Semua Bab Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku: Bab 31 - Bab 40
55 Bab
Berhati-hati
Shafira membaringkan tubuhnya di ranjang. Batin dan pikirannya jauh dari kata tenang. Ia sendiri tidak merasa telah meminum ramuan penggugur kandungan. Berarti tak salah lagi, ada seseorang yang berniat untuk membunuh janinnya.Wanita itu kembali mengingat-ingat minuman apa saja yang telah diminumnya kemarin, tetapi nihil. Ia tidak mengingat meminum minuman apa pun, selain air putih biasa dan teh yang dibuat sang ibu mertua. "Jangan-jangan ...."Shafira menggeleng singkat. Mencoba mengenyahkan semua pikiran negatif dari otaknya. Walaupun hatinya membenarkan, tetapi wanita itu tak ingin terus-menerus larut dalam pemikiran buruk tentang ibu mertuanya."Bagaimana kalau hal itu terus berlanjut? Bagaimana kalau sang ibu mertua terus-menerus menjalankan aksinya untuk mengugurkan janin yang dikandungnya?" Tak dapat dipungkiri, pertanyaan itu kembali hadir memenuhi benaknya. Shafira beristigfar, tak seharusnya ia menduga-duga seperti itu. Jika pun benar, tugasnya cukup berhati-hati agar sem
Baca selengkapnya
Kecurigaan Yusuf
Almira kembali ke kamar dengan membawa buah dan sayur pesanan Shafira. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan kala melihat gelas susu yang tadi dibawanya telah kosong tak bersisa. "Perempuan bodoh!" batin Almira. "Lihat saja, Yusuf dan seluruh hartanya akan segera menjadi milikku."Almira berjalan mendekat ke arah Shafira. Kemudian, meletakkan buah dan sayur di meja yang berada di samping ranjang. "Istirahatlah, biarkan semua pekerjaan rumah hari ini, aku yang kerjakan. Jangan terlalu banyak pikiran, aku tak mau terjadi apa-apa lagi pada Mbak Shafira dan janin. Mulai sekarang, aku akan turut andil untul menjaga kalian.""Maaf, kalau hari ini aku banyak merepotkanmu!" ucap Shafira seraya melempar senyum termanisnya. "Santai saja, Mbak. Aku tahu bagaimana repotnya mengandung anak pertama.Ya sudah, aku tinggal dulu, ya." Almira berpura-pura peduli. Padahal dalam hatinya ia bersorak penuh kemenangan.Setelah Almira keluar dari kamar. Tanpa menunggu waktu lagi, Shafira langsung membuang
Baca selengkapnya
Gagalnya Rencana Almira
Keesokan harinya, Almira mondar-mandir tidak karuan di dalam kamar. Pikiran dan benaknya dipenuhi tanya, karena sampai pagi hari, tak ada tanda-tanda Shafira akan keguguran. "Aku sudah memasukkan ramuan itu sudah sesuai dosisnya. Mengapa tidak ada reaksi apa-apa padanya? Padahal kata penjualnya, ramuan itu ajaib dan tokcer, sehingga akan langsung bereaksi hanya dalam hitungan menit."Almira keluar kamar, lalu menghampiri Shafira yang tengah asyik menonton televisi. Wanita itu heran, ketika melihat kakak madunya tampak baik-baik saja."Mbak Shafira baik-baik saja?" tanya Almira seraya melihat ke arah perut Shafira.Shafira mengernyit. "Ya, kenapa denganku?"Almira langsung menyadari, pertanyaan yang dilontarkannya terlalu to the point. Wanita itu buru-buru menggeleng sebelum Shafira mencurigainya. "Tidak apa-apa, Mbak. Maksudku perutmu baik-baik saja, kan? Soalnya hamil muda itu sering sekali banyak keluhan? Dari semalam aku sangat mengkhawatirkanmu.""Alhamdulillah baik-baik saja, Al
Baca selengkapnya
Titik Lelah Shafira
