Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60
80
Terkhianati
"Bagaimana reaksi tuan James jika mengetahui nona Daisha berkencan dengan tuan Henley ya? Pasti dia sangat kecewa," gumam Ford seraya terus berjalan dari loby menuju lantai atas ke ruangan di mana James berada menggunakan lift. Ford masih saja kepikiran soal itu.Kebetulan saat dia baru saja keluar dari lift. Dia berpapasan dengan James yang sedang menunggu lift terbuka. "Eh Ford bagaimana?" tanya James antusias. Dia malah berbalik mengikuti Ford menuju ruangannya."Semuanya sudah beres tuan! Aku sudah memesan meja di Amanuna hotel! Seperti yang anda minta, penuh dengan bunga mawar dan juga lilin yang indah," beber Ford sedikit berbisik.Dia tidak tega mengatakannya sekarang bahwa Daisha tengah berkencan dengan Henley. Mungkin saja itu akan mengacaukan mood James dan bisa berdampak buruk pada pekerjaan."Wah baiklah! Aku sudah tidak sabar untuk nanti malam! Apa kau juga sudah memesan kamarnya?" tanya James lagi.Ford tercengang dengan mata terbelalak, "Apa?! kamar?""Apa aku tidak sa
Read More
Cemburu berkelanjutan
"Kenapa kau menerima ajakannya hah?!" tanya James dengan emosi yang meluap. Dia menanyakan pertanyaan yang sama pada Daisha tapi gadis itu takut untuk menjawabnya. Dia terus menghindari tatapan James."Tenanglah kak James! Jangan marah begitu! Daisha jadi takut padamu kalau kau marah-marah terus," ujar Henley santai."Diam kau!" tunjuk James sengit pada Henley. Henley balas mencebik.Ford kembali dari kamar James setelah menyimpan tas tuannya, dalam keadaan terburu-buru dia kembali ke halaman hendak melerai keduanya karena mendengar keributan di bawah. Ford hendak mengamankan James, tapi pria itu malah menepis tangannya. Dan meminta Ford untuk tidak ikut campur."Ayo Daisha katakan! Kenapa kau menerima ajakannya? Bukannya kemarin kau menolak dan mau terus bersamaku?" sungut James.Daisha tidak bisa menjawab apa-apa, karena mau mengatakan apapun posisinya akan serba salah di hadapan James. Akan tetapi batinnya terus berucap, "Aku memang menolak sebelumnya, tapi aku tidak bisa menolak
Read More
Penghasutan
"Ford batalkan semuanya!" perintah James pada Ford dengan satu kali gerakan tangan.Ford mengangguk segan, pria ini paham sekali situasi yang terjadi. Siapapun pasti akan bersuasana hati buruk jika orang yang dicintai pergi dengan orang lain."Baiklah tuan," ucap Ford, kemudian dia mengeluarkan handphone di sakunya memberitahu pihak hotel untuk membatalkan meja yang sudah dipesannya."Beres tuan! Semuanya sudah saya batalkan!" "Terimakasih! Bisa tinggalkan aku sendiri?" pintanya."Anda tidak ingin aku siapkan air hangat untuk mandi?" tawar Ford."Pergilah!" suruh James sungkan."Baik tuan." Ford keluar dari kamar James meninggalkannya seorang diri. Pintu itu telah tertutup, James menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya penuh khidmat. Hatinya teramat kecewa dan sedih."Kenapa aku sesakit ini? Aku tidak bisa menerima dia berduaan dengan pria lain! Padahal aku sendiri tahu, dia tidak mencintaiku, tapi mengapa aku begitu percaya diri menganggap Daisha mencintaiku, kenapa aku mengang
Read More
Rencana baru
