Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 31 - Bab 40
156 Bab
Pelatihan Mandiri
'Tentu bisa. Saat ini jiwaku sudah menyatu denganmu, jadi itu bukan hal sulit untuk melakukannya. Memang kenapa?' tanya Sakra bingung.'Jika menggunakan tenaga dalam milikmu, aku akan bisa sembuh lebih cepat bukan? Tapi jika aku bisa sembuh lebih cepat, orang-orang akan mencurigaiku. Jadi, apa kau bisa mengatur denyut nadiku agar tidak ada yang curiga setelah aku sembuh?' Pandya menjelaskan idenya.'Idemu tidak buruk. Baiklah, aku akan mengaturnya agar tidak akan ada orang yang curiga. Tapi apa rencanamu setelah itu?' Sakra masih belum benar-benar paham dengan rencana yang dipikirkan oleh Pandya.Pandya menyunggingkan senyumannya tanpa sepengetahuan tabib Arsa. Dia sudah membayangkan apa yang akan dilakukannya, setelah tubuhnya benar-benar sembuh. Apalagi saat ini Akandra sudah menjadi guru baginya, dia yakin kalau pamannya itu juga mempunyai rencana untuk bisa membuatnya tetap mendapat pelatihan selama masa pemulihannya.'Baiklah. Kalau begitu kau bisa mulai menyembuhkan luka dalamku
Baca selengkapnya
Sub Ruang
Raut ketegangan terpancar dari wajah para murid. Mereka benar-benar terkejut dengan pengumuman yang mendadak itu. Bahkan, untuk keuntungan ujian tahap 1 saja belum mereka terima semua, tapi mereka sudah harus memikirkan tentang ujian tahap kedua."Bukankah ini terlalu cepat untuk ujian tahap kedua?" bisik salah seorang murid."Benar, bukankah 3 tahun ada 6 tahap ujian? Bukankah paling tidak ada waktu 6 bulan untuk setiap tahapannya?" tambah murid yang lain."Sudahlah, lebih baik kita dengarkan dulu saja penjelasannya!" jawab salah seorang murid menghentikan pembicaraan itu.Semua masih menunggu kelanjutan ucapan Agha. Namun, bukannya melanjutkan bicara—dia malah menghampiri salah seorang penjaga yang membawa sebuah kotak dengan kedua tangannya. Kotak berwarna hitam itu cukup besar, walaupun sepertinya penjaga itu tidak merasakan beban sama sekali saat membawanya.Agha menganggukkan kepala kepada salah seorang penjaga yang langsung paham dengan apa yang dimaksud. Penjaga itu membuka gu
Baca selengkapnya
Aliran Energi
Setelah selesai dengan memperagakan sebuah jurus, Akandra menghampiri Pandya yang masih menatapnya. Dia tahu jika Pandya akan terkejut dengan apa yang dilakukannya, tapi ini memang sudah Akandra rencanakan sebelumnya. Dia ingin Pandya melihat secara langsung, seni bela diri dari Ajaran Pedang yang seharusnya sudah dia pelajari sejak awal."Kau tahu apa jurus yang aku perlihatkan barusan?" tanya Akandra mencoba memberi kesempatan kepada Pandya untuk menebak."Aku merasa tidak asing dengan setiap gerakannya. Tapi, gerakan guru tadi benar-benar sangat sempurna!" jawab Pandya antusias."Benar, sebenarnya kamu sudah sering melihatnya. Tapi, melihatku secara langsung mungkin membuatmu ragu itu gerakan yang sama atau bukan." Akandra kembali memancing Pandya untuk kembali menebak.Pandya kembali berpikir dan mengingat-ingat setiap gerakan yang dilihatnya barusan. Dia benar-benar seperti sudah sering melihatnya, dengan versi yang berbeda. Dan saat akhirnya dia ingat, matanya langsung melotot k
Baca selengkapnya
Jurus Pedang Tahap Awal
