada kopinya, Kaisar mengucapkan terima kasih dan tersenyum pada Embun sebelum kembali menemui Surya di ruang tamu.Surya melihat interaksi antara anak lelakinya dengan menantunya. Lelaki itu mengulum senyum. Dia tidak menyangka, anak bungsunya yang dingin itu ternyata bisa sehangat ini dengan istrinya. Keputusannya menikahkan Kaisar dengan Embun adalah pilihan yang tepat.Kaisar kembali duduk di hadapan Surya, “Aku tidak mengira Mama akan secepat ini menemui kami.”Hubungan Kaisar dengan i
Baca selengkapnya
Bab 25 - Ketenangan Embun
“Oh, sudah berkumpul semua ternyata.” Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang mendadak menjadi senyap. Tatapannya berhenti saat bertemu pandang dengan Embun.Matanya menyipit memindai penampilan Embun dari ujung kepala hingga ujung kaki. Embun mengenakan minidress berpotongan sederhana berwarna salem, dengan riasan wajah yang sangat natural. Tidak ada kesan mewah dalam penampilan Embun.“Saya Embun, Ma.” Embun berdiri dari duduknya, menghampiri Lidya dan mengulurkan tangan kanannya, namun tak disambut oleh wanita di hadapannya itu."Jangan panggil aku mama. Aku tidak mengizinkanmu memanggilku dengan sebutan itu," balas Lidya tidak menghiraukan Embun dan berlalu begitu saja dari hadapan Embun. Semua orang melihat ke arah mereka. Embun tersenyum sumir menurunkan tangan kanannya.“Jadi, kamu wanita yang dijodohkan suamiku untuk Kaisar?” Lidya masih bersuara di belakang Embun.Baru ketika Embun berbalik untuk menjawab, Kaisar sudah berdiri di dekatnya, menatap Embun d
Baca selengkapnya
Bab 26 - Kesepakatan
[Dia sudah kembali]Sebuah pesan singkat yang dilampiri dengan tiga buah foto seorang perempuan cantik bertubuh semampai, mencuri perhatian perhatian Lidya yang tengah menikmati segelas smoothie, sarapannya pagi itu.Dengan sigap Lidya meraih ponsel dan membuka notifikasinya. Senyum menyeringai tersungging di wajah tanpa keriputnya.Foto pertama yang dilihatnya memperlihatkan seorang wanita yang tengah berjalan menyeret travel bag berukuran sedang di pintu kedatangan internasional bandara. Foto kedua menampilkan wanita yang sama tengah menelepon seseorang dan menuju lobi bandara. Foto ketiga menunjukkan wanita cantik itu memasuki sebuah mobil mewah berwarna hitam di depan lobi bandara.Lidya mengerjabkan matanya. Sesaat tadi ingatannya melayang pada pesan yang diterimanya tiga hari lalu, sehari sebelum pertemuannya dengan keluarganya di kediaman Kaisar.Dan siang ini, Lidya sudah duduk di salah satu restoran favoritnya menunggu kedatangan wanita dalam foto itu.“Aku tidak percaya, aku
Baca selengkapnya
Bab 27 - Dia Milikku
Kaisar sedang menandaskan kopinya ketika Embun keluar dari kamarnya. Wanita itu sudah rapi dengan setelan kerjanya.“Kamu sudah mau berangkat ke kafe?” tanya Kaisar menatap Embun yang sedang duduk di hadapannya menyantap sarapan pagi.“Iya. Hari ini ada pengiriman bahan-bahan makanan ke kafe, dan karyawan yang bertanggungjawab sedang izin sakit. Meski ada karyawan lain yang menggantikan, tapi saya harus tetap mengawasinya,” jawab Embun setelah duduk di hadapan Kaisar dan memulai memakan sarapan pagi.Kaisar melirik jam tangannya. Masih pukul enam lebih lima belas menit.“Kamu mau saya antarkan ke kafe?” Kaisar menawarkan tumpangan.Embun buru-buru menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Kaisar. Saya bawa mobil sendiri saja. Kantormu tidak searah dengan kafe saya. Kalau kamu mengantar saya lebih dulu, nanti malah kamu yang terlambat tiba di kantor. Apalagi sekarang Senin pagi, pasti macet di mana-mana.” Embun menolak halus tawaran Kaisar. Kaisar menganggukkan kepalanya. Setelah menyel
