Semua Bab CEO Tampan itu Suami Baruku: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
21. Kawan sekaligus lawan yang kuat
Ian memandangi pintu yang ditutup rapat di hadapannya. Seketika itu, rasa hangat yang ada menghilang dan digantikan oleh rasa kosong yang tak terlukiskan. Hatinya terasa hampa seolah-olah seluruh kebahagiaan telah diseret keluar bersama dengan Karen. Matanya tak mampu berkedip ketika mencoba memahami apa yang baru saja Karen sampaikan.'Kebohongan?' Mendengar kata itu Ian dapat mengerti, kenapa Karen memilih berbohong, bagaimana Karen tidak percaya padanya. Meski begitu dia tidak ingin terlalu memikirkannya, karena kepercayaan tidak bisa didapat dengan paksaan.Ian membuka tirai jendela di samping meja, melihat embun jendela yang hancur karena terpaan hujan, halaman luas dan gelap berangsur-angsur membuatnya nyaman, rasa sendiri dan tenang ternyata bisa didapatkan di rumah orang lain.Dia sangat jarang pulang ke rumah, meski termasuk tujuh besar orang terkaya di dunia, dia tidak suka mengoleksi barang-barang mahal. Dia hanya gila kerja, rumah besarnya mung
Baca selengkapnya
22. Undangan Untuk Pasangan
Bumi terasa hangat, ruangan kerja yang sunyi membuat sang tuan tampak tenang dan fokus. Mata hitamnya bergerak dari kiri ke kanan mengikuti panjang kalimat hitam di kertas putih.Postur tegak dan elegan itu tidak berubah meski sudah lama duduk dalam fokus. Ian seolah mengangkat satu telinganya saat mendengar suara ketukan di pintu.Matanya tetap membaca dan membiarkan orang di luar masuk seperti biasa. Orang yang masuk tidak mengatakan apa-apa sampai mata hitam berhenti dan menutup dokumen."Jadi?" tanya Ian setelah menaruh dokumennya ke samping, benar-benar rapi dan aman. Matanya lalu bergerak ke atas menatap Suhan yang menunggunya selesai membaca.Suhan memberikan sebuah undangan ke atas meja. "Damian Entertainment mengirimkan undangan untuk pesta ulang tahun perusahaan.""Jadwalnya?""Ada pertemuan dengan chairman Elvano di siang hari, malamnya tidak ada jadwal!" jelas Suhan cepat. Pesta dilaksanakan pada malam hari, sangat pa
Baca selengkapnya
23. Nama dari seorang gadis yang cacat
Mendengar namanya dipanggil, Karen yang sedang membuat kopi segera menoleh dan mendapati Ian tangan berdiri menatapanya.Karen terpaku sesaat, matanya seketika bergerak melihat kondisi ruangan yang tiba-tiba menjadi sunyi. Pandangan mata mereka terpusat pada seorang pria gagah yang baru saja memanggil namanya.Tangannya bergerak cepat menyelesaikan pesanan, mengantarkannya lalu kemudian menghampiri Ian.Mereka terpisahkan oleh sekat coffee station yang berwarna emas dan putih. "Selamat datang. Emm... ada apa?" tanya Karen. Dia tidak yakin Ian datang untuk memesan kopi atau bukan."Aku belum mendapat jawaban!" jawab Ian.Mulut Karen sedikit terbuka. Suara para pengunjung yang mulai berbisik-bisik, terdengar seperti suara dari ribuan nyamuk yang siap masuk ke telinganya. Badannya sedikit lemas."Tunggu sebentar!" ucap Karen kemudian pergi ke dalam, bertepatan dengan itu Sonia baru saja keluar dan melihat kondisi dengan cepat.