"Kalau itu, lebih baik kau tau bersama murid yang lain. Aku hanya akan membantumu berlatih untuk mempersiapkannya. Sudahlah, kau istirahat saja untuk malam ini—dan baca semua kitab yang aku letakkan disana!" perintah Akandra sambil menunjuk nakas di samping tempat pembaringan.Kitab yang dimaksud oleh Akandra sudah bertumpuk di atas nakas—yang cukup banyak dan tebal dengan ukuran yang berbeda-beda. Mungkin, itu semua kitab bela diri Ajaran Pedang yang belum pernah Pandya pelajari sebelumnya. Dan sekaranglah saatnya dia bisa mempelajarinya, setelah bisa menepati janji dengan 5 pemimpi Ajaran.Setelah memberi perintah, Akandra langsung keluar dari ruang pengobatan tanpa berbalik lagi. Setelah menatap kepergian Akandra hingga tubuhnya terhalang oleh pintu, Pandya duduk di tempat pembaringan dan mengambil salah satu kitab yang dibawakan sang guru. Dia melihat judul buku yang tertulis di sudut sampulnya."Jurus Ajaran Pedang Tahap Awal? Apakah aku benar-benar harus mempelajarinya dari awal
Baca selengkapnya
Pujian Sakra
'Aku juga tidak tahu. Tapi melihat tadi dia melirik kearah kitab, sepertinya dia tahu kalau pamanmu datang kesini.' Sakra mengatakan pemikirannya.'Benarkah? Lalu, bagaimana jika dia melaporkan kalau paman melanggar peraturan?' tanya Pandya panik.'Menurutku itu tidak mungkin. Jika memang dia berniat seperti itu, pasti dia mengajak si tabib untuk menjadi saksi," jawab Sakra santai.Pandya tampak memikirkan jawaban Sakra yang menurutnya masuk akal. Lagipula, penjaga timur dan barat adalah pasangan dengan kekuatan hebat di akademi. Pandya pikir memang tidak mungkin jika Agha akan menyulitkan Akandra hanya untuk mendapat pujian.Setelah cukup lama berpura-pura tidur, pada akhirnya Pandya merasa sudah tidak nyaman dengan posisinya. Dan mau tidak mau dia harus bersikap seperti baru saja terbangun, agar bisa menggerakkan tubuhnya dengan bebas. Sedangkan tabib Arsa yang melihat pergerakan Pandya langsung mendekat kearahnya."Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya tabib Arsa saat Pandya sudah b
Baca selengkapnya
Aturan Akademi
"H–ha–hanya tanganku yang bisa digerakkan dengan bebas," jawab Pandya dengan tergagap setelah berhasil menelan makanannya dengan susah payah.Pandya sudah merasa sangat panik. Dia tidak menyangka jika kebohongannya akan bisa langsung terbongkar begitu saja. Dia merasa cukup bodoh, karena hanya karena makanan usahanya bisa menjadi sia-sia.Dia melirik ke arah tabib Arsa karena jawabannya tidak mendapat respon. Tapi, setelah melihat ekspresi tabib Arsa—Pandya merasa jika kekhawatirannya itu percuma. Karena bukannya marah dengan kebohongannya, tabib Arsa malah tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya."Baguslah, aku senang melihat perkembangannya. Aku cukup bangga dengan kemampuan pengobatan yang aku miliki," jawab tabib Arsa dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.Jawaban itu membuat Pandya tercekat dan terpaku sejenak. Dia merasa sangat sia-sia karena sempat merasa khawatir tadi. Nyatanya tabib Arsa malah memikirkan kemampuannya yang sudah lama tidak pernah tersalurkan selam
Baca selengkapnya
Menyalurkan Kontrol Tenaga
Di sepanjang jalan Akandra kembali memikirkan perkataan Agha yang tidak ia duga. Dia kira kedatangan Agha tadi hanya untuk memaksanya berhenti dengan niatannya. Namun, ternyata pikirannya salah dan dengan sikap serta wajah garangnya itu, ternyata Agha memiliki rasa khawatir dan peduli kepadanya.Dengan rumor yang beredar tentang kekuatan besar saat kemampuan penjaga timur dan barat disatukan, semua orang berpikir jika mereka berdua adalah sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Tapi, nyatanya semua itu hanya rumor yang tidak terbukti akan kebenarannya. Mereka malah lebih tepat disebut sebagai musuh, yang sering berdebat untuk masalah sepele dan acuh tak acuh satu sama lain.Dan baru saat ini Agha memperlihatkan rasa pedulinya, yang malah membuat Akandra bergidik ngeri. Karena bahkan sebelum ini, jarang diantara mereka yang mendatangi ruangan satu sama lain, jika bukan hal serius yang menyangkut akademi maupun padepokan. Tapi kali ini Agha datang kepadanya hanya untuk menanyakan
