All Chapters of Terpaksa Menikahi Kakak Ipar: Chapter 41 - Chapter 50
58 Chapters
Curiga (2)
Dengan hati-hati, aku mengambil ponsel Mas Rangga yang tersimpan di nakas samping tempat tidur. Meski ini tindakan yang melenceng dari adab dan kesopanan, tetapi aku harus melakukannya. Aku harus mencari kebenaran yang tersembunyi, ya lebih baik seperti ini, daripada harus berdiam diri dan terus bertanya-tanya, yang akan membuat otakku semakin pusing.Jantungku berdegup dengan kencang dan tanganku sedikit gemetar, pembukti bahwa ada ketakutan yang kurasakan. Aku kembali merutuki kebodohanku yang mengikuti saran Mela, untuk mengotak atik ponsel Mas Rangga, mencari kebenaran di benda pipih itu. Aku tahu bahwa setiap pasangan masih memiliki privasi masing-masing. Namun, tidak ada salahnya, kan, jika aku melanggar privasi tersebut? Tak apa sekali-kali.“Aish, terkunci,” kataku dalam hati sambil menahan diri agar tidak mencak-mencak di kamar ini dan membuat Mas Rangga terbangun. Ada niatan untuk membuka ponselnya dengan menggunakan sidik jari, tetapi aku jelas tak berani melakukan metode
Read more
Amarah Kinan (Rangga POV)
Dengan perasaan yang amburadul, aku segera pulang ke rumah, berniat agar bisa bertemu dengan Kinan, dan bertanya apa yang salah dengan dirinya. Pagi tadi hatiku jelas tak tenang, dan merasa bahwa Kinan menyembunyikan sesuatu dariku. Tatapan gadis itu menyiratkan segalanya, rasa kecewa, kesal, marah, dan tak suka. Apakah dia marah padaku? Akan tetapi, aku tak tahu di mana letak kesalahanku. Aku tahu bahwa seorang wanita memiliki sifat yang unik—sensitif dan gampang berubah mood. Namun, Kinan benar-benar membuatku pusing.Hatiku tak tenang, dan berusaha mencari tentang kesalahanku yang mungkin telah menyinggung perasaannya, tetapi semakin kucari, semakin sulit pula kutemukan. Apa gadis itu sedang datang bulan? Ah, tidak. Kinan sudah mendapatkan jadwal menstruasinya bulan ini. Lalu ada apa? Untuk pertama kalinya aku sangat terganggu akan sikap Kinan, sikap dingin yang seolah tak peduli padaku. Aku jelas tak bisa tenang.Setelah memarkirkan mobil, aku segera mengetuk pintu. Tidak ada perg
Read more
Solusi Dalam Masalah Rumah Tangga
“Tumben banget lo beli ciki dimari, Nan? Biasanya kan tinggal nyomot di ruangan Pak Rangga.” Pertanyaan Mela menyiratkan sebuah sindiran.Aku mendengus, “Jangan sebut-sebut nama dia. Malas dengernya,” balasku dengan nada ketus. Sudah dua hari ini kami menjalani perang dingin—mungkin hanya aku yang menganggap seperti itu, sebab Mas Rangga sepertinya tak peduli lagi denganku. Bukannya menjelaskan lebih detail, dia hanya mengatakan bahwa aku hanya salah paham. Bagian mana yang salah paham? Aku bukanlah gadis bodoh yang menuduh tanpa bukti yang kuat. Harusnya pria itu menenangkanku, bukan malah diam dan membuatku semakin overthinking.“Nah, kan, udah ketebak banget. Dia pasti lagi berantem sama Pak Rangga.” Rara mengangguk angguk menyetujui ucapan Mela.“Pasangan suami istri itu wajar kalo berantem, nanti juga baikan lagi.” Suara Dewi yang tenang terdengar sangat nyaman masuk ke telingaku, tetapi itu tak berlangsung lama, sebab Mela kembali mengatakan sesuatu yang berbau mesum.“Obatnya p