"Kak James! Aku terlalu lelah untuk menarik perhatianmu! Jadi aku memutuskan untuk mendapatkan hati Daisha, dia sedikit lebih mudah untuk aku taklukan, setidaknya dia masih bisa aku paksa untuk bersamaku dan membuat kakak cemburu," ucap Henley bermonolog, bibirnya sedikit menyunggingkan senyum licik. Tidak, Henley tidak akan berlaku jahat. Dia hanya ingin mendapatkan hati Daisha sama seperti James. Tujuannya berubah haluan, yang awalnya ingin menarik perhatian James agar mereka akrab, kini Henley hanya bertekad ingin menjadikan Daisha pacarnya. "Aku tidak akan mengalah soal Daisha kak, kau harus bersaing denganku! Hahahah!" Henley tergelak, berguling ke sana kemari di atas ranjangnya. Dari awal Henley menyukai persaingan ini. Dia menganggap ini adalah permainan yang seru yang membuatnya tertantang. Pria yang tampannya masih fresh seperti buah-buahan yang baru dipetik dari pohonnya itu kini terlonjak dari tempat tidur dalam posisi duduk bersila. Entah dorongan berasal darimana, H
Read More
Resmi
Daisha sedikit khawatir dengan nasibnya. Bahkan di situasi yang lumayan genting baginya ini. Dia terus memikirkan bagaimana sikap James nanti setelah pertengkaran kemarin yang menyangkut dirinya. Bisa dibayangkan bagaimana marah dan bencinya James pada dirinya. Sungguh Daisha dirasuki perasaan bersalah yang teramat. Henley bisa dikatakan adalah pria yang baik untuknya, tapi James yang sudah terlanjur dia benci, sedang mencoba menjadi pria yang baik untuknya hanya saja pria yang punya temperamen buruk tidak disukainya. Akan tetapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, insecure dan rasa tidak pantas untuk bersanding dengan putra Connor selalu menyertainya. Bahkan dia sedikit trauma berhubungan dengan orang kaya. Sepagi ini Daisha terbangun, dia duduk di pinggiran ranjangnya dengan kaki tergantung. Melamuni James yang pergi sendirian semalam entah kemana. Sudah pasti itu salahnya, karena dia pergi setelah perkelahian dan amarah yang meluap. Kakak beradik itu berkelahi karenanya.
Read More
Kecupan lembut
Tok tok tok! Ford mengetuk pintu kamar James lalu dibalas sahutan oleh tuannya itu."Ya masuk!" teriak James dari dalam.Setelah dipersilahkan masuk barulah Ford membuka pintunya. Betapa jelasnya mimik Ford yang terkejut itu melihat keakraban James dan Daisha di kamar dan di pagi hari pula."Oh ya ampun! Selamat pagi tuan, selamat pagi nona! Rupanya tuan sedang sarapan ya?" sapa Ford sambil tersenyum kikuk melihat kedekatan keduanya.Ford merasa sangat terkejut dan janggal melihat James sedang disuapi oleh Daisha seperti anak kecil. Bagaimana tidak, Ford tiba-tiba disuguhkan keharmonisan mereka. Padahal kemarin jelas-jelas habis bertengkar hebat dan bahkan berpikir hubungan mereka semakin memburuk. Tentu saja Ford terkejut sekarang ini."Iya seperti yang kau lihat!" sahut James sambil menikmati suapan demi suapan."Sepertinya tuan James sudah tahu caranya bersikap baik pada seorang gadis, kukira dia akan marah-marah hari ini, rupanya bujukanku sudah tidak diperlukan lagi ya," batin F
Read More
Kedengkian
Daisha turun dari lantai 3 ke lantai bawah demi berkumpul dengan pelayan lain. Semua pelayan berkumpul atas perintah Merry untuk membersihkan mansion bagian timur karena di area sana kurang diperhatikan. Daisha sedikit telat karena dia harus melayani James terlebih dahulu.Para pelayan itu sudah lebih dulu beberes. Tapi Merry sebagai pengawas disitu memakluminya. Dan itu menimbulkan kecemburuan sosial di antara pelayan yang lain. Semuanya karena gosip Merry berpihak pada Daisha menyebar dari mulut Siska ke pelayan lain. Sesudah gosip kedekatan James dan Henley menyebar lebih dulu di kalangan mereka.Salah satu pelayan tiba-tiba mendekatinya."Ini ambil jaring ini!" dia menyerahkan jaring sampah untuk kolam ikan pada Daisha."Kolam ini luas! Kamu bisa bantu kan?" Daisha mengangguk dan menerima jaring itu. Awalnya juga Daisha bingung apa yang harus dia lakukan. Untunglah seorang pelayan membagi pekerjaannya.Dia mulai membersihkan daun-daun yang menutupi kolam. Kolam itu tidak terawat.