Baca selengkapnya
24. Jadilah Pacarku
"Tolong diingat! Jangan sampai Anda tertipu, meski saya yakin dia belum melupakan anak saya. Dan mohon rahasiakan tentnag pernikahan anak saya dengan gadis mandul itu. Sampai jumpa!"Ian membatu. Suara pintu yang tertutup masih bengema di dalam telinganya, matanya menatap esspreso yang ada di tangannya dengan tajam. Perasaan murka benar-benar meledak di dalam dirinya.Suhan yang baru masuk setelah melihat Nonya Daya turun, terkejut. Di hadapannya sudah ada serpihan kaca yang tercerai-berai dari bentuk aslinya. Pecahannya bahkan sampai ke pintu.Matanya kemudian tertuju pada lengan Ian yang meneteskan darah. Alirannya menggenang di telapak sepatu pria itu. Suhan dengan cepat mengeluarkan sapu tangan dan menutupi luka tersebut.***Karen dan Ian tiba di pesta ulang tahun perusahaan Damian dengan elegan. Karen memakai gaun panjang berwarna navy yang indah menutupi tubuhnya yang langsing. Rambut pendeknya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan
Baca selengkapnya
25. Menginaplah
Karen menatap tajam mata Damian yang masih setia membentuk bulan sabit. "Kau bilang dia sehabatnmu, tapi kau malah berbicara buruk di belakangnya. Kau bahkan tidak pantas mengatakan hal itu.""Kau juga bisa marah? Kau tahu? Wajah marahmu itu lebih menarik daripada wajahmu saat tersenyum!" Damian tidak menanggapi komentar Karen mengenai hubungannya dengan Ian. Lagipula dia tidak pernah menganggap serius kata 'sahabat' selama ini."Berhentilah tersenyum, senyum palsumu itu sangat jelek!"Mendengar perkataan itu Damian menurunkan sudut bibirnya. Urat di dahinya muncul dengan cepat. Mata cerahnya berubah tajam, menusuk mata persik cantik yang memerah di hadapannya itu. Dia ingin segera membungkam bibir tipis itu. Mengurungnya sampai dia tidak akan di temukan oleh Ian, dengan seperti itu mungkin dia akan melihat pria itu menderita.Karen baru saja ingin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya dia bertemu dengan tatapan mata khawatir dari Ian yan
Baca selengkapnya
26. Jika bersamamu Aku tidak menolak
Karen terlihat tidak peduli. "Tentu saja agar dia tidak khawatir," jawabnya ringan.Ian menggelengkan kepala dan melangkah masuk. Matanya merasa nyaman, saat menatap warna ruangan yang begitu sejuk dan tenang itu, warna sage mengingatkannya terhadap matcha yang karen pesan waktu dulu."Di mana senter mu? Mungkin saja nanti mati lampu!" ucap Ian setelah mengintip di balik tirai, angin kencang diliat terlihat sangat tidak bersahabat.Karen yang mendengar itu segera berlari ke kamar dan kembali dengan sepuluh senter di tangannya. Napasnya cepat, setelah menaruh senter ke atas meja, dia memperhatikan jam dinding yang menunjukan pukul setengah sepuluh malam."Aku akan mandi! Kau juga akan mandi kan?" tanya Karen santai. Dia berdiri setelah merasa nyaman. Matanya masih menatap Ian yang duduk di sofa seberangnya.Ian yang awalnya mematikan telepon dengan cukup lama segera menoleh dan mengangguk. "Tentu saja!" jawabnya dengan senyuman."Kau sangat aneh akhir-akhir ini!" balas Karen seraya meny
