Semua Bab Istri yang Kau Remehkan: Bab 41 - Bab 50
104 Bab
41. Menyusun Langkah Perceraian.
Suri menggigiti kukunya. Beginilah keadaannya jikalau sedang nervous. Saat ini ia tengah berada di sebuah kafe. Ia sedang menunggu kedatangan Wanti beserta Abdi Negara. Pengacara sekaligus teman SMA Wanti. Suri ingin memakai jasa Abdi sebagai pengacaranya. Sudah hampir satu jam Suri menunggu. Namun bayangan Wanti dan Abdi belum juga muncul. Jus kedondongnya sampai tinggal es kristalnya saja. Demi membunuh waktu Suri memeriksa lagi dokumen-dokumen yang dibawanya. Abdi memang meminta semua dokumen-dokumen itu guna untuk mendaftarkan gugatan perceraiannya. Suri membuka map coklat. Di sana ada surat nikah asli. Kemudian photocopy surat nikah, Kartu Tanda Penduduk, Surat Keterangan dari Kelurahan, Kartu Keluarga serta akte kelahiran anak. Berarti semua yang diminta oleh Abdi telah lengkap. Suri memindai jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit kembali berlalu. Namun bayangan Wanti dan Abdi belum terlihat sama sekali. Setiap kali pintu kaca berayun, Suri refleks menoleh. Berharap Want
Baca selengkapnya
42. Pertemuan Tidak Sengaja.
Abdi tidak langsung menjawab pertanyaan Suri. Sebagai gantinya ia mengamati air muka Suri. Mengamati dengan sungguh-sungguh niat clientnya. Apakah benar calon clientnya ini ingin bercerai atau emosi sesaat saja. Bukan apa-apa, selama ini banyak juga clientnya yang mengajukan gugatan perceraian hanya karena emosi sesaat. Istilahnya panas-panas tahi ayam. Menggebu-gebu diawal, namun melempem menuju persidangan. Bahkan ada yang lebih lucu. Mereka yang mengajukan gugatan. Namun ketika pasangannya setuju untuk bercerai, mereka juga yang memohon-mohon agar gugatan dibatalkan. Alasannya gugatan itu ia layangkan hanya untuk menggertak pasangannya saja. Bayangkan, betapa absurdnya bukan?Bukannya ia senang membuat orang bercerai, atau menghalang-halangi niat clientnya untuk rujuk. Ia senang-senang saja bahkan ia wajib untuk menjembatani mediasi bagi kedua belah pasangan. Masalahnya ini soal kode etik. Untuk apa mengajukan gugatan apabila masih saling cinta bukan? Lebih parahnya lagi mengajukan
Baca selengkapnya
43. Amukan Murni, Pembelaan Damar.
Suri berjalan menjauhi Murni dan Pras. Ia tidak mau membuat tontonan di khalayak umum, yang pada akhirnya akan mempermalukan diri mereka sendiri. Walau hatinya panas, tapi Suri menjaga agar kepalanya tetap dingin. Damar juga mengikuti langkah-langkah panjang Suri dalam diam. Damar sepemikiran dengan Suri. Ia tidak mau kehidupan pribadinya menjadi viral di dunia maya. Banyak hati yang harus ia jaga. Damar sangat mengenal karakter mantan istrinya ini. Murni bisa mengamuk seperti orang gila jikalau ia tengah berakting sebagai orang yang tersakiti. Watak dan penghayatannya juara."Jangan lari kamu perempuan kampung! Sudah tertangkap basah seperti ini masih mau menghindar kamu ya?" Murni tidak mau kalah set. Ia berlari di belakang Suri dan Damar yang berjalan cepat ke arah kasir. Sepertinya Suri dan Damar berniat meninggalkan kafe.Murni tidak mempedulikan apapun lagi. Kadung semua rencananya gagal, akan ia gagalkan juga orang-orang yang akan berbahagia dibalik kegagalannya. Ya, sebenarn