Read More
Calon pacar
"Sayang! Merry bilang kau habis terjebur ke kolam dan tidak sadarkan diri? Apa itu benar?" tanya James menatapnya cemas. Tangannya terulur menangkup bahu Daisha lalu pindah menangkup pipinya.Pria itu baru saja pulang dari kantor kemudian datang kepadanya dengan panik."Nyonya Merry memberitahumu?" Daisha balik bertanya, dia agak takut James akan melakukan sesuatu jika tahu siapa pelakunya."Iya! Dia cerita barusan saat aku baru tiba di sini, jadi siapa yang mendorongmu?" tanya James lagi berusaha mengulik.Sedang Daisha berusaha menutupinya agar tidak bertambah panjang masalahnya."Tidak ada!" jawab Daisha tanpa ragu."Bohong! Merry bilang kau didorong oleh pelayan lain," sergah James lagi.Daisha mencebik kesal, "Kenapa Merry memberitahunya sih? Bilang didorong segala pula!" batin Daisha kesal."Sebenarnya aku tidak didorong kok, hanya kelalaianku saja jadi aku tercebur ke kolam," papar Daisha berbohong demi meredam bom amarah yang bisa meledak kapan saja itu."Yang benar?""Benar,
Read More
Waspada
"Daisha ikut ke ruanganku!" suruh Merry yang berjalan lebih dulu, tanpa menunggu responnya, dia tahu Daisha akan mengikutinya."Baik nyonya!" Daisha berjalan mengikuti meskipun pekerjaannya belum selesai. Kemoceng yang tadi dipegang ditaruh begitu saja."Lihatlah nyonya senior membawanya!" "Mau apa mereka mengobrol di ruangan?""Ah paling hanya ingin bicara hal sepele?""Eh tapi kalian tidak dituduh yang macam-macam oleh nyonya Merry bukan?"Tidak!""Syukurlah! Dia memang pantas mendapatkan itu!""Kenapa tidak mati saja sih!"Pelayan-pelayan itu mulai menggunjing berkerumum dan berbisik satu sama lain. Mengatakan hal yang mustinya tidak dikatakan.Ruangan Merry tak jauh dari situ. Sebelum duduk wanita yang usianya hampir kepala 5 itu merapihkan rok nya. Lalu meminta Daisha untuk menutup pintunya rapat. Sepertinya Merry mau berbicara serius dengannya. Makanya pintu sampai ditutup segala."Ada apa nyonya memanggil saya? Apa ada hal penting?" Daisha menginterupsi karena penasaran."Hari
Read More
Cantik
"Hari ini ada festival di taman Anyelir, aku sudah janjian dengan temanku di sana! Apa kau ingin ikut Daisha?" tawar Henley pada Daisha yang masih sibuk dengan pekerjaan bersih-bersih. Gadis itu menyelipkan kemoceng ke ketiak, mengelap keringat yang menetes di dahinya. Sudah 3 jam dia beres-beres mansion bagian timur. Meskipun dibersihkan secara bersama-sama, masih belum selesai juga."Anda mengajakku pergi keluar?" Daisha nampak semrawut. Gugup, mengapa ajakannya begitu tiba-tiba? Terang-terangan di depan pelayan lain pula.Sebenarnya sejak awal Henley datang, suaranya sudah menarik perhatian pelayan lain. Bahkan mereka semua menyapa Henley dengan ramah, tapi apa balasan pria itu? Dia malah acuh tak acuh bersikap seolah hanya Daisha yang berada di sana."Tepatnya ini bukan tawaran melainkan paksaan, aku memaksamu ikut denganku Daisha!" ajaknya terlalu memaksa. Sifat Henley dan James itu 11 12 suka memaksa, nyatanya sama saja. Hubungan darah memang tidak diragukan lagi. "Tau tidak s
Read More
Dernier
1
...
345678
DMCA.com Protection Status