Semua Bab SUAMIKU BERUBAH KARENA WANITA LAIN: Bab 41 - Bab 50
108 Bab
Bab 41. Jalan-Jalan
Bab 41 "Mas, kamu nggak mandi? Alea aja udah selesai mandi itu. Ini mau aku cariin bajunya dalam lemari. Gak apa-apa ya aku buka, Mas?" Ulfa yang berdiri di beranda pintu langsung menuju ke arah lemari nuansa cokelat ketika melihat Sano mengangguk. Lelaki itu baru saja mengirim pesan pada rekan kerjanya kalau hari ini dia mau meminjam uang sebanyak dua ratus ribu dulu. Merasa kikuk, Sano segera menyambar handuk putih tebal, keluar dari kamar menuju ke belakang untuk membersihkan diri. Sekarang jam sudah menunjuk angka enam pagi. Sebenarnya Sano diminta menginap di kantor bersama karyawan lain, tetapi lelaki itu memohon agar bisa bolak-balik saja dengan alasan istrinya sakit, tidak ada yang mengurus. Ketika Ulfa memastikan Sano masuk kamar mandi, dia segera menyambar ponsel Sano yang sejak tadi menyala— tergeletak manja di tempat tidur. Ternyata ada pesan dari Dita dengan nama kontak 'Nenek Sihir'. Ulfa tahu kalau itu adalah madunya karena foto profil si pemilik akun. Tanpa sengaja
Baca selengkapnya
Bab 42. Veleria Baby Shop
"Teman kamu?" Ulfa mengangguk. "Kamu juga ikut ke dalam, Mas, buat bantu aku memilihkan. Barangkali Alea juga pengen beli sesuatu. Tenang aja, pakai uang aku sendiri kok kalau misal kamu gak ada uang buat beliin Alea. Soalnya di dalam tersedia mainan anak-anak juga." Terlihat Sano menghela napas panjang. Lelaki itu merasa harga dirinya sudah jatuh di hadapan Ulfa. Dia benar-benar miskin sekarang dan tidak lagi dianggap penting mengingat Ulfa sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Lelaki itu masih masuk dalam kategori beruntung karena Ulfa belum menyampaikan masalah rumah tangganya pada keluarga di Makassar. Dia ingin menyelesaikannya tanpa melibatkan keluarga. "Ayo, Mas. Kita ke dalam!" ajak Ulfa lagi. Ah, sial. Wanita itu menepuk jidatnya karena lupa menanyakan jam berapa Dita akan ke Baby Shop. Dia menghela napas, tetapi ini adalah kesempatan besar karena nanti tidak tahu harus beralasan apa lagi. Ulfa merapalkan doa dalam hati berharap rencananya kali ini terwujud. Sekarang pi
Baca selengkapnya
Bab 43. Dita Pingsan
"Wa-wanita gatal?!" Ulfa tersenyum mengiyakan. Dia semakin tidak takut karena Alea ada bersama Sano. Dadanya bergemuruh hebat menahan amarah. Tangan Ulfa gatal, ingin menjambak rambut Dita. Namun, sayang sekali karena pemilik toko malah mengusir mereka. Ulfa tidak mau keluar, dia mengambil banyak mainan mana saja untuk diberikan pada Alea. "Sengaja beli banyak mainan biar disangka kaya, padahal biasa aja. Paling juga nangis karena kehabisan beras," cibir Mahika berlalu melewati menantu pertamanya. "Sayang sekali karena aku nggak pernah kehabisan beras kayak kalian." Ulfa membalas sambil menyerahkan sejumlah uang pada kasir. Tas besar itu Ulfa bawa, langsung menuju parkiran dan memasukkannya ke dalam bagasi. Sano rupanya membeli es krim untuk Alea agar anak itu tenang. Yang merusak mood Ulfa detik ini adalah ketika melihat Mahika menyeret tangan Dita, mendekat padanya. "Sano, antar kami pulang dulu. Masa ibu sama istri kamu harus nunggu taksi? Lagi hamil tua loh dia." Permintaan
Baca selengkapnya
Bab 44. Ulfa, Kembalilah!