Read more
Calon Pelakor
“Lo mau bilang apa, sampe manggil gue ke sini, Dev?” tanyaku saat menatap ke sekeliling. Suasana taman kampus yang tak terlalu ramai, membuatku merasa sedikit lega. Tunggu! Mengapa aku seperti seorang istri yang sedang berselingkuh? Jika Mas Rangga tahu, aku bisa menjadi santapan makan siangnya nanti.Pria itu tersenyum masam, lalu menatapku dengan tatapan sendu. “Apa lo bahagia sama dia?”Pertanyaan aneh macam apa ini? “Ya, gue jelas bahagia, sangat bahagia,” kataku dengan senyum yang mengembang.“Syukurlah, jika lo akhirnya bisa bahagia, Nan. Gue ikut bahagia kalo lo juga bahagia.” Jeda sesaat. “Walaupun lo udah resmi menjadi istri orang lain, tetapi gue berharap sikap lo nggak berubah. Kita masih bisa berteman seperti dulu, kita bisa dekat seperti dulu. Jadi gue mohon jangan menjaga jarak sama gue, Nan,” pintanya selembut mungkin.Aku tercenung. Sebenarnya aku ingin dekat dengannya seperti dulu. Aku ingin akrab dengannya tanpa ada kesenjangan yang mungkin membuat kami berjarak, te
Read more
Gara-Gara Bu Mega
“Mas,” panggilku saat ia masih sibuk membaca buku yang tebalnya menyamai novel series Harry Potter.“Hmm.”Tanggapannya mengapa singkat, jelas, dan padat? Aku tahu bahwa Mas Rangga adalah sosok yang tak mau diganggu saat sedang membaca, tetapi kali ini aku tak mau membiarkan masalah tadi siang berlarut-larut. Mengapa Mas Rangga selalu saja seperti itu? Ia selalu mengabaikan setiap masalah, seolah tak terjadi apa-apa. Padahal, aku ingin mendengar pendapatnya tentang Bu Mega, tentang perdebatan tadi siang di ruangan perawan tua itu.Aku ingin tahu bagaimana perasaannya? Apa dia kesal saat melihatku dibentak oleh Bu Mega? Aku ingin tahu tentang tanggapan dan solusinya untuk menghadapi Bu Mega kedepannya. Bukankah wanita itu jelas berpotensi menjadi perusak dalam rumah tangga kami? Seharusnya Mas Rangga memberiku kekuatan untuk tetap tegar dalam menghadapi kegilaan Bu Mega. Apalagi dia tahu bahwa aku ini masih labil dan otakku gampang oleng oleh cerita-cerita negatif di luar sana.“Mas!”
Read more
Tidak Bisa Dibiarkan (Mega POV)
Apa yang bisa kulakukan sekarang? Rangga terlihat sangat menyukai Kinan. Berbeda saat menikah dengan Kinara, pria itu terlihat acuh dan tak peduli dengan istri pertamanya. Apakah ini bukti bahwa Kinan sangat berkesan bagi Rangga? Apa ini bisa menjadi tanda bahwa Rangga pun sangat mencintai Kinan? Hal itu tak boleh terjadi, sebab aku akan semakin sulit untuk merusak hubungan mereka. Aku tak bisa membiarkan Kinan mendapatkan apa yang tak bisa kudapatkan—cinta dari Rangga.Melihat Rangga berteriak membela Kinan membuat darahku mendidih, irama jantungku berdetak dengan cepat, dan adrenalinku terpacu untuk terus membuat Kinan dalam masalah. Aku mengakui bahwa sikapku kali ini tak mencerminkan sikap profesionalisme, membawa masalah pribadi ke dalam rana pekerjaan. Memberi Kinan nilai rendah hanya karena rasa kesal yang menggerogoti hatiku. Ya, inilah pembalasanku padanya. Meski tugas yang ia berikan selalu saja memuaskan, tetapi aku tak bisa memberinya nilai yang sempurna. Dia akan besar ke
Read more
Ngidam?
