Semua Bab Silakan Ambil Suamiku, Mbak!: Bab 31 - Bab 40
71 Bab
Bab 31
Aku pun akhirnya mengungkapkan isi hatiku, supaya ia paham kalau aku ini tidak suka, dengan cara kekasih Dokter Reynaldi bertindak."Maksud kamu Maya dan Rita datang, sambil marah-marah sama kamu?" tanya Dokter Reynaldi menegaskan."Iya, Mas, mereka datang ke kantorku sambil marah-marah. Mereka menuduh aku mau merebut kamu darinya, mereka menuduhku seperti kepada seorang pelakor. Bikin image aku hilang, di depan para karyawanku sendiri," sungutku.Aku menerangkannya, sambil terbawa suasana hati yang sedang dibakar em*si. Biarlah biar Dokter Reynaldi tahu, kalau aku memang tidak suka, dengan tindakan kedua perempuan itu."Mau ngapain sih mereka melabrak kamu segala, bikin malu saja? Asal kamu tau, ya Mila. Aku sama dia itu sudah tidak ada urusan apa-apa lagi, aku sudah memutuskannya perjodohan dengannya. Karena sebenarnya, aku tidak pernah ada kecocokan sama dia," ungkap Dokter Reynaldi."Ya aku nggak tau urusan itu, ya Mas. Intinya karena kebersamaan kita selama ini, ada yang tidak
Baca selengkapnya
Bab 32
"Bu, kalau bicara itu lihat-lihat situasi dong! Ini itu restauran, tempat makan, bukan tempat adu mulut," sahutku dengan nada rendah."Kenapa, Mila, kamu malu ya? Biarin, biar semua orang tau, kalau kamu itu seorang perempuan pembawa sial. Biar kamu juga tidak laku lagi seumur hidup kamu," ungkap Bu RismaPerkataan perempuan tua itu membuat aku terbawa emosi. Ia tidak pernah menghargai aku, dari semenjak aku masih menjadi menantunya, hingga kini sudah bukan siapa-siapanya lagi. "Bu, bukan aku yang pembawa sial, tetapi anak Ibu dan keluarga Ibu yang pembawa sial. Kalian yang telah membuat sial kehidupanku, serta keluargaku. Seharusnya Ibu yang merasa malu karena Ibu seolah membongkar aib Ibu sendiri, apalagi ini tempat umum lho, Bu. Bahkan saat ini orang-orang juga sedang melihat ke arah kita, apa Ibu mau aku bongkar semuanya, kenapa anak Ibu bisa sampai seperti itu?" tanyaku."Apa maksud kamu, Mila?" tanya balik Bu Risma.Iya bertanya seakan tidak sadar akan kesalahanya. Ia seolah-ola
Baca selengkapnya
Bab 33
"Eh ... Om Ferdi, bukan Om, ini bukan calon Mila. Karena Mila belum kepikiran lagi untuk segera menuju kearah sana. Mas Reynaldi ini teman aku, Om. Ia memintaku, supaya aku memilihkan perhiasan untuk calon istrinya," terangku."Oh begitu ya, Om kira kamu sudah mau menikah lagi. Oh iya, Mila, ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Mama dan Papa kamu sekarang? Maafkan Om, sebab belum sempat lagi menengok mereka," tanya Om Ferdi lagi."Alhamdulillah, Om, Mama dan Papa sehat. Hanya saja mereka tidak bisa berjalan," sahutku.Aku memberitahu keadaan orang tuaku, kepada Om Ferdi yang merupakan teman Mama dan Papa. Walau keturunan Tionghoa, tetapi ia juga seorang muslim sama sepertiku."Alhamdulillah, kalau mereka sehat. Insya Allah, Om akan segera menemui mereka lagi. Ya sudah, sekarang mana yang akan dipilih?" tanyanya kemudian."Itu, Om, yang katanya ada koleksi terbaru," sahut Dokter Reynaldi.Om Ferdi pun segera mengambil perhiasan, kemudian memberikannya kepada Dokter Reynaldi. Dokter Reyn
Baca selengkapnya
Bab 34