Dengan sangat hati-hati, Shafira merekam semua adegan antara madu dan ibu mertua. Kali ini dia tidak mungkin akan berdiam diri saja. Yusuf harus tahu akan kebenarannya. Karena kalau dibiarkan, bisa-bisa dia sendiri yang akan ditendang dari rumah."Mbak Shafira! Tolong, Bunda jatuh. Aku tidak kuat memapah sendiri ke kamar!" teriak Almira dari dapur. Mendengar teriakan Almira, Shafira buru-buru menaruh ponselnya ke saku gamis. Wanita itu langsung menuruni tangga, dan langsung menghampiri Almira di dapur."Ada apa, Al?" tanya Shafira berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi pada mereka."Bunda jatuh, Mbak. Bantu aku membawanya ke kamar, ya!" jawab Almira."Kok bisa?" Shafira langsung menatap cukup lama ke arah lantai. "Ini apa di lantai?""Hmm ... anu ... itu ... tadi bunda tak sengaja menjatuhkan minyak di sana.""Minyak tumpah?""Iya, Mbak! Ayo bantu bawa bunda ke kamar."Shafira mengangguk, lalu membantu Almira membawa sang ibu mertua ke kamar."Aww, sakit banget!" jerit Nita
Baca selengkapnya
Terbongkar
"Akhirnya kita berhasil mengusir perempuan ini secara halus dari rumah ini! Tidak ada lagi penghalang untuk memiliki Mas Yusuf seutuhnya.""Dia minggat, Al?""Iya, dia sudah pergi dari rumah ini, Bun. Rencana berhasil tanpa harus mengotori tangan kita dengan membunuh janinnya!" jawab Almira bahagia."Bagus, kamu harus pintar-pintar ambil hatinya Yusuf! Karena putraku itu sangat mencintai Shafira. Bukan perkara mudah membuatnya berpaling dari wanita itu.""Kalau untuk masalah itu, Bunda tenang saja. Percayakan semua pada Almira. Huuuh, senangnya!"Yusuf yang kebetulan tak sengaja mendengar percakapan itu langsung mengepalkan tangan. Bodoh! Di dunia ini mungkin hanya dia yang pantas dicap sebagai lelaki paling bodoh. Allah sudah memberinya bidadari salihah, tetapi dia malah memilih wanita buruk untuk hadir di tengah-tengah kebahagiaannya bersama sang istri. Berharap akan membawa bahagia, ternyata malah membawa petaka.Yusuf berniat untuk memaki Almira dan bundanya, tetapi niat itu kemba
Baca selengkapnya
Siapa yang datang
"Kiri di depan, Pak!" Shafira menghentikan laju taksi yang ditumpanginya. "Dua ratus ribu ongkosnya, Neng. Soalnya jauh!" "Tidak apa-apa, Pak. Ini ongkosnya! Terima kasih, ya, sudah mengantarkan sampai ke tempat tujuan," ucap Shafira ramah."Sama-sama, Neng."Shafira langsung membuka pagar yang terbuat dari bambu. Pekarangannya dipenuhi dengan sayur dan buah-buahan. Matanya menatap sekeliling, sudah lama ia merindukan suasana rumah seperti ini."Tempat seperti ini yang kucari untuk tempat menyepi dan mencari inspirasi!" batinnya.Shafira masuk ke rumah. Ukurannya memang tak seluas rumah yang ditempati sebelumnya. Bahkan mungkin, cukup sederhana dan jauh dari kata 'wah'. Shafira mengelilingi setiap sudut rumah. Bibir wanita itu tersungging. Sangat puas dengan nuansa rumah dan sekitar yang berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. "Subhanallah!" gumam Shafira saat membuka pintu belakang. Tak jauh dari halaman belakang rumah, tampak pemandangan alam yang sangat menakjub
Baca selengkapnya
Isi Hati Shafira
Dengan hati yang dipenuhi rasa takut, Shafira memutar kunci. Namun, tidak langsung membukanya. Ia bersembunyi di balik pintu dan bersiap untuk melayangkan sapunya pada seseorang yang tengah berada di luar sana. Setelah memukulnya nanti, Shafira berniat untuk langsung berlari meminta pertolongan pada warga sekitar.Pintu terbuka. Dengan membabi buta, Shafira langsung memukulkan sapu yang dipegangnya, pada sosok lelaki bertopi yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah. Lelaki itu mencoba menangkis setiap serangan Shafira dengan kedua tangannya. Shafira terus memukulkan sapu itu tanpa ampun, tak ada yang dipikirkannya saat ini selain membuat lelaki itu babak belur. Semakin lama, pukulan Shafira semakin melemah. Wanita itu melempar sapu, lalu berlari ke luar rumah dengan teriakan meminta tolong pada warga sekitar. Namun, lelaki tadi langsung mengejar dan membekap mulutnya. Shafira meronta, berusaha untuk melepaskan diri dari lelaki itu."Hei, ini Abi! Tenanglah! Kalau Umi terus ber