Baca selengkapnya
Pembentukan Aliran Energi
"Bukankah itu aliran energi yang pernah guru perlihatkan sebelumnya?" jawab Pandya ragu."Benar. Kupikir kau akan lupa, hahaha..." tawa Akandra cukup keras yang membuat Pandya bingung dibagian mana titik kelucuan dari perkataannya tadi.TAP TAPTidak lama kemudian, Akandra menghentikan tawanya dan berjalan untuk menyusuri sub ruang itu. Langkah kakinya menggema walaupun terlihat sangat ringan. Pandya yang masih bingung hanya mengikutinya berjalan dibelakang, sambil ikut mengamati keadaan di dalam sub ruang itu.ZHIIING!BAAAST!BWAATS!Akandra memainkan aliran energi di tangannya setelah berhasil menemukan tempat yang nyaman sambil berbalik dan menatap ke arah Pandya. Aliran energi di tangannya itu tampak menjadi tidak beraturan dan arahnya saling bertubrukan. Pandya semakin mengerutkan keningnya, karena tidak paham dengan maksud gurunya melakukan hal itu.Dengan beberapa gerakan, aliran energi tadi berubah warna dan semakin lama menjadi keruh dan tidak berbentuk. Pandya cukup takjub d
Baca selengkapnya
Kontrol Aliran Energi
"Pasang kuda-kuda terbaikmu!" perintah Akandra yang langsung dilaksanakan oleh Pandya.Sebenarnya Akandra sudah pernah melatih bela diri 3 inti kepada Pandya, sehingga dia tidak meragukan posisi kuda-kuda yang dilakukannya. Tapi kini setelah tahu tentang aliran energi milik Pandya, dia harus melatih kontrol di setiap gerakannya. Karena mengontrol aliran energi dengan tepat akan membuat setiap gerakan menjadi lebih bertenaga.ZZZHIIIIING!Akandra kembali memegang punggung Pandya dan menyalurkan tenaga dalam untuk mengontrol aliran energi milik Pandya. Sedangkan Pandya mulai merasakan perasaan yang berbeda—yang membuat kakinya sebagai tumpuan terasa lebih ringan. Padahal, untuk melakukan posisi kuda-kuda memerlukan pondasi yang kuat dibagian kaki, dan itu membuat beban tersendiri."Rasakan aliran yang aku lakukan saat ini, dan ingat-ingatlah! Itu untuk membuat tumpuan di bagian bawah terasa lebih ringan namun tetap bertenaga."Akandra mengatakannya sambil tetap mengulang kontrol aliran e
Baca selengkapnya
Pelatihan Awal
Akandra menatap wajah Agha dengan lekat, dia tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan mendadak seperti itu. Padahal, sebelum-sebelumnya Agha akan melewatinya begitu saja dan menganggap dirinya tidak ada disana. Dia bingung apa yang membuat perubahan sikap itu, dan membuatnya merasa aneh seperti sekarang."Entahlah, mungkin kurang dari sepuluh murid. Walaupun tenaga dalam milik mereka sudah cukup bagus, tapi sepertinya ketangkasan dan keseimbangan mereka tidak terlalu bagus," jawab Akandra setelah berpikir sejenak."Lalu bagaimana dengan keponakanmu? Apa ketangkasan dan keseimbangan miliknya lebih baik daripada para murid itu?" Agha kembali mengungkit Pandya untuk melihat respon Akandra."Hah, entah apa niatmu menanyakan hal itu. Tapi aku tidak akan terusik dengan apapun yang akan kau rencanakan. Lebih baik kau fokus saja memimpin akademi di tahun ajaran ini, agar berjalan dengan lancar!" jawab Akandra kemudian berbalik dan meninggalkan Agha yang masih berdiri menatap punggungnya.A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status