Semua Bab TAKDIR Cinta sang tuan muda : Bab 41 - Bab 50
107 Bab
CHAPTER 41
"Joan, ambil Jona dulu. Aku ingin membuat susu yang baru,"Kiana kembali memberikan Jona pada Joan, mungkin saja karena susu yang ada di dalam botol susu itu dingin Jona jadi menolaknya.Sembari menunggu Kiana, Joan terus menepuk-nepuk lembut punggung Jona sama seperti yang di lakukan Kiana. Ia lalu membuka satu jendela, mungkin suhu ruangan itu memang pengap bagi Jona.Tak sengaja mata Joan tertuju pada mulut Jona, terlihat sesuatu yang tumbuh di bagian gusi bayi itu."Jona? Itu di mulut kamu apa, nak?" Joan mengamati dengan seksama mulut Jona hingga akhirnya telunjuknya memaksa agar Jona membuka mulut, Joan ingin memegang benda apa yang ada di mulut bayi kecil itu."Gigi?! Jona tumbuh gigi, ya?" Tanya Joan dengan wajah sumringah, baginya tumbuh gigi berarti Jona sudah tumbuh menjadi anak yang hebat dan sehat.Kiana akhirnya selesai membuat sebotol susu hangat, gadis itu segera berlari kecil menuju arah Joan."Kiana! Coba perhatikan baik-baik, yang tumbuh di mulut Jona itu gigi, kan?"u
Baca selengkapnya
CHAPTER 42
"Anak ayah yang paling cantik dan baik hati … tidur ya? Ayah mengantuk sekali,"Joan memasang wajah lesu di depan Jona, berharap bayi kecil itu memahami perasaanya."Ditimang Joan, bukan dijadikan tempat curhat,"celetuk Kiana dengan mata tertutup, ia memang tidak bisa tertidur nyenyak sedari tadi. setidaknya tubuhnya sudah bisa berbaring dengan nyaman."Joan …,"panggil Kiana dengan suara lirih."Hm?""Besok kita tidur sampai siang saja, bagaimana? Aku harus menyiapkan diri sebelum ke pesta Alen besok malam, jangan bangunkan aku ya?"Kiana membuka sedikit matanya menatap Joan dengan lesu."Kiana! Basah," teriak Joan, matanya terbelalak saat merasakan ada air yang hangat terasa di tangannya."Pipis itu …,"ucap Kiana dengan enteng mengubah posisi tidurnya membelakangi Joan."Bangun dulu gantilah!"pinta Joan dengan nada ketus."Ah! Joan, kau kan sudah tahu cara menggantinya,"Kia
Baca selengkapnya
CHAPTER 43
"Alen?" Ucap Kiana dengan kedua alisnya berkendut."Yah, itu!""Mama darimana, sih?" Tanya Kiana sembari mengambil kantong plastik yang Dania bawa."Dari minimarket, tadi mau jalan-jalan cari matahari sehat. Eh, keterusan sampai minimarket," ucap Dania sembari membuka gendongan yang melekat pada tubuhnya, gendongan yang cukup membuat nyaman meski terus saja di pakai."Seru loh, tadi banyak yang puji Jona anak yang cantik. Mama senang dengarnya, kaya Dejavu pas kamu umur-umur segini,"Dania menceritakan semuanya dengan semangat, senyum bahagia tak henti-hentinya terukir di wajah keriputnya."Iya dong, orang jonanya imut nan cantik," jawab Kiana sembari terus mengrasak-grusuk kantongan itu, seperti seorang kucing yang sedang mencari makanan."Ini kamu beli gendongannya Dimana? Nyaman banget di pakai.""Oh, di toko pinggir jalan menuju kampus Kiana,"ucapnya masih sibuk mengeluarkan satu per
Baca selengkapnya
CHAPTER 44