Baca selengkapnya
Hukuman untuk Nita
Shafira tersenyum getir. Siapa lagi yang berani mengiriminya pesan seperti itu selain Almira. Wanita itu memang sangatlah picik, rela melakukan berbagai macam cara untuk bisa mencapai semua yang dia inginkan. Shafira mengembuskan napas kasar. Semenjak kehadiran Almira, hidupnya jauh dari kata tenang. Wanita itu selalu mengusik dan mencari cara untuk menjatuhkannya di depan Yusuf."Kamu sudah salah memilihkan madu untukku, Mas! Seharusnya bila ingin berpoligami, biar aku saja yang memilihkannya untukmu. Jika sudah telanjur seperti ini, bukan kebahagiaan yang kamu ciptakan. Melainkan bencana besar yang bisa kapan saja menghancurkan rumah tangga kita! Hanya karena menuruti hawa nafsu, kamu sudah gegabah dalam mengambil keputusan. Ini tak adil, Mas. Kamu sudah menciptakan kerugian yang begitu besar dalam rumah tangga kita. Sampai kapan aku harus bertahan dalam luka ini, Mas? Aku benar-benar sudah berada di titik lelah, bahkan rasanya sudah hampir menyerah!" lirih Shafira.Air mata lolos
Baca selengkapnya
Keputusan Yusuf
"Apa? Bunda menyuruh aku membersihkannya? No! Itu sangat menjijikan! Di sini statusku sebagai istrinya Mas Yusuf, bukan pembantu. Ingat, Bunda. Aku bukan pembantumu yang bisa seenaknya kamu suruh ini dan itu.""Tolong, Bunda. Bersihkan tubuh Bunda dan ranjang ini. Bunda gak suka bau pesing! Saat ini, hanya kamu yang bisa Bunda mintai tolong.""Aku bilang tidak, ya, tidak! Lagipula, Mas Yusuf itu pengusaha sukses lho. Kenapa di rumah ini gak pakai pembantu saja? Aku tahu, sih, pasti kamu penyebabnya, ya, Bun. Biar si Shafira itu yang jadi babu di rumah ini! Terkadang mertua sepertimu itu wajib kuacungi jempol, tetapi itu tidak akan berlaku kalau menantunya aku!""Apa maksud kamu, Al? Mengapa kamu jadi berani seperti ini kepada Bunda?"Almira tertawa keras. "Aku sebenarnya tidak menyukai ibu mertua sepertimu. Hanya saja kemarin itu, aku butuh kerja sama denganmu untuk menyingkirkan wanita itu! Sekarang, wanita itu sudah pergi. Tinggal Bunda yang harus kusingkirkan dari hidup Mas Yusuf.
Baca selengkapnya
Terusir
"Tidak! Kalau Mas usir aku dari rumah ini, berarti Galang juga akan kuajak pergi dari sini! Dia anakku, jadi sudah seharusnya ikut ke mana pun aku pergi. Tidak akan ada yang bisa melarang dan menghalangi, toh aku ibunya."Yusuf tertawa getir. "Silakan kalau bisa, aku sudah mengajukan hak asuh Galang ke pengadilan. Kamu ibunya, itu memang benar. Hanya saja kamu lupa, kalau selama ini sudah sering menyakiti dan menyia-nyiakannya. Satu hal lagi, aku punya beberapa rekaman tentang kamu dan Galang, sepertinya itu cukup kuat untuk dijadikan bukti ke pihak yang berwajib.""Aku tidak bodoh, Mas! Tentu saja pengadilan akan menjatuhkan hak asuh Galang padaku, karena aku ibu kandungnya! Perihal rekamanmu, aku bisa saja bilang kalau itu hasil editan. Gampang kan? Dengan modal kecantikan yang kumiliki, mereka akan mudah memercayainya!" ucap Almira dengan penuh percaya diri."Oh iya, tak kumungkiri, kamu memang ibu kandungnya Galang, tetapi sayangnya aku tidak pernah melihat ketulusanmu dalam mengu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status