Baca selengkapnya
27. Americano untuk Tuan Shambara?
Karen hampir saja tertipu. Tidak, lebih tepatnya dia menipu perasaannya sendiri dengan cara meyakini jika Ian hanya bercanda dan tidak serius.Dia berjalan dan memukul bahu Ian. "Berhenti menggodaku, kau seperti anak kecil!" ejeknya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.Ian memeganggi bahunya, seolah rasa sakit setelah pukulan pelan Karen itu berefek fatal meski sebenarnya dia bahkan tidak merasa kesakitan sama sekali, matanya menatap Karen yang sedikit kesal karena perkataannya. "Aku hanya anak kecil jika bersamamu," belanya cepat.Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak bersikap dingin kepada Karen, bukan karena terpaksa, tapi dia suka sifat Karen yang perhatian dan pemarah. Sangat original namun penuh rahasia dan kewaspadaan.Semakin hari hubungan mereka semakin membaik, Karen terus mengirimkan bekal makam siang untuk Ian, sedangkan Ian sering meluangkan waktu untuk mengantar Karen pulang.Bekal yang diberikan Karen menjadi topik hangat di perusahaan Shambara, ha
Baca selengkapnya
28. Obsesi dari seorang Damian Valo
Mendengar itu seketika kaki Karen di ambang batasnya, saat tubuhnya akan menyusut ke lantai sebuah tangan tiba-tiba melingkari pinggang tipisnya.Bukannya tenang Karen justru semakin panik karena jarak antara badan mereka hanya tersisa kurang dari sejengkal. Dia berusaha mendorong tangan itu untuk menjauh, tetapi dia merasa seperti mendorong tembok besi yang tidak akan bergerak seidkitpun.Melihat Karen yang terus mendorong meski tidak dapat terlepas darinya, membuat Damian tersenyum penuh kemenangan, "Aku sangat mencintaimu! Kenapa kau tidak meninggalkannya dan datang kepadaku!" bisiknya senang.Karen segera mengangkat wajahnya. "Aku tidak tertarik denganmu, lepaskan aku!" ucap Karen bergetar, matanya sedikit basah. Emosi bercampur takut dan kemarahan meluap di wajah pucatnya.Pemandangan itu membuat Damian semakin bahagia, dia sangat yakin wajah marah Karen adalah yang tercantik di antara perempuan yang pernah dia temui."Aku semakin ingin memilikimu!"Karen segera memberontak tanga
Baca selengkapnya
29. Aku akan kembali, oke?
Beberapa waktu lalu Ian baru sampai ke kantor. Dia tetap kembali ke kantor meski tidak ada jadwal lqin di tenpat kerjanya itu.Setelah kembali dari luar kota. Dia mungkin sangat kelelahan tetapi nyatanya dia sudah terbiasa, jadi kesibukannya tidak pernah membuatnya mengeluh berlebihan.Dia ingin segera masuk ke kantornya dan memesan kopi, setelah itu dia berniat menghantarkan Karen pulang. Jadi dia senang karena jadwalnya tidak padat."Selamat malam, Tuan Damian sudah menunggu di dalam," ucap Sisil yang berdiri setelah membungkuk sedikit. Kali ini dia tampak tegap dan sangat menghormati Ian. Dia juga melupakan ada Karen di dalam sana.Ian mengangguk tanpa ekspresi, melewati Sisil seperti biasa. Saat sampai di pintu dia mencoba membuak pintu tersebut, tetapi itu di kunci dari dalam.Merasa menunggu cukup lama, dia segera mengeluarkan smartphonenya dan membuka kunci pintu tersebut menggunakan aplikasi yang sudah tertaut dengan smart lock pintu tersebut.Dia membuka pintu seperti biasa,
Baca selengkapnya
30. Kue untuk orang yang spesial
Siang yang sedikit cerah, langit-langit ditutupi awan kelabu, angin dingin bertiup kencang di luar jendela, tirai-tirai hitam dan tebal sedikit bergoyang, sesekali juga terbuka memperlihatkan cahaya redup dari matahari.Mata bengkak Karen awalnya tidak terganggu dengan cahaya tersebut, tetapi kemudian bulu matanya bergetar dikala telinganya menangkap suara pintu yang diketuk singkat.Matanya terasa berat saat dibuka, rambutnya yang lurus terlihat sedikit berantakan, Karen memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.Hari indah yang seharusnya dipenuhi dengan kegiatan biasa, seketika hilang tepat saat otaknya mengingat kembali perlakuan kasar Damian, dia menekuk lututnya di dalam selimut, membenamkan kepalanya di sana dan benar-benar lupa dengan ketukan di pintu."Karen, boleh aku masuk?" tanya Ian dari liar pintu.Karen segera menghapus air matanya, menepuk-nepuk pipi dan bibirnya yang terasa bengkak.Dia tidak membalas melainkan segera berdiri dan berjalan untuk memebukakan pintu. "Maaf
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status