Suara serak Joan yang berat di pagi itu membuat Kiana menjadi gugup, di tambah lagi karena Joan yang mencium pipinya kemarin sore.baru saja ingin duduk Kiana sudah memasang ekspresi datar."Hey, kenapa pergi? Aku baru saja ingin ikut mengobrol dengan kalian," ucap Joan dengan kening berkerut, baru saja ia ingin ikut mengobrol namun Kiana dengan cepat bangkit dari posisinya."Ah, anu … aku … aku mau mandi! Ya aku mau ke kamar mandi," Kiana segera berjalan cepat menuju kamarnya, matanya tak berani menatap Joan."Ada apa dengan anak gadis mama itu? Sakit?"tanya Joan dengan heran, tingkah Kiana sangat aneh bagi dirinya. tidak bisanya ia bersikap seperti itu, pasti ada yang ia ingin sembunyikan dari Joan."Entahlah, palingan mau buang air besar habis sarapan tadi," tepis Dania bodo amat, toh palingan Kiana sakit perut karena habis makan. gadis itu memang tak biasa makan pagi, pasti ujung-ujungnya ke toilet.Kedua alis Joan tersentak bersama-sama."Oh ya? Sarapan apa memangnya?" Tanyanya den
Baca selengkapnya
CHAPTER 45
"Apa aku menanyakannya lagi? Bagaimana kalau aku di usir? Setidaknya kau mencoba Joan! Coba,"Joan berbicara pada dirinya sendiri, mengambil kaos polos berwarna hijau tua yang ada di lemarinya lalu keluar untuk kembali mengetuk kamar Kiana."Kiana … bolehkah kita berbicara? Aku butuh kepastian darimu," saat mencoba membuka pintu kamar itu kembali, ternyata sudah tak terkunci. Entah gadis itu lupa menguncinya atau memang sengaja."Ah, tak di kunci ternyata. Kiana aku masuk …,"saat memasuki kamar itu, Joan tak menemui siapapun. Namun terdengar suara Kiana yang tengah bersenandung di dalam kamar mandi."Sedang mandi rupanya, aku tunggu saja,"sembari menunggu Kiana, Joan mengelilingi kamar itu melihat apa saja yang gadis itu bawa dari rumahnya. Mulai dari make up, pakaian, hingga beberapa popok Jona pun tersedia di kamar itu."gadis ini sangat siapa siaga sekali, tak heran aku menyukainya,"Joan terkekeh kecil melihat itu, barang-bar
Baca selengkapnya
CHAPTER 46
Kiana akan menjelaskan semuanya pada Sena, setidaknya jika keberadaan Jona benar-benar ketahuan. Kiana bisa menjadikan gadis itu sebagai saksi jika Jona tidak lahir dari perbuatan kotor dirinya atau pun joan.Sena: baiklah aku akan menunggu di sana.Setelah 10 menit, Kiana akhirnya datang memakai Hoodie oversize dengan kacamata hitam dan topi. Walaupun tak terlalu terkenal, terkadang ada beberapa paparazi dari pihak media yang mengambil gambar dirinya tanpa izin. "Kau sebenarnya ada dimana? Dirumah tapi menolak keluar untukku? Atau kau tak ingin kita datang ke pesta bersama?"Sena langsung mencerca banyak pertanyaan pada Kiana, gadis itu bahkan belum sempat duduk.Sebelum menjawab pertanyaan dari Sena, Kiana memperhatikan sekitarnya. Pembicaraan mereka jangan sampai ada yang mengetahui, rahasia yang sebenarnya tak harus di ketahui oleh banyak orang. Namun karena keadaan, Kiana harus jujur pada beberapa orang tentang itu.Kiana menarik nafas dalam-dalam lalu menatap Sena dengan tajam."