"M-mas, Mas Reynaldi, kok kamu ada di sini juga sih?" tanya Maya dengan gugup."Ya bisa dong, Maya. Karena, aku dari tadi memang sedang bersama Mila. Kenapa, kok kamu kaget begitu," tanya Dokter Reynaldi."Mas, ngapain sih kamu terus menerus bersama dia? Aku ini kan calon istri kamu, Mas. Tapi kenapa kamu tidak pernah mau bersamaku," tanya Maya.Ia bertanya, tentang alasan Dokter Reynaldi tidak pernah mau bersamanya. Aku pun hanya menjadi penonton, saat Maya meminta penjelasan kepada Dokter Rey tersebut."Maya, bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, kalau aku tidak pernah mau dijodohkan dengan kamu. Tapi kenapa kamu masih ngotot juga," tanya balik Dokter Reynaldi."Mas, tapi aku itu cinta sama kamu. Aku ingin kita menjadi keluarga, makanya aku tidak pernah rela, jika kamu bersama wanita lain." Maya memberitahu alasannya, kenapa ia masih mengejar Dokter Rey. Padahal sudah jelas-jelas, kalau Dokter Reynaldi menolaknya."Tapi kamu juga harus paham, Maya, kalau cinta itu tidak haru
Baca selengkapnya
Bab 35
"Nanti saja, Mila, sekarang belum waktunya," ujarnya. Percakapan kami pun terhenti, saat tiba-tiba pelayan datang dan membawa makanan pesanan Dokter Reynaldi. Ternyata apa yang dipesan Dokter Reynaldi, sama persis dengan apa yang aku pesan. Rupanya kami berdua, memiliki selera yang sama soal makanan."Ayo kita makan dulu, perutku sudah keroncongan!" ajak Dokter Rey."Iya, Mas," sahutku.Setekah itu, aku menyeruput minumanku dulu, kemudian aku bersiap mendekatkan piring pesananku. Tetapi baru saja aku akan mengambil piring pesananku, Dokter Reynaldi malah pendahuluinya. Ia menukar makanannya, dengan makananku. Aku begitu kaget dengan perlakuannya ini, sebab dia begitu tiba-tiba tanpa berbicara apa-apa dulu kepadaku."Ini kamu makan yang ini aja, biar punyamu buat aku. Aku nggak suka makanan yang masih panas," ujarnya."Iya, Mas," sahutku.Entah benar atau tidaknya, ia tidak suka makanan yang masih panas, aku juga tidak tahu. Tetapi aku menghargai apa pun yang dilakukannya untukku. Saa
Baca selengkapnya
Bab 36
"Ah ... yang benar sih, Bi? Apaa benar Rumah sakit jiwa Persada kebakaran?" tanyaku tidak percaya."Iya, Non, ini buktinya," terang Bi Ratih.Ia pun memberikan handphonenya, kemudian aku melihat isi vidio, yang diputar di handphone Bi Ratih tersebut. Ternyata benar sia yang diharapkan Bi Ratih, kalau rumah sakit jiwa yang dihuni Mas Reno terbakar."Ini sih beneran, Bi, ujarku."Ya iya dong, Non. siapa bilang bohongan," sahutnya. Aku pun bertambah khawatir, takut apa yang aku pikirkan kejadian."Ini kejadiannya semalam kan, Bi? Biar aku minta Pak Taufik melihat dan memastikan, kalau Mas Reno masih berada di sana," terangku."Iya, Non, ngeri juga rasanya, jika ternyata orang gila yang kabur tersebut salah satunya adalah Den Reno. Terus ia membuat rusuh lagi," kata Bi Ratih.Ternyata kami sepemikiran, apa yang ditakutkan Bi Ratih sama dengan pemikiranku. Aku pun segera menelepon Pak Taufik, meminta supaya ia menyelidiki ketempat kejadian. Pak Taufik pun menyetujui perintahku.Setelah m
Baca selengkapnya
Bab 37
"Iya, Reno meninggal," sahut Pak Taufik."Ya ampun, kok tragis banget nasib mantan menantu kita, Pah. Mama nggak menyangka, dia akan meninggal dalam keadaan seperti itu. Mana keadaannya tidak waras lagi," ungkap Mama."Namanya juga takdir, Mah. Mana kita tau keadaan hidup kita seperti apa kedepannya, yang penting kita harus tetap berbuat baik, supaya kita meninggal dalam keadaan husnul khotimah," jawab Papa penuh degan pesan moral.Papa memang bijaksana, ia tidak pernah mau mengucapkan hal yang jelek-jelek, walaupun orang tersebut telah banyak merugikan dirinya. Setelah memberikan laporan tentang Mas Reno, Pak Taufik pamit. Aku pun masuk ke kamar, kebetulan hari ini week end jadi aku libur ngantor.Saat di dalam kamar, aku malah terus membayangkan Mas Reno. Aku tidak menyangka, dia akan meninggal secepat ini. Biar bagaimana pun kami telah lebih satu tahun bersama, jadi tetap merasa sedih ketika mendengar seperti itu.***"Bu, Mila mau pergi ke kantor ya. Tapi nggak usah di antar sama