Aku berteriak dan menjambak rambutku sendiri, amarah ini terus saja bertambah. Bu Mega sengaja ingin mempermalukanku di depan banyak orang. Namun, aku bukanlah gadis polos dan naif yang gampang terpojok. Wah, sudahlah tak bersikap profesional, ia malah dengan terang-terangan ingin menjatuhkanku di depan dosen lain. Dia pikir aku bisa dengan mudah ditumbangkan. Jangan harap. Untung saja, aku tak akan berada di dalam kelasnya lagi. Tak apa mendapat nilai rendah, yang penting aku bisa bebas dari kukungan perawan tua itu.Ah, sekarang aku paham mengapa ia terus-terusan sendiri di usianya yang sudah berkepala tiga. Hanya satu jawaban yang pasti, Bu Mega selalu menyukai milik orang lain. Cih, dasar, titisan pelakor, hobi merusak hubungan orang lain dan berpura-pura menjadi korban. Ada banyak pria lain di luar sana, baik yang single, atau duda. Namun, mengapa ia masih saja terobsesi dengan suami orang? Sepertinya jiwa pelakor memang sudah mendarah daging di jiwa dan raganya.“Lo kenapa sih,
Read more
Julidnya Tetangga
“Udah ngisi belum, Nan?” Lagi, pertanyaan itu membuatku tak bersemangat. Sehari setelah melakukan pengecekan tentang ada atau tidaknya kehidupan dalam rahimku, menstruasiku pun datang tanpa permisi—tak ada gejala PMS. Andai aku bersabar satu hari saja, uang sepuluh ribu-ku tak akan melayang untuk membeli alat tespek—lumayan jajan ciki atau beli pop ice di Mang Tarya.Kutatap Tante Tuti dengan senyum mengembang—senyum palsu. “Belum, Tante.” Jika saja tak ingin membeli seblak, aku tak akan bertemu dengannya.“Kok, belum, sih? Dulu, si Kinara cuma beberapa bulan setelah nikah langsung hamil. Terus kenapa kamu belum, suaminya kan, sama? Kamu mandul kali?”Senyumanku berubah menjadi tawa. Masih berusaha untuk tetap bersabar. “Ya, belum dikasih sama Tuhan, Tante. Tuhan tahu kalo saya belum siap punya anak. Saya, kan masih kuliah,” kataku tanpa memalingkan wajah darinya. Sungguh adrenalinku sudah terpacu, jantungku memompa dengan cepat, dan darahku mendidih mengalir ke segala penjuru tubuhk
Read more
Perkara Nikah Muda
Aku tidak tahu kenapa masalahku terus saja berlanjut, baik di ranah tetangga, maupun di lingkup kampus. Setelah perdebatanku dengan Bu Tuti yang tak kunjung mendapat lampu hijau perdamaian—baik aku dan Bu Tuti sama-sama bersikeras tak ingin mengalah. Ya, Bu Tuti berlindung dengan sebuah kata ‘tidak sopan dengan orang tua’, sedangkan aku berlindung di balik kata ‘Aku punya harga diri yang tidak boleh diinjak-injak, meski orang tua sekali pun’. Ya, mau bagaimana lagi, zaman sekarang bukanlah zaman dinasti, di mana seseorang akan dihukum cambuk jika melawan orang yang lebih tua, meski orang muda tersebut terbukti tak bersalah. Anak-anak zaman sekarang sudah dilindungi dan memiliki hak untuk berbicara, termasuk hak untuk mempertahankan harga diri masing-masing. Jadi wajar saja, jika aku memperlakukan Bu Tuti seperti tempo hari, sebab dia-lah yang memulai perdebatan dan memancing emosiku. Sudah tahu aku gampang terbakar, ia malah memantik api di hadapanku. Aku menggosok-gosok wajahku deng
Read more
Sebuah Rencana (Mega POV)
Setelah beberapa hari mengetahui fakta tentang hubungan Rangga dan Kinan, aku merasa belum ikhlas dengan hal itu. Sungguh, aku masih kesal pada kenyataan yang ada. Mengapa Tuhan begitu jahat padaku? Mengapa semesta tak pernah memberikan apa pun yang kuinginkan, padahal aku hanya meminta satu permohonan saja. Apakah sesulit itu untuk mengabulkannya? Apakah keinginanku begitu mustahil untuk kudapatkan? Apa Tuhan tak mau melihatku bahagia? Apakah skenario hidupku memang seperti ini? Selalu terpuruk dan tak bisa bahagia? Akan tetapi, kenapa hanya aku yang tak bisa berbahagia? Mengapa hanya aku yang tak bisa mendapatkan apa yang kuinginkan? Mengapa hanya aku yang tak boleh memaksakan kehendakku? Apa dosaku telah menggunung, sehingga satu doaku pun tak bisa terijabah?Aku benar-benar pusing akan masalah ini? Bagaimana bisa dunia begitu kejam padaku? Apa aku hidup hanya untuk menjadi pemeran pendukung? Padahal, aku juga ingin menjadi pemeran utama di dalam cerita ini. Bukankah itu tak adil?
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status