Baca selengkapnya
Bab 28 - Masalah Kartu Kredit
“Kamu tidak menggunakan kartu dari saya?” Beberapa hari lalu, Kaisar memeriksa laporan keuangan pribadinya. Sejujurnya dia merasa terkejut mendapati mutasi rekeningnya yang hampir tak berkurang.Embun yang saat itu sedang memotong buah melon menghentikan kegiatannya. Mata coklat perempuan itu mengerjap, keningnya mengernyit sambil menghampiri Kaisar yang duduk di meja makan. “Saya pakai, kok, untuk membeli kebutuhan rumah.”“Hanya kebutuhan rumah? Kamu tidak memakainya untuk kebutuhan pribadimu?”Embun tersenyum kecil. “Tidak setiap bulan saya membeli kebutuhan pribadi. Lagipula kalau saya butuh, saya bisa menggunakan uang saya sendiri.”Sebenarnya Embun masih ingat bagaimana ucapan Kaisar dulu saat menyinggung kartu kredit yang diberikan padanya. Kaisar seperti tidak senang jika ia menggunakan kartu kredit untuk keperluan yang lain, jadi sejak saat itu Embun berusaha untuk tidak menggunakan kartu kredir Kaisar, kecuali jika memang sangat diperlukan.“Kartu itu sudah saya berikan unt
Baca selengkapnya
Bab 29 - Mereka berteman?
Awalnya Kaisar memberikan kartu hitam pada Embun untuk melihat apakah wanita itu akan menghamburkan uangnya dengan sesuatu yang tidak berguna, dan menguji wanita itu dengan kekayaan Kaisar yang ia tunjukan sekarang. Kalau dengan kekayaan Kaisar yang sekarang saja wanita itu akan bertingkah seperti orang kaya baru, berarti semua wanita sama saja, dan Kaisar tidak akan meneruskan pernikahannya. Namun, ternyata istrinya justru benar-benar tidak menggunakan kartu kredit yang pernah ia berikan. Itu sebenarnya adalah hal yang bagus, karena alasan Kaisar menutupi identitasnya selama ini adalah untuk menguji wanita itu, dan Embun bisa dianggap telah lulus ujiannya. Kaisar bisa saja memberitahukan identitas aslinya pada Embun. Kaisar mengedarkan pandangannya pada sekeliling kafe, meneliti setiap sudut. Dari pandangannya sebagai seorang pebisnis, membuat dan menciptakan kafe yang bisa ramai pengunjung seperti ini tidak mudah, tetapi Embun berhasil melakukannya. Kali ini ada rasa penasaran d
Baca selengkapnya
Bab 30 - Mabuk
Mata Embun menyipit ketika dia baru saja menutup pintu apartemen. Keadaan apartemen begitu gelap, hanya ada cahaya dari luar. Embun tidak tahan dengan kegelapan ini, jadi ia ingin cepat-cepat pergi ke kamarnya. Namun, suara berat menghentikan langkahnya. “Kenapa baru pulang?” Embun memutar tubuhnya, menatap Kaisar yang duduk di ruang duduk sambil menggoyangkan gelas berisi cairan keunguan di hadapannya. Kaisar sedang mabuk! Merasa tidak enak jika menjawab dari tempatnya berdiri, Embun melangkah mendekati Kaisar. “Saya mampir ke rumah Kak Rindang setelah pulang dari kafe.” Kaisar diam, lalu meletakkan gelas berkaki yang sejak tadi dipegangnya ke meja, dan mendongak menatap Embun yang berdiri di hadapannya. “Kamu tidak pantas menjadi seorang istri,” desis Kaisar pelan. “Apa maksudmu, Kaisar?” Embun berjengit menatap tidak suka pada pria di hadapannya. Embun tahu jika Kaisar sedang mabuk, tetapi ucapannya tidak bisa Embun terima. Apa Kaisar seperti ini karena dirinya pulang malam?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status