Baca selengkapnya
44. Takkan Kubiarkan Kalian Bahagia.
"Iya, saya memang maling. Saya akui itu. Tapi dia juga maling. Bedanya saya malingnya terang-terangan. Tidak seperti dia yang pura-pura polos tapi terus menempeli Mas seperti lintah!" Murni menunjuk wajah Suri dengan ekspresi jijik.Suri melirik kanan dan kiri. Orang-orang yang tadinya sedang menikmati hidangan, atau yang bercengkrama sebelum pesanan mereka datang, menghentikan aktivitas mereka sebelumnya. Sebagian yang tadinya memotret hidangan atau pun selfie, sekarang mengarahkan ponsel mereka pada keributan yang Murni sulut. "Sudah, Murni. Jangan membuat tontonan gratis di sini. Jangan mempermalukan dirimu sendiri!" Pras menarik lengan kanan Murni. Mencoba membuat Murni menjauh. Namun Murni menepis tangan Pras. Ganjalan di dalam dadanya belum semua ia keluarkan. "Suri bukanlah orang yang seperti itu. Buktinya suami sahnya kamu gandeng-gandeng ke mana-mana saja, ia tetap bungkam bukan?" Damar menunjuk Pras yang wajahnya seketika memerah. Pras malu karena pandangan pengunjung di
Baca selengkapnya
45. Kedatangan Abdi.
Hari berganti seperti berlari. Berkejaran mengganti siang dan malam. Mengubah hari menjadi minggu, dan minggu menjadi bulan. Tidak terasa tiga bulan pun telah berlalu. Dan hari ini tibalah di mana sidang putusan perceraiannya dengan Pras akan digelar.Putusan perceraian mereka memang termasuk lumayan cepat, karena mereka berdua sudah sepakat untuk bercerai. Sehingga tidak ada drama-drama di mana salah satu pihak keberatan untuk berpisah. Mereka telah melewati proses mediasi, sidang jawaban, replik, duplik, sidang pembuktian surat pengugat dan tergugat, hingga kesimpulan dengan damai. Selama melalui fase-fase itu, mereka berdua juga tidak pernah menghadirinya. Terkecuali saat mediasi. Saat itu dirinya dan Pras hadir didampingi oleh pengacara masing-masing. Namun setelahnya mereka berdua mempercayakan semuanya pada pengacara masing-masung. Tapi khusus hari ini, Suri memutuskan untuk hadir. Karena ia ingin melihat dan mendengar dengan mata dan kepalanya sendiri, bahwa dirinya telah sah
Baca selengkapnya
46. Selamat Tinggal, Pras.
"Maaf kalau Pak Abdi menganggap saya lancang. Namun sungguh, saya tidak tenang sebelum Pak Abdi mengatakan apa yang ingin Bapak bicarakan dengan saya. Karena saya ingin menghadapi sidang nanti dengan hati yang lapang," tanya Suri terus terang.Abdi mendesah. Sejurus kemudian, ia menyisir rambutnya yang sudah rapi dengan jari jemarinya. Abdi jelas terlihat gelisah."Baiklah. Sebenarnya apa yang ingin saya bicarakan denganmu nanti, tidak ada hubungannya dengan masalah perceraian. Saya--aduh bagaimana ya mengatakannya?" Abdi memijat-mijat keningnya rikuh."Begini. Rencananya saya ingin melamar Wanti secara pribadi dulu. Setelah Wanti menerima lamaran saya, baru saya dan keluarga besar akan melamarnya secara resmi. Masalahnya, saya tidak tahu bagaimana prosesi lamaran yang Wanti impikan. Makanya saya ingin menjemputmu agar kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bertukar pikiran. Kamu 'kan sahabat Wanti? Pasti kurang lebih kamu tahu mengenai impian-impiannya." Abdi meringis kala melihat
Baca selengkapnya
47. Berbalas Pantun.
"Wira, nanti di rumah Ayah kamu jadi anak baik ya? Ingat tiga hal yang Bunda bilang. Pertama, selalu ucapkan kata tolong, kalau kamu membutuhkan bantuan. Kedua, ucapkan terima kasih setelah dibantu. Dan yang ketiga, jangan mengambil apapun yang tidak ditawarkan padamu. Mengerti, Wira?" Sembari mempersiapkan barang-barang kebutuhan Wira dalam satu tas kecil, Suri menasehati Wira. Minggu pagi ini Pras meminta izin untuk membawa Wira berjalan-jalan. Suri tentu saja mengizinkan. Bagi Suri, bagaimanapun hubungannya dengan Pras, Wira tetap harus mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. "Mengerti, Bunda," ucap Wira patuh."Anak pintar." Suri mengacak sayang rambut Wira. "Ayah ke sini sendirian 'kan Bunda? Tidak bersama tante galak itu?""Seharusnya sih tidak. Tetapi seandainya pun iya, Wira tetap harus menghormatinya. Oh ya Tante itu namanya Tante Murni. Tante Murni adalah teman baik ayah. Dengan menghormati Tante Murni, itu artinya Wira juga menghormati ayah." Suri mencoba mena