Baca selengkapnya
Bab 38
"Bangun, kamu perempuan sialan," bentak seseorang, sambil mengguyur tubuhku.Aku yang baru tersadar pun kelabakan, ketika mendapat perlakuan seperti ini. Aku pun mau mengusap wajahku, tapi ternyata tidak bisa karena tanganku terikat. Aku pun melihat ke arah orang yang mengguyurku, ternyata itu adalah Mbak Wina. Ia berkacak pinggang, sambil tersenyum miring ke arahku.Aku melihat sekeliling, siapa tahu aku mengenal tempat ini, tetapi ternyata aku tidak tahu dimana aku sekarang. Aku pun mengingat kejadian sebelumnya, yang Membuatku pingsan, hingga berada di sini. Ternyata itu ulahnya Mbak Wina, tapi aku merasa sangsi, jika dia sendiri yang Membuatku begini.Aku merasa jika dia tidak seorang diri melakukan semua ini, tetapi mungkin juga dia melakukannya bersama dengan Bu Ratih dan juga Reni. Karena mereka bertiga adalah orang yang begitu membenciku, setelah Mas Reno berhasil aku penjarakan dan dia harus masuk rumah sakit jiwa, serta kini dinyatakan meninggal dunia."Mbak Wina, kenapa aku
Baca selengkapnya
Bab 39
"Bu, Mbak Wina, aku lapar," teriakku.Aku berteriak, saat perutku merasa sakit, akibat menahan haus dan lapar. Karena semenjak aku disiram kemarin oleh Mbak Wina, hingga saat ini aku tidak diberi apapun juga oleh mereka. Jangankan makanan, diberi minuman pun tidak.Aku benar-benar sedih, sebab baru kali ini aku merasakan kelaparan. Ternyata seperti ini yang namanya kelaparan, mungkin seperti ini juga yang dirasakan oleh orang-orang, yang kurang beruntung kehidupannya."Bu, Mbak, beri aku makan dan minum. Aku haus dan juga lapar," teriakku lagi.Tetapi percuma, sebab tidak ada satu orang pun diantara mereka yang menyahut teriakanku. Hanya suaraku yang terus menggema di ruangan lembab ini. Aku terus-menerus berusaha, aku tidak putus asa. Aku terus berteriak, sambil menggerakan kaki dan tangan, siapa tahu ikatannya bisa terlepas.Tapi alih-alih terlepas, ikatan malah serasa semakin mengencang. Tenagaku malah terasa begitu terkuras, dengan apa yang aku lakukan ini. Mereka begitu tega meny
Baca selengkapnya
Bab 40
"Iya, Mbak, sebentar ya," sahutku.Aku pun segera membuka pintu kamar mandi, kemudian keluar dari sana. Saat aku membuka pintu kamar mandi, ternyata Mbak Wina sudah berkacak pinggang di depan pintu kamar mandi tersebut."Kamu ini mau ngerjain aku ya, Mila. Bikin kesel aja," sungutnya."Maaf, Mbak, tadi perut aku bener-bener sakit," sahutku, walau pun itu bohong."Ah, ngeles saja kamu," ujarnya.Kemudian ia pun kembali mengikat kedua tanganku ke belakang. Saat ia sedang mengikat tanganku, aku memperhatikan ruang lingkup tempat penyekapan ini. Aku mencari posisi pintu depan dan juga pintu belakang. Jadi jika nanti ada kesempatan bagus untuk kabur, aku sudah tahu dimana posisi kedua pintu tersebut. Aku tadinya menyangka, kalau aku disekap di rumah Bu Risma, atau di rumah Mbak Wina. Tapi saat aku melihat ruangannya, ternyata aku juga merasa asing dengan rumah ini. Karena ternyata tempat ini bukanlah rumah Bu Risma, maupun rumah Mbak Wina seperti yang ada dalam dugaanku."Ayo jalan, nga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status