Baca selengkapnya
CHAPTER 47
"Siapa yang awalnya mau merawat Jona?"tanya Sena penasaran, hal yang mereka ghibahkan kali ini benar-benar membuatnya bersemangat."Joan, bahkan ia berhenti meminum alkohol dan ke club karena bayi kecil itu. Sungguh ajaib, kan?"jawab Kiana sembari membuat beberapa sketsa baju yang mungkin cocok untuk membuat foto keluarga nanti."Pak, nanti di depan sana ada toko bahan kue. Berhenti sebentar ya?"pinta Kiana masih serius menggambar itu di iPad miliknya, di tasnya selalu ada barang itu untuk mengisi kegabutannya di tengah keramaian."Loh, mau mampir lagi? Mau beli apa kamu di toko kue?"tanya Sena keheranan sembari memandang keluar jendela mobil, tampak beberapa kendaraan yang terjebak macet karena lampu merah rusak."Ini mama titip mau di belikan bahan kue, jika tidak ia terus saja mengancam ingin pulang terlebih dahulu,"jelas Kiana dengan bibir manyun.Sena tidak paham dengan perkataan Kiana, apa salahnya jika wani
Baca selengkapnya
CHAPTER 48
"Ah, berhenti membicarakan hal seperti ini. Aku jadi jijik,"ucap Sena dengan ketus, kembali memainkan ponselnya."Sena, Sena … dilihat-lihat kau sama saja dengan Joan," ucap Kiana dengan suara berbisik, keras kepala Sena sama seperti Joan. gadis itu tak mau kalah sama sekali, ia harus tetap ada di atas."Mengapa aku terus saja di kirimkan orang-orang dengan duplikat seperti Joan?" Kiana menghela nafas panjang lalu menatap keluar jendela, suasana yang selalu sama setiap harinya. Bunyi mesin kendaraan dan beberapa orang-orang yang menawarkan cemilan ataupun koran yang sudah tak bernilai untuk zaman sekarang, semuanya sudah ada dalam satu alat yaitu ponsel. sangat di sayangkan waktu berlalu begitu cepat, banyak yang berubah tanpa sebab. dunia semakin tuan dan lelah melayani para manusia-manusia yang tak tahu diri.Sesampainya di rumah Joan, Kiana segera mengetuk pintu rumah dengan rasa lelah. Pasalnya barang-barang yang di ambil Leon sangatlah banyak, Kiana merasa banyak barang yang tak
Baca selengkapnya
CHAPTER 49
"Ah, tidak mungkin. Sepertinya itu karena Joan lebih dekat dengan Jona jadi terlihat mirip, darah Jona saja O sedangkan Joan golongan darahnya AB jelaslah itu mematahkan semua argumen jika Joan adalah ayah biologisnya,"tegas Kiana, semuanya sudah jelas sebelum Jona masuk rumah sakit. Kiana sudah menebak jika bayi itu memang benar-benar bukan darah daging Joan, karena senakal-nakalnya Joan. Ia tak akan mau menyentuh wanita secara sembarangan, apalagi sampai menghamili wanita asing."dilihat-lihat Jona sedikit mirip dengan wajahmu juga,"ucap Sena dengan enteng."huh, Sena! berhenti berkata seperti itu, Jona bukanlah bagian dari keturunan keluargaku ataupun Joan, berhenti ya?"pinta Kiana."Sudah ada akte kelahiran dan kartu keluarganya?"tanya Sena sembari mengelus-elus lembut pipi chubby Jona."Belumlah! Mungkin Joan akan membuatnya saat Jona sudah berusia 1 tahun,"ucap Kiana sembari merapihkan beberapa pakaian dan popok Jona yang berantakan di atas meja.Mata sena menyipit mendengar uca
Baca selengkapnya
CHAPTER 50
Merasa muak terus saja di goda oleh Joan, Kiana langsung menatap Joan dengan tatapan tajam. Tangan kanannya lalu memegang rahang tegas lelaki tampan itu." Dengar aku baik-baik Joan, aku tidak marah atas apapun padamu. Tolong berhenti," Kiana lalu bangkit dari posisinya pergi dari ruangan itu dengan langkah tergesa-gesa. "mengapa tanganmu terasa dingin Kiana? kau baik-baik saja,kan?" teriak Joan berbalik menatap punggung Kiana yang mulai menghilang."Kak Joan, minta tolong ambil Jona dulu. Aku mau kejar Kiana,"ucap sena segera memberikan Jona pada Joan, mereka para gadis pasti bisa membicarakan itu. sekaligus Sena sebagai jembatan untuk Joan agar mengetahui mengapa gadis itu.Tok! Tok! "Kiana … ini aku Sena, buka pintunya dong. Aku datang kesini tidak untuk melihat pertengkaran mu dengan Joan,"gerutu Sena dengan ketus membuat Kiana tersadar."bodoh sekali! mengapa aku mengikut campurkan masalah ini dengan Sena,"Kiana merasa bodoh, berulangkali memukul jidatnya.Kiana akhirnya membuka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status