Begitu tiba, mereka langsung ke tempat bermain. Pengunjung hari itu lumayan sepi karena bukan hari libur. Ulfa senang, dia bebas bermain bersama anak gadis kesayangannya. Ketika Alea sibuk menghitung bola warna-warni, Sano memberanikan diri memegang tangan wanita itu agar fokus padanya. Jantung Ulfa berdetak tidak karuan, bayangan masa lalu saat pertama mereka dinyatakan sah sebagai suami istri kembali mengganggu pikiran. Namun, Ulfa segera menepis bayangan itu karena pada kenyataannya setiap kenangan meskipun indah, selalu mengurai air mata. Apalagi dia yang kisah cintanya berakhir pilu setelah kedatangan Dita. "Mas minta maaf, Dek. Mas akui semua kesalahan ini, termasuk karena menikah diam-diam. Sekarang mas datang untuk menebus semua kesalahan itu. Mas siap kamu perlakukan kayak gimana pun, mas ikhlas." Terdengar lirih, tetapi Ulfa tidak tersentuh sama sekali. Hatinya beku. Lebih tepatnya dipaksa beku oleh setiap luka. Setelah berjuang selama lima bulan, sekarang Sano dengan ent
Baca selengkapnya
Bab 45. Kamu bukan Baby Sitter
Sesampainya di dalam kamar yang pintunya tidak lupa dikunci, Ulfa langsung mengabari Fajar kalau Sano setuju. Dia juga meminta untuk menyampaikan pada boss mereka agar tidak menaikkan jabatan Sano lagi. Fajar tahu hubungan Umar Abdullah dengan Ulfa ketika tidak sengaja melihatnya bertemu di jalan di mana keduanya menggunakan Bahasa Indonesia versi Sulawesi padahal sudah sama-sama lama tinggal di Pulau Jawa. Hari itu, Ulfa sedang jalan-jalan bersama temannya sebelum memiliki Alea. Tanpa sengaja dia bertemu Umar dan meminta uang tanpa rasa sungkan karena sejak dulu dia sering bertemu. Namun, setelah itu mereka hilang kontak karena ponsel Ulfa hilang. Sekarang, mereka semakin jarang bertemu meski Umar kerap menanyakan kabar Fajar pada Ulfa. Dia juga tidak mengirimi pesan Whats-App karena istrinya sering cemburu pada wanita itu padahal usia mereka terpaut dua puluh tahun lebih. [Baiklah. Oh iya, kamu nggak sekalian mau ketemu sama Pak Umar?] balas Fajar lagi. [Nanti saja. Bilang kalau
Baca selengkapnya
Bab 46. Terkuak
"Kamu harus serius bekerja, Sano. Saya tidak mau kalau sampai kamu lalai gara-gara perempuan atau masalah pribadi kamu. Ingat, kamu kembali ke sini karena bantuan Fajar juga, berterima kasihlah padanya," ucap Umar Abdullah tegas, tatapannya sangat tidak bersahabat mengingat lelaki itu telah menduakan Ulfa. Namun, dia juga enggan memberitahu Sano kalau Ulfa itu adalah keponakannya sendiri karena Ulfa meminta untuk merahasiakan semuanya. Dia tidak ingin Sano pura-pura baik karena alasan itu. "Baik, Pak, saya mengerti. Saya akan bekerja keras di sini seperti saat pertama masuk dulu. Terima kasih sudah percaya pada saya lagi, Pak." Sano sedikit menundukkan kepalanya untuk memberi hormat, seperti orang Korea. "Jajanan di luar memang terlihat enak, tetapi apa yang istri siapkan di rumah itu tidak kalah istimewa. Mungkin kita melihat makanan di warung spesial karena kita merasa lapar atau lelah dengan pekerjaan, jadi melampiaskan pada makanan. Namun, di rumah semuanya dibuat dengan cinta.