Baca selengkapnya
48. Penyesalan Pras.
Murni menjambak rambut Suri dengan sekuat tenaga. Suri yang tidak mengira kalau Murni akan menyerangnya, terjatuh dalam posisi bersujud."Sudah, Murni, Sudah!" Pras maju dan mencoba melepas paksa cengkraman Murni pada rambut Suri."Rasakan kamu perempuan kampung. Sekali-sekali kamu harus diberi pelajaran. Supaya kamu tidak kegatelan terus menggoda pasangan orang." Murni tanpa sadar menyuarakan isi hatinya. Ia memang memendam kebencian pada Suri yang telah menggoda Damar. Sehingga pintu rujuk yang ia harapkan jadi semakin jauh dari kenyataan. Ia malah stuck dengan Pras, yang sebenarnya hanya ingin ia jadikan batu loncatan.Dalam posisi bersimpuh, Suri menarik paksa tangan Murni agar terlepas dari rambutnya. Dengan bantuan Pras yang juga menarik kedua tangan Murni, akhirnya cengkraman Murni berhasil ia lepaskan.Kini Pras memegangi kedua tangan Murni yang masih saja ingin menerjang ke depan, dengan cara memeluknya dari belakang."Sadar, Bu! Ibu ini kenapa sih? Saya perhatikan akhir-akh
Baca selengkapnya
49. Mengupgrade Diri.
"Kamu ingin belajar bahasa Inggris, Suri? Wah keren kamu, Suri. Semua hal ingin kamu pelajari. Salut aku." Wanti mengacungkan jempolnya. Sahabatnya ini sungguh-sungguh ingin maju. Segala hal ingin ia jelajahi.Saat ini mereka tengah ngafe-ngafe cantik di gerai kopi paling populer berlogo putri duyung bermahkota. Ya, Starbuck* adalah gerai kopi elit yang sering didatangi para eksekutif. Wanti menggandrungi tempat ini karena ia menyukai menu kopi hitamnya. Aromanya harum dan strong. Sementara Suri suka kalau sedang ada promo-promo saja."Iya, Ti. Soalnya kalau aku browsing-browsing apapun di internet, semua menggunakan bahasa Inggris. Misalnya nih, kemarin-kemarin aku ingin membuat akun tutorial merajut di YouTube. Eh semuanya harus memakai bahasa Inggris. Jadinya ya mandek. Karena aku nggak tahu langkah-langkah yang harus aku ikuti selanjutnya," aku Suri jujur. Suri memang ingin membuat akun yang berisi cara-cara merajut dan lain sebagainya. Intinya Suri ingin mengajarkan kaum ibu-ibu
Baca selengkapnya
50. Jangan Biarkan Aku Jatuh Cinta.
"Bener nih, kamu nggak apa-apa kalau aku tinggal?" Wanti menanyakan kerelaan Suri sekali lagi."Masyaallah, enggak, Ti. Sana, cepetan jenguk pangeranmu. Kelamaan nanti pangerannya berubah jadi kodok lho.""Bujubuneng kutu kupret. Kamu ngedoainnya serem amat, Ri." Wanti mencebikkan bibirnya. Namun tak urung ia meraih tasnya, yang ia sampirkan pada sandaran kursi. "Ya, udah, aku jalan. Selamat menikmati sisa minumanmu yang tinggal sekali sedot itu." Wanti mengejek Suri. Sahabatnya ini memang mempunyai kebiasaan menyesap minumannya lamat-lamat. Tujuannya adalah agar ia bisa duduk di kafe lebih lama, dengan alasan minumannya belum habis.Celaan jenaka Wanti ditanggapi Suri dengan tawa renyah. Ia memang sedang ingin menikmati sore di kafe ini. Setelah terbang ke sana ke mari mengurus pekerjaan, duduk-duduk santai seperti ini rasanya sangat menenangkan. Suri membuka laptopnya. Ia ingin melihat kreasi-kreasi rajutan dari luar negeri. Kemarin ia menerima email dari salah seorang pelanggann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status