Baca selengkapnya
Bab 47. Pembantu Gratis
Ulfa yang membaca pesan dari Fajar lantas bangkit dari duduknya. Dia sudah menyiapkan pekerjaan baru bagi Sano sang suami sialannya. Dia kesal selama ini menurut padahal berujung diduakan.Pintu utama terbuka, muncullah Sano dengan raut wajah malas. Ulfa tersenyum kecut sambil menyembunyikan tangan di punggung sebagai isyarat kalau dia tidak mau menyalami lelaki itu."Gimana, Mas, pekerjaannya hari ini?""Bagus." Sano menyerahkan tas kerjanya yang sama sekali tidak disambut oleh Ulfa. Peka istrinya masih belum mau baikan seperti dulu memaksa Sano melangkah malas ke kamar sambil sedikit melonggarkan dasinya.Dia merebahkan diri di tempat tidur karena lelah duduk lama di depan layar komputer. Matanya menatap langit-langit kamar sambil tersenyum membayangkan bagaimana imutnya anak itu nanti ketika sudah lahir.Tentunya seorang anak yang akan lahir dari rahim Dita. Dia gadis cantik serta menawan, tentu saja anak yang dilahirkannya kelak hampir dikata sempurna sebab Sano pun tidak kalah ta
Baca selengkapnya
Bab 48. Ciptakan Neraka di Rumahmu
Selesai mandi, Sano langsung menuju meja makan yang sudah terhidang nasi dengan lauk tempe goreng tanpa bumbu. Dia mendengus kesal, tahu kalau Ulfa menyembunyikan makanan enak.Terpaksa dia menikmati tempe yang ternyata terasa hambar. Di saat yang sama, Ulfa datang ke dapur untuk membuat kopi. Jika wanita itu ingin lembur, maka harus menyediakan minuman hitam pekat tersebut.Sekilas dia melirik pada Sano. "Itu resiko karena udah cuekin Alea. Aku sebenarnya senang kalau Mas Sano bersikap begitu, cuman Alea yang bakal kesinggung. Lain kali hati-hati, Mas!""Ya udah, sorry."Kalimat itu yang paling Ulfa benci. Dia tahu membedakan ketika seseorang tulus meminta maaf atau tidak. Jelas sekali perbedaan antara 'ya udah, sorry' dengan 'maaf, ya'."Udah mulai kasar lagi kek dulu? Mentang-mentang kerja. Kamu belum jawab ya kenapa aku cuma dikasih sejuta. Kamu pikir nafkah sejuta cukup, Mas? Makanya, ceraikan aku saja kalau kamu nggak mampu!""Harusnya kamu bersyukur karena mas mau tinggal di si
Baca selengkapnya
Bab 49. Pembalasan Dendam
"Mas!" teriak Ulfa dari dalam kamar, sengaja mengejutkan sang suami yang sedang sibuk menyuapi Alea di dapur. Gadis kecil itu bangun tidur pukul lima pagi tadi karena lapar. "Mas, ke sini!""Kenapa, Dek?"Terpaksa Sano beranjak dari duduknya, lalu melangkah cepat ke kamar Ulfa. Sano terkejut mendapati kamar seperti kapal pecah di mana handuk kecil berserakan di mana-mana, lalu lantai sedikit basah padahal tadi sudah dia bersihkan saat wanita itu berada dalam kamar mandi.Ingatannya kembali pada beberapa bulan lalu di saat Sano ingin mengakhiri hubungannya dengan Dita karena paksaan dari Dita. Jadi, dia mencoba cari masalah untuk membuat wanita itu jenuh lantas memutuskan untuk bercerai."Hair dryer aku kamu simpan di mana, Mas? Kalau rambut aku basah kayak gini mana bisa fokus kerja. Aku nggak mau ya gulung rambut pake handuk sampai berjam-jam!" sungut Ulfa menekuk wajahnya."Masalah hair dryer doang kamu bisa semarah ini? Hair dryer yang pink itu, kan? Aku simpen dalam laci nakas.Ul
Baca selengkapnya
Bab 50. Rayuan Mertua
Ketika Ulfa sedang sibuk merangkai kata untuk menyelesaikan satu bab tambahan sebelum dzuhur tiba, pintu rumahnya terketuk berulang kali. Dia kesal dan ingin mengabaikan berharap orang itu menyerah, mengira rumahnya kosong.Akan tetapi, begitu terdengar suara sang ibu mertua memanggil, Ulfa menghela napas panjang. Laptop berwarna hitam itu dia letakkan di samping Alea yang sibuk bermain tanpa lupa menyimpan tulisannya yang masih setengah bab.Begitu pintu rumah terbuka, Mahika langsung masuk sebelum dipersilakan. Dita juga datang ke sana, sangat berani padahal sedang hamil tua. Mereka berdua lantas duduk di sofa kulit itu, bersikap santai seakan tidak ada masalah di antara mereka.Ulfa berusaha sabar ketika melihat tingkah mereka, lalu ikut duduk menghadapnya tanpa menyuguhkan seulas senyuman. Hati Ulfa seperti dibakar oleh rasa marah karena sikap tidak sopan yang ditunjukkan oleh mertua dan adik madunya."Ada perlu apa ibu sama Dita ke sini?" tanya Ulfa dingin."Ulfa, kamu sendiri ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status